Penanaman Nilai Karakter dalam Ekstrakurikuler Pleton Inti
77 “Di Pramuka itu ada perkemahan, di Pleton Inti ada diklat
Pleton Inti. Pada jam ibadah karena agamanya juga tidak seragam mereka harus beribadah sesuai agamanya masing-
masing. Mereka harus melaksanakan kewajiban sesuai agama masing-masing, dan saya tidak akan mengadakan kegiatan yang
hari itu misalnya berkenaan dengan hari raya agama tertentu, supaya mereka dapat merayakan hari besar agamanya, peduli
lingkungan. Dalam Pramuka ada perjalanan, penjelajahan, dalam penjelajahan itu anak dapat menanam pohon. Kalau di
Pleton Inti, kalau diklat, segala sesuatu yang dibawa harus dibawa pulang kembali, tidak boleh mengotori dan buanglah
sampah pada tempatnya. Menjaga kebersihan, baik dari diri sendiri baik Pramuka maupun Pleton Inti sampai lingkungan
sekitar.” WawancaraN27 Maret 2014.
Dipertegas oleh pernyataan saudari S: “Nilai karakter yang diterapkan yaitu disiplin, sudah itu
kreativitasnya juga soalnya ada banyak permainannya juga, menghargai, banyak sekali. Peduli sosialnya juga ada,
lingkungannya juga. Persahabatan dan komunikasinya itu dari kelompok-kelompok seperti begitu juga ada. Kerja keras juga
ada. Kalau itu jelas. Seperti misalnya saat kemah. Kalau kemah tidak mungkin kami sendiri, pasti ada grupnya. Kalau kami tidak
mau menyesuaikan diri dengan teman, tahu sendiri bagaimana. Kami pasti minta tolong sama teman, tidak mungkin mendirikan
tenda sendiri, jadi harus kerjasama sama dengan yang lain.” WawancaraS26 April 2014.
Berdasarkan pada pendapat kedua narasumber tersebut dapat disimpulkan
bahwa kegiatan
ekstrakurikuler ini
memberikan keuntungan dan perubahan yang dirasakan oleh siswa. Siswa dapat
lebih akrab dengan teman-teman karena adanya kewajiban untuk mengikuti kegiatan Pramuka pada kelas X, sehingga kegiatan Pramuka
dapat dijadikan salah satu ajang perkenalan lebih dalam terhadap sesama siswa siswa baru dan siswa senior. Siswa juga merasa lebih
komunikatif dan dapat bekerjasama karena dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan Pramuka terdapat kegiatan regu yang
78 secara tidak langsung menuntut siswa untuk saling berkomunikasi dan
bekerjasama satu sama lain. Kegiatan Pramuka juga menanamkan nilai karakter cinta tanah air yang disampaikan melalui kegiatan jelajah.
Dalam kegiatan jelajah siswa diajarkan agar dapat lebih menjaga lingkungan, bagaimana menghargai alam dan budaya yang dimiliki
bangsa. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh
peneliti, untuk nilai karakter bersahabat dan komunikatif sudah cukup tertanam dengan baik dalam diri siswa. Ini terlihat pada saat peneliti
sedang melaksanakan wawancara dengan guru pembina kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dan Pleton Inti yang juga mengajar pelajaran
Bahasa Indonesia di sekolah. Siswa memberi salam dan mencium tangan guru tersebut begitu berpapasan dengan beliau. Guru pembina
juga menanyakan kegiatan yang akan dilaksanakan siswa, hal ini menunjukkan adanya komunikasi yang cukup baik antara guru dan
siswa. hal ini juga terlihat pada saat siswa melakukan latihan, adanya komunikasi yang baik antar siswa pada saat siswa senior mendiskusikan
rangkaian kegiatan yang akan dilakukan pada latihan saat itu. Para siswa di sekolah ini juga sudah memiliki cukup kemandirian dan rasa
tanggung jawab untuk menjalankan kewajibannya dalam melaksanakan kegiatan di sekolah. Ini terlihat pada saat kegiatan ekstrakurikuler
Pramuka dan paduan suara berlangsung. Siswa tetap melaksanakan latihan Pramuka meski harus dilaksanakan di aula sekolah dengan
79 ruang gerak yang terbatas karena cuaca pada saat itu sedang hujan
namun tidak mengurungkan niat para siswa untuk tetap melaksanakan kegiatan. Pada awal latihan para siswa senior memberikan bimbingan
pada siswa junior sebelum pembina kegiatan ekstrakurikuler datang, hal ini menunjukkan adanya nilai mandiri dan tanggung jawab yang
tertanam dalam diri siswa. Pengevaluasian nilai-nilai karakter yang sudah ditanamkan
dalam diri siswa dilakukan guru pembina dengan membuat angket penilaian. Hal ini dipaparkan oleh guru pembina kegiatan
ekstrakurikuler: “Nilai karakter tidak dapat dievaluasi secara seperti standar
kompetensi, tetapi
akumulasi dari
seluruh kegiatan.
Penilaiannya itu seperti ST sudah tampak, BT belum tampak, atau SST sudah sangat tampak. Kami lihat akumulasinya
seperti apa.” WawancaraN27 Maret 2014.
Angket penilaian yang dibuat oleh guru pembina yaitu dengan melihat dan mengamati sikap dan perilaku siswa lalu kemudian menjadi
sumber untuk mengisi angket penilaian. Standar penilaian yang dibuat oleh pembina yaitu ST sudah tampak, BT belum tampak, dan SST
sudah sangat tampak yang kemudian dilihat hasil akumulasi dari angket penilaian tersebut.