BESARNYA JUMLAH GANTI KERUGIAN MAKSUD DAN TUJUAN PENGGABUNGAN PERKARA GUGATAN GANTI KERUGIAN

230 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar sebab akibat antara tindak pidana yang dilakukan terdakwa dengan kerugian yang diderita sebagaimana diatur Pasal 1365 KUHPerdata. 2. Masalah besarnya jumlah penggantian biaya yang telah dikeluarkan pihak yang dirugikan, benar-benar dapat dibuktikan oleh penuntut umum atau yang menderita kerugian korban. Demikian pula halnya dalam penggabungan perkara dengan ganti kerugian, apabila pihak yang dirugikan atau korban merasa tidak puas atas besarnya jumlah ganti kerugian yang telah diputusakan oleh hakim, maka pihak yang dirugikan atau korban tidak dapat dimungkinkan untuk melakukan uapaya banding atau kasasi, kecuali penuntut umum atau terdakwa tergugat.

5. BESARNYA JUMLAH GANTI KERUGIAN

Besarnya tuntutan ganti kerugian yang dapat diminta korban atau orang yang dirugikan kepada terdakwa, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 99 ayat 2 KUHAP, apabilan hal pengadilan negeri menyatakan tidak berwenang mengadili gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 atau gugatan dinyatakan tidak dapat diterima, putusan hakim hanya memuat tentang penetapan hukuman penggantian biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan”. Jadi penggantian biaya dimaksud di atas adalah kerugiaan ”nyata atau materiil” saja, sedangkan kerugian yang ”immateriil” tidak dapat diterima niet onvankelyk. Namun demikian korban atau pihak yang dirugikan apabila ingin menuntut kerugian yang immateriil tersebut, maka dapat ditempuh dengan ”gugatan perdata”, dengan memperhatikan kompetensi pengadilan negeri di tempat tinggal atau kediamannya terdakwa tergugat.

6. MAKSUD DAN TUJUAN PENGGABUNGAN PERKARA GUGATAN GANTI KERUGIAN

Maksud dan tujuan penggabungan perkara ganti kerugian dengan pemeriksaan perkara pidana sebagaiamana diatur dalam Bab XIII menurut penjelasan Pasal 98 ayat 1 KUHAP, bahwa Andi Sofyan 231 ”Maksud Penggabungan perkara gugatan pada perkara pidana ini adalah supaya perkara gugatan tersebut pada suatu ketika yang sama diperiksa serta diputus sekaligus dengan perkara pidana yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan “kerugian bagi orang lain” termasuk kerugian pihak korban”. Tanpa mengurangi maksud dan tujuan yang terkandung dalam penjelasan Pasal 98 ayat 1 KUHAP, tujuan yang paling utama dalam penggabungan ini, antara lain: 1. Untuk menyederhanakan proses pemeriksaan dan pengajuan gugatan ganti kerugian itu sendiri, sehingga dapat dicapai makna yang terkandung dalam asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan; 2. Agar sesegera mungkin orang yang dirugikan mendapat ganti kerugian tanpa melalui proses gugat perdata biasa, serta tidak diharuskan lebih dulu menunggu putusan pidana baru mengajukan gugatan ganti kerugian melalui gugatan perkara perdata biasa. Dengan demikian penggabungan gugatan ganti kerugian merupakan jalan pintas yang dapat dimanfaatkan orang yang dirugikan untuk secepat mungkin mendapat pembayaran ganti kerugian. 3. Biaya untuk gugatan tidak ada.

7. PUTUSAN GANTI KERUGIAN ASSESSOR DENGAN PUTUSAN PIDANA