Andi Sofyan
19
4 Asas pemeriksaan secara langsung, artinya dalam pemeriksaan perkara pidana, Hakim Pidana seberapa boleh harus boleh
berhubungan langsung dengan terdakwa, yang berarti Hakim harus mendengar sendiri terdakwa, tidak cukup dengan adanya
surat-surat pencatatan yang memuat keterangan-keterangan terdakwa di muka penyidik.
Asas ini berlaku bagi saksi-saksi dan saksi ahli dan dari siapa akan diperoleh keterangan-keterangan yang perlu yang memberikan
gambaran apa yang benar-benar terjadi. 5 Asas personalitas aktif dan asas personalitas passif, artinya
dimungkinkan tindak pidana yang dilakukan di luar wilayah Republik Indonesia dapat diadili menurut hukum pidana
Republik Indonesia.
8. PRINSIP-PRINSIP DALAM HUKUM ACARA PIDANA 1 Prinsip Legalitas
Dalam konsiderans KUHAP huruf a, berbunyi: ” bahwa negara
Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala warganegara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya;
2 Prinsip Keseimbangan
Dalam konsiderans KUHAP huruf c, antara lain ditegaskan bahwa ”... dalam setiap penegakan hukum harus berlandaskan
prinsip keseimbangan yang serasi antara lain:
o perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia dengan;
o perlindungan terhadap kepentingan dan ketertiban masyarakat.
3 Prinsip Uniikasi
Dalam konsiderans KUHAP huruf b. bahwa demi pembangunan
di bidang hukum sebagaimana termaktub dalam Garis-garis Besar Haluan Negara Ketetapan Majelis Permusyawaratan
20
Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar
.Rakyat Republik Indonesia Nomor IVMPR1978 perlu mengadakan usaha peningkatan dan penyempurnaan
pembinaan hukum nasional dengan mengadakan pembaharuan kodiikasi serta uniikasi hukum dalam rangkuman pelaksanaan
secara nyata dari Wawasan Nusantara;
4 Prinsip Differensiasi Fungsional
Yang dimaksud dengan differensiasi fungsional, adalah penjelasan dan penegasan pembahagian tugas dan wewenang
masing-masing antara jajaran apara penegak hukum secara instansional.
5 Prinsip Saling Koordinasi
Yang dimaksud saling koordinasi yaitu built in control, artinya pengawasan dilaksanakan berdasar struktural oleh masing-
masing instansi menurut jenjang pengawasan span of control oleh atasa kepada bawahan.
9. ILMU-ILMU PEMBANTU HUKUM ACARA PIDANA
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa tujuan hukum acara pidana ialah ”menemukan kebenaran material”. Untuk itu selain
penguasaan ilmu pengetahuan tentang hukum pidana dan hukum acara pidana itu sendiri, maka diperlukan pula para penegak
hukum, antara lain Kepolisian PenyelidikPenyidik, Kejaksaan Penuntut Umum, hakim dan penasihat hukum memiliki ilmu
pengetahuan lainnya untuk dapat menunjang dan membantu dalam menemukan kebenaran material.
Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan bebarapa ilmu-ilmu pembantu yang dapat digunakan sebagai ilmu pembantu hukum
acara pidana, sebagai berikut:
1
Logika
Untuk memperoleh suatu kebenaran, seseorang akan mememerlukan suatu pemikiran untuk dapat menghubungkan
satu keterangan dengan keterangan lainnya, dalam hal ini dibutuhkan logika itu. Pada bagian hukum acara pidana
yang paling membutuhkan pemakaian logika, ialah masalah pembuktian dan metode penyidikan. Pola yang dipergunakan
adalah hipotesis atau dugaan sementara kemudian diupayakan
Andi Sofyan
21
adanya pembuktian yang logis dan mendukung. Berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh antara hipotesis dan
pembuktiaan tersebut, maka fakta-fakta sesungguhnya akan membentuk konstruksi yang logis.
2
Psikologis
Dengan logika kita dapat mengarahkan pikiran kita menuju suatu ketercapaian kebenaran materil, kemudian polisi,
hakim, jaksapenuntut umum dan terdakwa adalah manusia yang memiliki perasaan dan harus dimengerti pola
tingkah lakunya. Salah satu ilmu yang mempelajari prilaku manusia adalah psikologi, sehingga untuk seorang penyidik
yang ingin memperoleh suatu keterangan keberanan dari pelaku perbuatan tindak pidana, maka secara psikilogis
penyidik harus mampu menguasainya, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menuju kepada suatu pembuktian
persangkaan terhadap pelaku tersebut.
2 Kriminalistik
Ilmu psikologi sebagai ilmu pembantu dalam hukum acara pidana dalam menghadapi manusianya, maka ilmu
kriminalistik adalah ilmu yang dapat menganalisis dan menilai fakta-faktanya.
Jadi logika diperlukan untuk penyusunan jalan pikiran dalam pemeriksaan dan pembuktian, sedangkan psikologi untuk
memahami dan mengerti akan sifat dan kraktek manusianya, maka kriminalistik diperlukan untuk menemukan fakta atau
kejadian yang sebenarnya melalui rekonstruksi.
Dalam pembuktian
bagian-bagian kriminalistik
yang dipergunakan, antara lain: ilmu tulisan, ilmu kimia, isiologi,
anatomi patolohik, toxikologi ilmu racun, pengetahuan tentang luka, daktiloskopi atau sidik jari, jejak kaki antropometri dan
antropologi.
3 Psikiatri
Hal-hal yang perlu diteliti dan iusut dalam uasaha menemukan kebenaran material, bukan hanya manusia dan situasi dan
kondisi yang normal, tetapi kadang-kadang juga diperlukan ha-
22
Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar
hal yang abnormal. Dalam hal ini ilmu yang dibutuhkan untuk meneliti keadaan-keadan yang abnormal adalah psikiatri,
maka dengan psikiatri akan mengungkapkan suatu kebenaran mataerial secara abnormal.
4 Kriminologi
Selain daripada ilmu-ilmu pembantu hukum acara pidana di atas, maka ilmu kriminologi merupakan salah satu ilmu
pembantu yang sangat penting dalam hukum acara pidana, sebab krimnologi ilmu yang mempelajasi sebab-sebab atau
latar belakang mengapa oarng melakukan kejahatan etiologi kriminal criminele aetologie.
10. HAL-HAL YANG DIATUR DALAM HUKUM ACARA PIDANA