Untuk implementasi nilai karakter dalam ekstrakurikuler, seperti

138 Nilai karakter secara tidak langsung kami gunakan semua, tetapi tentu saja dalam kegiatan masing-masing. Secara tidak langsung seperti jujur, kerja keras disisipkan, disiplin waktu dan sebagainya. Seperti harus menyelesaikan sesuai schedule. Toleransi juga. Kreatif juga karena kreatif, inovatif itu terutama dalam bahasa Inggris harus terus dibangun. Kemudian karena kami unggulan di bahasa Inggris, kami ada ISP Intensive Speaking Program. Kami dari dulu memang punya prinsip Act Locally Think Globally. Istilahnya kami coba untuk berusaha karena memang ada krisis, oleh karena itu kami coba membangun siswa dengan Act Locally dan Think Globally. Dengan ISP, diharapkan siswa setelah lulus dapat aktif berbahasa Inggris baik spoken maupun written terutama speakingnya. Untuk ESC itu menyeluruh, jadi seperti organisasi. Jadi kegiatan itu tidak hanya speaking tetapi juga kalau sewaktu-waktu ada masalah grammar akan kami bahas, kadang kami mengundang native speaker, rencana itu ada English night, tetapi karena padatnya kegiatan lustrum jadi seperti tersita. CCU juga Cross Culture Understanding, itu seperti seminar diskusi, terus nanti kami coba culture sana, kami diskusi misal kami ingin mengambil Amerika, Australia, biasanya ada pertukaran siswa, kami memanfaatkan mereka. Beberapa dari mereka kami undang, lalu diskusi.

3. Dalam kegiatan ekstrakurikuler ini belajar bahasa Inggris dan

belajar budaya luar, bagaimana cara menanamkan nilai cinta tanah air? Cara menanamkan nilai cinta tanah air, kami Act Locally Think Globally. Act locally itu kami tetap memupuk mereka dengan kegiatan Public Relation. Public Relation tidak hanya Public Relation saja, tetapi juga character buildingnya juga diperlukan. Jadi character building dari mereka, unggah-ungguh dan sebagainya. Kami bekerjasama dengan lembaga KAPILAWASTU. Di Humas, ada program seperti istilahnya IKM Indeks Kepuasan Masyarakat. Di IKM diketahui bahwa dulu baik, tetapi serving pelayanan ke masyarakat masih belum jelas seperti apa, jadi 139 character building kami undang dari lembaga out searching KAPILAWASTU untuk guru-guru dan ternyata ada perbedaan menjadi lebih baik. Untuk siswa juga, jadi setiap 3 tahun siswa sekolah mendapat Public Relation. 4. Apakah pendidikan karakter perlu untuk diberikan di sekolah? Pendidikan karakter tidak hanya perlu diberikan, tetapi wajib. Karena saat ini kami mengalami krisis. Karena kesibukan sekolah dan sebagainya, pulang sampai sore dan banyak tugas, karena itu untuk pendidikan karakter itu saya sendiri sebagai guru dan orangtua kadang juga kurang maksimal, karena kesibukan anak. Jadi menurut saya itu wajib diberikan. Maka dari itu juga, kami untuk budaya itu ada budaya lokal itu juga kami ada budaya “selamat pagi” itu. Itu kami guru salam setiap pagi berbaris di depan menyambut siswa. Kadang senyum itu sulit, siswa juga ada yang sulit, jadi terkadang guru mengingatkan.

5. Tehnik mengajar seperti apa yang Ibu ajarkan dalam kegiatan

ekstrakurikuler ini? Tehnik mengajarnya yaitu kami hanya pelatih saja, pembimbing saja. Program siswa kami hanya membimbing saja. Siswa membuat dulu, jadi biasanya saya tidak membuat untuk siswa, siswa membuat dulu Silabus dan program kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler kemudian kami arahkan. Jadi siswa diminta kreatif dan aktif.

6. Bagaimana cara Ibu menanamkan nilai karakter dalam kegiatan

ektrakurikuler ini? Nilai karakter dalam arti tidak semua bahasa Inggris itu jelek. Saya berikan bahwa bahasa Inggris itu juga banyak yang bagus. Seperti mudah sekali meminta maaf, kami agak sulit karena orang Indonesia. Seperti mudah sekali menyatakan terima kasih, kami agak sulit. Ada juga sapaan- sapaan, kemudian kami angkat yang baik-baik. Orang di sini masih kurang mengapresiasi, seperti “kerudungnya bagus” tetapi kalau yang jelek-jelek