Sistem Atau Teori Pembuktian Berdasar undang-undang secara positif positif wettelijke bewijs theorie
2. Masalah Pembuktian dalam KUHAP
Terkait masalah pembuktian, terdapat beberapa istilah yang dapat ditemukan dalam KUHAP, antara lain sebagai berikut: 1. Alat-alat bukti, artinya alat-alat bukti macam apa yang dapat diperguna-kan untuk menetapkan kebenaran dalam penuntutan pidana keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. 2. Peraturan pembuktian, artinya peraturan-peraturan cara bagaimana hakim boleh mempergunakan alata-alat bukti itu cara penyumpahan saksi-saksi, cara pemeriksaan saksi dan terdakwa, pemberian alasan-alasan pengetahuan pada kesaksian dan lain-lain. 3. Kekuatan alat-alat bukti, artinya ketentuan banyaknya alat- alat bukti yang harus ada untuk dapat menjatuhkan pidana misalnya keterangan terdakwa itu hanya merupakan alat bukti yang syah apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentuakn dalam pasal 189 KUHP3. Sistem Atau Teori Pembuktian
Dalam sistem atau teori pembuktian secara umum terbagi atas 3 teori, sebagai berikut:1. Berdasar undang-undang secara positif positif wettelijke bewijs theorie
Teori ini dikatakan ”secara positif”, karena hanya didasarkan kepada undang-undang melulu, artinya jika sesuatu perbuatan telah terbukti sesuai dengan alat-alat bukti yang disebutkan dalam undang-undang, maka keyakinan hakim tidak diperlukan lagi. Jadi sistem pembuktian ini disebut juga teori pembuktian formal formele bewijstheori Menurut Simons 6 , bahwa sistem atau teori pembuktian 6 Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Pen. Ghalia Andi Sofyan 245 berdasar undang-undang secara positif positif wettelijke bewijs theorie ,: ”untuk menyingkirkan semua pertimbangan subjektif hakim dan mengikat hakim secara ketat menurut peraturan pembuktian yang keras”. Lanjut Simons 7 dalam bukunya ”Beknopte handleideng tot het Wetboek van Strafvordering” yang diterbitkan pada tahun 1925, menceritera-kan pada halaman 149, bahwa ”Sistem ”positief wettelijk” ini dibenua Eropa biasa dipakai pada zaman masih merajalelala berlakunya suatu hukum acara pidana yang bersifat ”inquisitoir”. Peraturan Acara Pidana semacam ini menganggap seorang terdakwa sebagai suatu barang atau suatu hewan objek belaka dalam suatu pemeriksaan yang mendekati hal mencari suatu barang atau memburu suatu khewan, dalam mana seorang hakim hanya merupakan suatu alat perlengkapan saja.” Sedangkan menurut Wirjono Prodjodikoro 8 menyatakan tentang teori ini bahwa ”Teori ini sudah selayaknya tidak dianut lagi di Indionesia, karena katanya bagaimana hakim dapat menetapkan kebenaran selain dengan cara menyatakan kepada keyakinannya tentang hal kebenaran itu, lagi pula keyakinan seorang hakim yang jujur dan berpengalaman mungkin sekali adalah sesuai dengan keyakinan masyarakat”. Untuk lebih jelasnya dapat dicontohkan, misalnya suatu peraturan yang menetapkan bahwa, apabila ada dua orang saksi yang telah disumpah dan mengatakan kesalahan terdakwa, maka hakim harus menjatuhkan hukuman pidana kepada terdakwa, walaupun Hakim itu berkeyakinan bahwa terdakwa adalah tidak bersalah, dan sebaliknya apabila dua orang saksi tidak terpenuhi, maka hakim membebaskan terdakwa dari tuntutan, walaupun Hakim berkeyakinan, bahwa terdakwalah yang bersalah. Indonesia, Jakarta, 1983, h. 229 7 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Pen. Sumur Bandung, 1983, h. 111 8 Ibid. 246 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar Dengan demikian menurut teori ini, bahwa ”bersalah atau tidaknya tergantung sepenuhnya kepada sejumlah alat-alat bukti yang telah ditetapkan terlebih dahulu, sedangkan keyakinan hakim harus dikesampingkan.”. Teori ini berkembang pada bada pertengahan dan sekarang ini sudah ditinggalkan, artinya teori ini tidak dianut lagi untuk diterapkan di Indonesia.2. Sistem atau Teori Pembuktian Berdasar Keyakinan Hakim Melulu conviction intivie
