PENDAHULUAN PENGGABUNGAN PERKARA GUGATAN

Andi Sofyan 227

BAB XIII PENGGABUNGAN PERKARA GUGATAN

GANTI KERUGIAN

1. PENDAHULUAN

Masalah gugatan ganti kerugian yang diatur dalam Bab XIII Pasal 98 KUHAP berbeda dengan apa yang dimaksud dengan ganti kerugian yang dimaksud pada Bab XII Bagian kesatu Pasal 95 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana disingkat KUHAP, sebab gugatan ganti kerugian sebagiaman dimaksud Pada Pasal 98 KUHAP adalah ”suatu gugatan ganti kerugian yang timbul akibat dilakukannya suatu tindak pidana atau gugatan ganti kerugian bukan akibat penangkapan, penahanan, penuntutan, atau peradilan yang tidak berdasar undang-undang”, jadi gugatan ganti kerugian dalam pengertian ini bersifat asesoir dari perkara yang ada. Proses penggabungan ganti kerugian yang diatur dalam KUHAP adalah merupakan hal baru dalam kehidupan peradilan di Indonesia, sebelum adanya KUHAP hanya dikenal sistem pemeriksaan terpisah secara mutlak antara perkara pidana dan perdata. Di dalam pemisahan ini didasari oleh alam pikiran yang sempit atas alasan, bahwa: 5. Perkara pidana adalah urusan yang menyangkut ”kepentingan umum”, sedangkan dalam hal tutntan ganti kerugian yang diderita oleh orang yang diakibatkan tindak pidana adalah menyangkut ”kepentingan perseorangan” atau ”hak keperdataan”. 6. Dalam pemeriksaan perkara perdata yang bersifat untuk ”kepentingan perseorangan” tidak bisa dicampur atau diga- bungkan dengan pemeriksaan perkara pidana yang menyang- kut ”keoentingan umum”, Jadi kepentingan perseorangan harus diperiksa dan diselesaikan melalui proses perdata, dan kepentingan umum harus diperiksa dan disele saikan melalui proses pidana. 228 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar Untuk lebih jelasnya dicontohkan satu kasus, yaitu Si A menabrak si B, kemudian si B dirawat di rumah sakit, si A diadili dengan dakwaan ”akibat kelalaian” menyebabkan si B cacat, namun si B mengalami kerugian, misalnya biaya pengobatan, dan lain-lain sebagainya, maka berdasarkan Pasal 98 ayat 1 KUHAP, bahwa di samping A dituntut melakukan suatu perbuatan ”akibat kelalaian” dan juga dihukum untuk membayara ganti kerugian pada si B akibat perbuatan tersebut. Selengkapnya bunyi Pasal 98 ayat 1 KUHAP, bahwa ” Jika suatu perbuatan yang menjadi dasar dakwaan di dalam suatu pemeriksaan perkara pidana oleh pengadilan negeri menimbulkan kerugian bagi orang lain, maka hakim ketua sidang atas permintaanorang itu dapat menetapkan untuk menggabungkan perkara gugatan ganti kerugian kepada perkara pidana itu”.

2. PIHAK-PIHAK DALAM GUGATAN GANTI RUGI