Pak Priyambodo Tokoh Tambahan

74 rerimbunan pohon angsana. Berikut ini kutipan yang menggambarkan rasa hormat anggota paguyuban kepada Meneer Widjinarko 58. 58 “Pada hormat banget ya sama Meneer Widjinarko?” kata Jeanne heran mula-mula saat melihat bagaimana bahkan Pak Sinaga dan Pak Djayeng, tokoh yang dituakan di paguyuban juga langsung sungkem saat sang Meneer datang Suyono, 2014: 207. Meneer Widjinarko terbilang cukup tua dibanding dengan semua anggota paguyuban. Namun, usianya bukan menjadi penghalangnya untuk ikut memikirkan berbagai cara yang bisa dilakukan untuk melawan Soeharto. Ia bersama semua anggota paguyuban bahkan tidak kelelahan berdiskusi hingga pukul 2 pagi. Meneer justru yang paling kuat dan ketegasannya tidak berkurang bersama dengan waktu yang kian pagi. Berikut gambarannya dalam kutipan 59. 59 Acara berlanjut. Di atas kursi Meneer Widjinarko mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia mengajak yang hadir beradu mata satu persatu. Ia juga menyodorkan matanya ke Suryo, sang anak ingusan. Ia seakan mengadakan tes kejujuran bahwa di antara bapak-bapak tidak ada penyusup atau mata-mata yang melaporkan pertemuan kepada aparat. Pandangan mata Meneer Widjinarko pada pukul 2 malam tersebut seolah ingin menegaskan bahwa barang siapa yang matanya mengkeret saat ia tatap lebih baik keluar sekarang juga. Sorot mata Meneer Widjinarko pasti mengoyak-ngoyak ulu jantung informan, andai ia ada Suyono, 2014: 219. Dalam diskusi yang panjang hingga pagi tersebut, Meneer Widjinarko menceritakan menganai perjalanan spiritual dan perjalanan hidup sahabatnya Pak Sawito dalam menentang kekuatan metafisik Soeharto. Dalam pertemuan tersebut juga ia memberikan sebuah petunjuk yang semakin meyakinkan anggota paguyuban untuk tetap berada pada garis oposisi dengan pemerintah. Meneer Widjinarko 75 menjadi orang yang paling penting saat itu. Kutipan 60 berikut ini merupakan inti dari perbincangan mereka yang berlangsung hingga pagi tersebut. 60 “Bapak bilang, ia melihat kekuasaan Soeharto tidak akan berlangsung lama. Ia melihat Soeharto jatuh oleh demo yang kasar Suyono, 2014: 221.

2.2.2.9 Pak Koentono

Pak Koentono merupakan bagian dari paguyuban yang beberapa kali hadir untuk membicarakan banyak hal mengenai filosofi Ganesha. Ia adalah seorang Sukarnois yang pernah aktif terlibat dalam Partai Nasional Indonesia. Pernah beberapa kali masuk tahanan karena aktivitas politiknya. Dalam beberapa pertemuan dengan anggota paguyuban, ia bahkan tidak sungkan untuk membicarakan mengenai kejelekan Soeharto yang waktu itu terbilang cukup berbahaya. Berikut ini kutipan 61 mengenai siapa itu Pak Koentono. 61 Suatu malam misalnya datang seseorang bernama Pak Koentono. Umurnya 60-an. Ia di masa lalu aktif sebagai anggota PNI: Partai Nasional Indonesia. Ia seorang Sukarnois. Ia pernah masuk tahanan karena aktivitas politiknya. Pembawaannya tenang. Pak Koentono, Selasa Kliwon itu mengisahkan pengalamannya yang bagi Jeanne sangat aneh. Pak Koentono membeberkan kisah nyata hidupnya berpuluh-puluh tahun melakukan perjalanan mengurapi arca-arca Ganesha Suyono, 2014: 148.

2.2.2.10 Pak Burhan dan Pak Begja

Pak Burhan adalah salah satu anggota paguyuban. Dalam novel KdDL tidak banyak dikisahkan mengenai siapa Pak Burhan sebenarnya. Pak Burhan juga ikut dalam berbagai aktivitas paguyuban, baik itu kegiatan pertemuan dikusi maupun