Pak Radjiman Tokoh Tambahan

72 pernah ditahan atas perintah Jaksa Agung Ali Said dan Menteri Sekretaris Negara Sudharmono dengan alasan melakukan perencanaan kudeta terhadap Soeharto. Berikut ini kutipan 54 dan 55 yang menunjukkan mengapa sampai Soeharto begitu menakutinya. 54 Ia mencari semacam sisa-sisa wahyu penerus Majapahit yang dipercayainya belum turun.Wahyu itu satu-satunya kekuatan yang menurut dia bisa menjatuhkan Soeharto. Hutan dan gunung yang didatangi Sawito bahkan jauh lebih banyak daripada yang pernah dikunjungi Soeharto semasa muda. Soeharto ketakutan. Pada tahun 1976, atas perintah Jaksa Agung Ali Said dan Menteri Sekretaris Negera Sudharmono, Sawito diambil dari rumahnya, disel dengan tuduhan merencanakan penggulingan Soeharto Suyono, 2014: 208. 55 “Soeharto menjadi tambah ketakutan, apalagi saat mengetahui bahwa Sawito adalah murid dari R.M. Panji Trisirah, putra dari Pakubuwono X di Solo Suyono, 2014: 210.” Keberanian Sawito terhadap Soeharto justru dilakukan secara terang-terangan. Ia membuat cukup banyak petisi yang mengkritik kebijakan-kebijakan Soeharto. Tidak sedikit pula yang mendukung petisinya, termasuk Bung Hatta dan pemuka- pemuka agama, Kardinal Yustinus Darmoyuwono, Buya Hamka, T.B. Simantupang. Berbagai bentuk perlawanan berani Sawito akan dipaparkan lebih lanjut pada bab IV penelitian ini. Mr. Soedjono adalah sahabat dekat Pak Sawito. Sebagai sahabat, Mr. Soedjono banyak menemani perjalanan spiritual Pak Sawito. Ia adalah orang yang jujur. Ketika bersaksi di pengadilan dalam gelar sidang perkara Pak Sawito, Mr. Soedjono dengan yakin bersaksi menepis semua dugaan orang yang salah tentang 73 bahwa Pak Sawito berbohong. Berikut ini kutipan 56 yang menggambarkan pendapat Pak Priyambodo tentang kejujuran Mr. Soedjono. 56 ”Tidak, Meneer Mr. Soedjono bukan penipu Saya saat itu juga ada di persidangan” tiba-tiba menyeruak dari paling pojok suara Pak Pariyambodo Suyono, 2014: 212. Mr. Soedjono memiliki pengalaman akademis dan karier yang cukup mapan. Itulah mengapa banyak orang yang tidak meragukan sosok Mr. Soedjono. Kesaksiannya di pengadilan meyakinkan banyak orang bahwa peristiwa metafisik yang dialami Pak Sawito bukan persoalan naïf belaka. Seorang intelektual sekelas Mr. Soedjono pun mempercayainya. Kutipan 57 berikut ini menggambarkan jejak pendidikan Mr. Soedjono. 57 ”Terima kasih, Pak Priyambodo. Mr. Soedjono itu memang orang yang sangat berpendidikan. Mustahil ia mengatakan hal yang ngawur. Ia menempuh sekolah hukum di Universitas Leiden. Bahasa Belandanya fasih. Dia menyandang gelar meester inde rechten. Dia pernah berpraktik sebagai advokad bersama tokoh pergerakan Mr. Sunario.” Suyono, 2014: 213.

2.2.2.8 Meneer Widjinarko

Meneer Widjinarko merupakan salah satu simpatisan paguyuban. Secara keanggotaan ia memang bukan seperti Pak Sinaga atau Pak Djayeng. Akan tetapi, ia merupakan orang yang sangat disegani oleh para anggota paguyuban. Ciri fisiknya masih tegap walaupun sudah berusia lanjut. Meneer Widjinarko adalah saudara seperguruan Sawito. Ia seseorang yang membimbing Sawito. Ia tinggal di kawasan Cipete. Tanahnya sangat luas. Rumah gedong bergaya kolonial terlindung oleh 74 rerimbunan pohon angsana. Berikut ini kutipan yang menggambarkan rasa hormat anggota paguyuban kepada Meneer Widjinarko 58. 58 “Pada hormat banget ya sama Meneer Widjinarko?” kata Jeanne heran mula-mula saat melihat bagaimana bahkan Pak Sinaga dan Pak Djayeng, tokoh yang dituakan di paguyuban juga langsung sungkem saat sang Meneer datang Suyono, 2014: 207. Meneer Widjinarko terbilang cukup tua dibanding dengan semua anggota paguyuban. Namun, usianya bukan menjadi penghalangnya untuk ikut memikirkan berbagai cara yang bisa dilakukan untuk melawan Soeharto. Ia bersama semua anggota paguyuban bahkan tidak kelelahan berdiskusi hingga pukul 2 pagi. Meneer justru yang paling kuat dan ketegasannya tidak berkurang bersama dengan waktu yang kian pagi. Berikut gambarannya dalam kutipan 59. 59 Acara berlanjut. Di atas kursi Meneer Widjinarko mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia mengajak yang hadir beradu mata satu persatu. Ia juga menyodorkan matanya ke Suryo, sang anak ingusan. Ia seakan mengadakan tes kejujuran bahwa di antara bapak-bapak tidak ada penyusup atau mata-mata yang melaporkan pertemuan kepada aparat. Pandangan mata Meneer Widjinarko pada pukul 2 malam tersebut seolah ingin menegaskan bahwa barang siapa yang matanya mengkeret saat ia tatap lebih baik keluar sekarang juga. Sorot mata Meneer Widjinarko pasti mengoyak-ngoyak ulu jantung informan, andai ia ada Suyono, 2014: 219. Dalam diskusi yang panjang hingga pagi tersebut, Meneer Widjinarko menceritakan menganai perjalanan spiritual dan perjalanan hidup sahabatnya Pak Sawito dalam menentang kekuatan metafisik Soeharto. Dalam pertemuan tersebut juga ia memberikan sebuah petunjuk yang semakin meyakinkan anggota paguyuban untuk tetap berada pada garis oposisi dengan pemerintah. Meneer Widjinarko