Mualim Satu Intelektual Counter-Hegemonic

159 bangsa Laos. Mereka bertugas untuk menjaga pandangan massa agar tunduk di bawah nilai-nilai penguasa dan menganggap semua model kepemimpinan penguasa sebagai sebuah status quo. Golongan intelektual ini tidak menghadapi banyak persoalan karena tidak muncul banyak perlawanan yang berarti atas mereka. Sedangkan tokoh yang masuk dalam ketegori Intelektual Counter-Hegemonic adalah anggota dan simpatisan paguyuban, Sawito Kartowibowo dan Mr. Soedjono, Phu Tram dan Mualim Satu. Tugas mereka ialah memisahkan pandangan masyarakat dan membangun sebuah kesadaran baru dengan menyerang common sense 10 agar tercipta revolusi intelektual. Persoalan yang mereka hadapi ialah cengkraman hegemoni pemerintah Orde Baru juga pemerintahan Vietnam. Rezim Orde Baru, menjadi rezim yang bertahan cukup lama. Lamanya Soeharto berada di tampuk kekuasaan sebenarnya terjadi karena beberapa hal. Sejak awal berkuasa, Soeharto telah meletakkan fondasi jabatan kepresidenannya yang kokoh. Dengan jatuhnya Soekarno, Angkatan Darat bangkit sebagai satu-satunya kekuatan politik yang efektif. Soeharto segera menyusun birokrasi yang mendukung dan responsif atas kebijakannya. Diciptakannya angkatan bersenjata yang loyal dan terintegrasi di bawah komandonya; lembaga legislatif dan yudikatif yang tunduk pada lembaga eksekutif yang dipimpinnya; sistem kepartaian yang disederhanakan dan yang pucuk pimpinannya ditentukan atas dasar loyalitas kepadanya; lembaga - 10 Common Sense menjadi seperti kumpulan gagasan yang diterima sebagai sebuah kebenaran alamiah, wajar, natural tanpa dipertanyakan secara kritis, tempat ide-ide dianggap sebagai bagian dari tatanan alamiah. Common sense menjadi tempat dibangunnya ideologi dan juga menjadi tempat perlawanan terhadap ideologi tersebut Taum, 2015: 39. 160 kepresidenan yang luar biasa kuatnya; serta pers yang terkendali Haris, 1996: 24- 25. Ada kecenderungan bahwa masyarakat Orde Baru berada di bawah kepatuhan selama beberapa dasawarsa. Gejala ini pula yang dihadapi oleh Gramsci saat mempertanyakan belum adanya sebuah revolusi kaum proletar sebagaimana diramalkan oleh Marx. Persoalannya bukan pada satunya berpijak pada perspektif ekonomi dan satunya lagi pada perspektif sosial-politik. Namun, masalahnya ialah tidak adanya sebuah kesadaran baru untuk menantang penguasa meskipun telah sewenang-wenang mengganyang banyak warganya. Indikasi tersebut merupakan gejala yang disebut oleh Gramsci sebagai hegemoni. Pemerintahan Soeharto telah menjadikan masyarakat tidak dapat berbuat banyak untuk melawannya. Selama berkuasa, Soeharto menerapkan ideologi militerisme. Ketika militer berkuasa, maka negara akan selalu ada dalam keadaan darurat. Pembantaian dan pengganyangan dilakukan bebas dengan alasan menjaga keamanan dan ketertiban. Prinsip militerisme di jalankan secara penuh dalam kehidupan masyarakat sipil 11 . Semua tindakan kekerasan itu dipandang sebagai sarana sahih legitimate means untuk menyelesaikan masalah. Orang-orang yang dipandang „bermasalah‟ itu secara sosiologis dikonstruksi sebagai outsiders dan - 11 Militerisme di masa Orde Baru adalah puncak dari ambisi kaum militer yang sejak revolusi 1945 ingin ikut berkuasa. Sejak percobaan kudeta militer tahun 1946; kemudian tahun 1952; lalu sejak darurat militer tahun 1957 yang memperkuat kekuasaan militer di politik dan bisnis, serta lahirnya dwi-fungsi; dan sejak berkuasanya Jenderal Suharto tahun 1966 yang praktis merupakan pemerintahan militer selama 32 tahun. Reformasi militer sejak reformasi tahun 1998 nampaknya masih mendapat banyak tentangan di dalam tubuh militer sendiri, sehingga dapat dikatakan mengalami kemandegan Setiawan, 2016.