Latar Tempat Latar Waktu

Kejatuhan borjuis dan kemenangan proletar adalah hal yang sama sekali tidak bisa dihindari. Akan tetapi, dalam kondisi masyarakat Gramsci waktu itu - mayoritas berprofesi sebagai buruh tidak muncul adanya indikasi revolusi. Mereka justru dengan tenang menerima dominasi kaum borjuis. Ia mempertanyakan bagaimana kaum borjuis mampu mempertahankan dan mengontrol dominasinya atas kaum proletar waktu itu. Pada akhirnya, Gramsci menyadari bahwa kaum pemilik modal saat itu menjalankan dan mempertahankan kekuasaannya dengan cara hegemoni. Hegemoni menjadi asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang membentuk makna dan mendefenisikan realitas bagi mayoritas masyarakat dalam kebudayaan tertentu. Karena kaum borjuis yang menguasai basis ekonomi dan menetapkan elemen- elemen suprastruktur seperti musik, sastra, seni, dan sebagainya, maka mereka mendapat dukungan spontan dari kelas pekerja Taum, 2015: 37. Kaum proletar akhirnya tidak lagi menyadari bentuk-bentuk kekuasaan yang meliputi kehidupan mereka. Segala kebijakan dan sikap pemilik modal diterima sebagai common sense. Titik tolak pemikiran Gramsci yang digunakan sebagai sebuah analisis sebenarnya bertolak dari adanya niat untuk menantang hegemoni negarapenguasa. Dalam studi ini, penelitian dipusatkan pada berbagai upaya yang digunakan oleh kaum intelektual untuk membangun kesadaran kritis masyarakat atas dasar ketidakpuasannya terhadap penguasa. Kesadaran kritis tersebut yang menggerakkan perlawanan-perlawanan counter terhadap hegemoni kekuasaan. Dalam penelitian ini, bentuk-bentuk counter-hegemoni tersebut akan diklasifikasikan sesuai dengan yang terdapat dalam novel KdDL.

1.6.2.1.1 Formasi Intelektual

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke IV, kata “formasi” mengandung pengertian „susunan pegawai, pengurus, kabinet, pesawat terbang, dsb ‟ Sugono, 2008: 396. Sedangkan kata “intelektual” mengandung arti „a cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, b yang mempunyai kecerdasan tinggi; cendekiawan, c totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman ‟ Sugono, 2008: 541. Berdasarkan pengertian kedua kata tersebut, maka “formasi intelekt ual” dapat diartikan sebagai suatu susunan atau struktur orang-orang yang memiliki kecerdasan dan pemikiran yang jernih atas ilmu pengetahuan. Diskursus mengenai formasi intelektual menjadi bagian yang tak terpisahkan dari konsep pemikiran Gramsci. Prison Notebooks yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Catatan-catatan Penjara Antonio Gramsci Utomo, 2013 membahas secara khusus formasi intelektual di bagian awal buku tersebut. Gramsci memang tidak mendefenisikan secara khusus mengenai formasi intelektual. Akan tetapi, ia menjabarkan bagaimana kemudian intelektual-intelektual terbagi ke dalam dua kategori intelektual berdasarkan hubungan seorang intelektual dengan kelompok sosial tertentu. Gramsci membagi kaum intelektual menjadi dua kategori, yaitu Intelektual Tradisional dan Intelektual Organik. Ketika membagi formasi intelektual, Gramsci menyadari