68
Pengetahuan Pak Sewaka mengenai wahyu Bu Tien yang tersimpan di tusuk konde, membawanya untuk ikut terlibat dalam perburuan tusuk konde tersebut.
Bersaing dengan banyak orang di petilasan pertapaan Banglampir, Desa Giri Sekar, Panggang, Gunung Kidul. Dalam perburuan tusuk konde tersebut, Pak Sewaka
menjadi salah satu yang tidak pernah menyerah untuk bertahan. Ia bahkan menyewa sebuah tenda milik warga untuk tetap bertahan di sana. Perburuannya ini yang
kemudian merebut nyawa Pak Sewaka. Berikut ini kutipannya 49. 49 Pak Sewaka tak pantang menyerah. Ia bahkan sampai menyewa
sebuah bilik milik warga di sekitar Banglampir. Tiap hari sampai menjelang subuh, ia keluar dan memilih tempat konsentrasi di
dekat patung-patung yang ada di situ. Tapi, suatu hari, setelah dua minggu berturut-turut bersemadi, ia ditemukan meninggal di
antara pepunden-pepunden batu. Sama sekali tidak ada tanda- tanda ia dianiaya. Tubuhnya bersih, tak ada darah atau torehan
luka. Dokter yang memeriksanya menyatakan ia meninggal seperti sesak napas karena kehabisan oksigen Suyono, 2014:
362.
2.2.2.5 Pak Radjiman
Pak Radjiman adalah ahli kartografi, pernah bekerja di Jawatan Topografi TNI AD. Sebagai mantan pegawai topografi, ia dikenal sebagai kolektor peta tua dan
litografi Nusantara. Ia mengumpulkan peta dan gambar saring cetak dari pasar-pasar loakan dan balai lelang di Eropa. Rumahnya yang di Kelapa Gading seperti museum.
Ia memigura peta-peta itu dan memasangnya di hampir setiap sudut rumah, dari lantai pertama hingga lantai kedua. Sebagai seorang kolektor, Pak Radjiman memiliki
69
banyak koleksi-koleksi langkah. Berikut kutipan 50 yang menggambarkan koleksi Pak Radjiman.
50 Pak Radjiman juga secara spesial memiliki 50-an litografi kutrano yang menggambarkan sudut-sudut Jembatan Besar,
Glodok, Taman Falatehan, sehingga bila dideretkan orang bisa utuh membayangkan bagaimana kawasan Kota di masa lalu
Suyono, 2014: 146.
Suatu ketika, Pak Radjiman berniat untuk menapak tilas di Situ Panjalu, salah satu lokasi yang belum pernah dikunjungi paguyuban selama masih aktif melakukan
perlawanan secara bersama-sama. Situ Panjalu merupakan pulau yang lembab dan dingin, banyak dihuni oleh harimau, ular, dan babi hutan, baik yang asli maupun yang
jadi-jadian. Tempat ini memang banyak dikunjungi oleh banyak pertapa akan tetapi jarang yang bertahan hingga seminggu. Pak Radjiman memang bertahan di hutan
tersebut selama seminggu, meskipakun pada akhirnya ia hilang tak berbekas. Berikut gambaran Situ Panjalu pada kutipan 51.
51 Udara di dalam Situ Panjalu sangat lembap dan dingin. Di situ teradapat ratusan cungkup makam tua. Para peziarah yang berani
bermalam di hutan biasanya akan bertapa di cungkup-cungkup. Di dalam hutan masih ada berseliweran harimau, ular, dan babi
hutan, baik asli maupun jadi-jadian. Suara nafas geram harimau yang mendekati tubuh dan seringainya yang seolah-olah
digoreskan ke leher bukan hal yang asing bagi peziarah. Mereka tahu itu harimau jadi-jadian. Mereka yang nyalinya tinggi bisa
bertahan berhari-hari. Namun biasanya tak lebih dari seminggu. Mereka berharap di antara waktu itu menemukan jimat di celah-
celah cungkup Suyono, 2014: 363.
Sebagai salah satu anggota paguyuban, Pak Radjiman juga tidak luput dari teluh, seperti teman-temannya. Saat paguyuban cooling down, Pak Radjiman