Penanaman Nilai Karakter dalam Ekstrakurikuler Jurnalistik
71 Majalah PAKCI juga memiliki rubrik “Salam PAKCI”. Dalam
rubrik ini siswa dapat memberikan ucapan kepada semua warga sekolah, baik siswa senior maupun junior begitu juga dengan siswa
senior yang ingin menyampaikan ucapan pada junior. Dengan hal demikian maka dapat membentuk karakter siswa yang bersahabat dan
komunikatif serta peduli lingkungan. Pembina menyisipkan tema-tema yang berhubungan dengan
nilai karakter tersebut untuk menjadi bahan artikel dalam majalah PAKCI atau Mading, seperti siswa diminta untuk belajar dengan baik
serta siswa diminta untuk membahas artikel yang menyangkut kebudayaan dan nilai-nilai kebangsaan, meliput tentang tarian daerah
dan budaya seperti budaya dalam keraton Yogyakarta. Dengan adanya informasi yang diperoleh siswa, maka akan menambah wawasan siswa
mengenai kekayaan budaya dan adat istiadat yang dimiliki bangsa. Hal ini secara tidak langsung dapat menanamkan karakter cinta tanah air
dan semangat kebangsaan dalam diri siswa. Selain menanamkan nilai karakter ke dalam kegiatan-kegiatan
yang menjadi bagian dari ekstrakurikuler ini, penanaman nilai karakter juga ditanamkan melalui silabus yang dibuat oleh guru pembina dan
diberikan pada awal semester. Dalam silabus tersebut sudah ditentukan nilai karakter apa saja yang harus dibahas dalam kegiatan
ekstrakurikuler jurnalistik untuk satu semester kedepan.
72 Disisipkannya nilai-nilai karakter ke dalam rubrik-rubrik
majalah PAKCI sekaligus untuk menanamkan nilai karakter tidak hanya pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tetapi juga
pada seluruh warga sekolah yang membaca majalah tersebut. Hal ini disampaikan oleh Ibu S selaku pembina kegiatan ekstrakurikuler yang
mengatakan bahwa: “Nilai karakter yang di terapkan ada gemar membaca itu jelas
karena jurnalistik, kemudian prestasi, karena semua prestasi yang didapat siswa SMA 8 dimasukan ke dalam majalah jadi
tahu, terus semangat kebangsaan juga karena siswa itu diajarkan juga dalam tulisannya untuk mencintai terutama Negara kami
entah itu dalam bentuk bagaimana belajar yang baik, kemudian demokrasi juga, biasanya seperti untuk materi seperti siapa yang
dapat membuat cerpen ditawarkan karena yang ikut banyak, sekitar 67 anak. Lalu yang pintar menggambar mungkin layout,
dari rohani, mungkin religius juga ada, yang mengisi Islam ada Kristen juga ada, jadi setiap agama pasti diikutkan. Juga ada
“Salam PAKCI” seperti dari-untuk seperti jasanya ada, jadi komunikasi siswa benar-benar tercipta. Peduli sosial itu jelas di
majalah ada, misalnya ada yang mau menyusun, ada yang punya laptop, membawa laptop, ada yang tidak dapat mengetik ada
yang mengetikan, jadi saling membantu, kemudian peduli lingkungan iya, seperti tadi ada “Salam PAKCI”, itu peduli
lingkungannya, terutama lingkungan sekolah di sini. Misalnya kelas 1, mereka memberikan ucapan untuk kelas 3, atau
sebaliknya, kemudian rasa ingin tahu. Sebenarnya tujuan majalah itu untuk memberikan komunikasi antara sekolah
dengan siswa, siswa dengan sekolah, sekolah pada orangtua, dan seterusnya. Dengan membaca jadi tahu, ternyata SMA 8 itu
seperti ini sekarang. Anak yang pintar, yang juara tingkat apa, bentuknya apa akan ditayangkan di situ, walaupun hanya
abstraknya. Kalau saya bahasa Indonesia jadi ada majalah PAKCI,
satu lagi
ada EXCELLENT.
Kadang-kadang EXCELLENT saya bantu, tetapi di bawah tangan, jadi
membantunya tidak resmi. Bersahabat dan komunikatif lewat salam PAKCI tadi sudah. Terakhir delapan belas, sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan kewajibannya.” WawancaraS21 Maret 2014.
73 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat cara atau kebijakan khusus yang dibuat oleh pembina kegiatan ekstrakurikuler terkait penerapan nilai-nilai karakter.
Penerapan dan penyampaian nilai-nilai karakter dalam kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik ini dilakukan dengan cara disisipkan dalam
kegiatan yang dilakukan siswa serta dengan melakukan pembiasaan- pembiasaan perilaku terhadap siswa sehingga terbentuk karakter yang
diinginkan oleh pembina kegiatan ekstrakurikuler. Pengevaluasian nilai-nilai karakter yang sudah ditanamkan pada siswa dilakukan guru
pembina dengan melihat hasil yang sudah dicapai siswa. Seperti yang disampaikan oleh guru pembina kegiatan ekstrakurikuler ini:
“Cara mengevaluasi nilai-nilai karakter ini dari hasil itu juga dapat. Di salam PAKCI itu ada, kalimatnya saya perhatikan,
isinya seperti apa, kadang anak mengambil tentang tari. Biasanya anak memberikan opini, misalnya di keraton itu sering
sekali karena sudah hampir punah, itu nanti dibahas. Tari-tari itu sebenarnya mengandung nilai-nilai, di situ, anak-anak seperti
itu. Mungkin film juga sering, seperti bedah film, ada di situ.” WawancaraS21 Maret 2014.
Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi penanaman nilai-nilai karakter siswa dilakukan dengan cara melihat hasil kerja siswa selama
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler serta mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan tema artikel untuk majalah sekolah seperti tentang
lingkungan, sejarah dan kebudayaan. Guru pembina juga melakukan kegiatan bedah film. Dengan cara ini diharapkan dapat menanamkan
nilai-nilai karakter dengan cara yang menyenangkan serta siswa dapat belajar melalui pesan moral yang disampaikan oleh film. Dalam
74 kegiatan ini, guru pembina melihat bagaimana siswa menanggapi film
yang telah ditonton, dari sana akan terlihat karakter siswa dan bagaimana cara pandang siswa.