Parts
» PENDAHULUAN ISTILAH HUKUM ACARA PIDANA
» PENGERTIAN HUKUM ACARA PIDANA
» PRINSIP-PRINSIP DALAM HUKUM ACARA PIDANA 1 Prinsip Legalitas ILMU-ILMU PEMBANTU HUKUM ACARA PIDANA
» HAL-HAL YANG DIATUR DALAM HUKUM ACARA PIDANA
» PENAFSIRAN HUKUM ACARA PIDANA
» KEKUASAAN KEHAKIMAN YANG BEBAS DAN MERDEKA
» Pasal 20 yang berbunyi, bahwa: Pasal 25 yang berbunyi, bahwa: Kekuasaan Mengadili
» Pengadilan Negeri Menurut Pasal 77 KUHAP, yang berbunyi bahwa
» Menurut Pasal 84 KUHAP, bahwa: Menurut Pasal 85 KUHAP, bahwa ”Dalam hal keadaan
» Pengadilan Tinggi KEKUASAAN DAN SUSUNAN BADAN
» Mahkamah Agung Pasal 11, yang berbunyi bahwa: Pasal 12 yang berbunyi bahwa:
» KEDUDUKAN, TEMPAT KEDUDUKAN DAN SUSUNAN BADAN PERADILAN
» PENDAHULUAN SEJARAH SINGKAT HUKUM ACARA
» BERLAKUNYA HUKUM ACARA PIDANA TERTULIS 1 Zaman Pendudukan Penjajahan Belanda
» PROSES PENYUSUNAN KUHAP SEJARAH SINGKAT HUKUM ACARA
» SESUDAH BERLAKUNYA KUHAP SELAMA 30 TAHUN
» PENGERTIAN 1 Tersangka HAK-HAK TERSANGKA, TERDAKWA, TERPIDANA
» KLASIFIKASI TERSANGKA TERSANGKA, TERDAKWA, TERPIDANA
» TERTANGKAP TANGAN 1 Pengertian AWAL PROSES HUKUM ACARA
» Menurut Pasal 102 ayat 2 dan 3 KUHAP, bahwa: Menurut Pasal 111 KUHAP, bahwa: LAPORAN 1 Pengertian
» PENGADUAN CLACKDELICK 1 Pengertian Tindak Pidana Aduan Absolut Absolute Klachdelict
» PENDAHULUAN PENGERTIAN 1 Penyelidik Penyelidikan Penyelidik Penyelidikan
» WEWENANG 1 Penyelidik PENYELIDIK, PENYIDIK
» PENDAHULUAN VISI DAN MISI KEJAKSAAN
» PENGERTIAN KEDUDUKAN KEJAKSAAN PENUNTUT UMUM DAN
» WAJAH KEJAKSAAN DI ERA REFORMASI
» PENASIHAT HUKUM 1 Pendahuluan PENASIHAT HUKUM-ADVOKAT DAN
» Menurut Undang-undang RI No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat
» BANTUAN HUKUM 1 Pengertian Bantuan Hukum
» Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
» Undang-undang RI No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
» PENANGKAPAN 1 Pendahuluan UPAYA PAKSA DALAM HUKUM ACARA
» PENAHANAN 1 Pendahuluan UPAYA PAKSA DALAM HUKUM ACARA
» Tingkat Penuntutan Tingkat Pengadilan Negeri Tingkat I
» Tingkat Banding Pegadilan TinggiTingkat II Tingkat Kasasi Mahkamah Agung
» Hakim di tingkat pemeriksaan di pengadilan.
» Tata cara Pengeluaran Tahanan karena penangguhan Penahanan Pencabutan Penangguhan Penahanan
» PENGGELEDAHAN 1 Pendahuluan UPAYA PAKSA DALAM HUKUM ACARA
» Pejabat yang Berwenang Tata Cara Prosedur Penggeledahan
» PEMERIKSAAN PENYITAAN SURAT UPAYA PAKSA DALAM HUKUM ACARA
» PRAPENUNTUTAN PRA PENUNTUTAN, PENUNTUTAN
» PENUNTUTAN PRA PENUNTUTAN, PENUNTUTAN
» SURAT DAKWAAN 1 Pendahuluan Syarat-syarat Formil
» Syarat Materiil PRA PENUNTUTAN, PENUNTUTAN
» Dakwaan Tunggal satu perbuatan saja, Dakwaan Alternatif
» Dakwaan Subsidair Dakwaan Kumulatif
» Splitsing PRA PENUNTUTAN, PENUNTUTAN
» CIRI DAN EKSISTENSI PRAPERADILAN TUJUAN PRAPERADILAN
» YANG BERWENANG MEMERIKSA PRAPERADILAN WEWENANG PRAPERADILAN
» Pemeriksaan Dilakukan dengan Hakim Tunggal Putusan Praperadilan
» GANTI KERUGIAN 1 Pendahuluan GANTI KERUGIAN DAN REHABILITASI
» Pengertian GANTI KERUGIAN DAN REHABILITASI
» PENDAHULUAN PENGGABUNGAN PERKARA GUGATAN
» BESARNYA JUMLAH GANTI KERUGIAN MAKSUD DAN TUJUAN PENGGABUNGAN PERKARA GUGATAN GANTI KERUGIAN
» PUTUSAN GANTI KERUGIAN ASSESSOR DENGAN PUTUSAN PIDANA
» PROSEDUR PENGAJUAN GUGATAN GANTI RUGI
» PENDAHULUAN SENGKETA WEWENANG MENGADILI
» SENGKETA ANTARA DUA ATAU BEBERAPA PENGADILAN
» PENDAHULUAN PENGERTIAN 1 Pembuktian PEMBUKTIAN
» Tujuan Pembuktian Masalah Pembuktian dalam KUHAP
» Syarat formil Syarat materiel
» ALAT-ALAT BUKTI Keterangan Saksi Keterangan Ahli Verklaringen Van Een Deskundige Expert
» Pasal 351 KUHPidana, bahwa: Pasal 353 KUHPidana, bahwa:
» Keterangan Bukti Surat Alat Bukti Petunjuk
» Alat Bukti Keterangan Terdakwa Barang Bukti
» PENDAHULUAN PENGERTIAN UPAYA HUKUM
» BENTUK-BENTUK PUTUSAN PENGADILAN UPAYA HUKUM BIASA Pemeriksaan Banding 1 Pendahuluan
» Pasal 233 KUHAP, bahwa: UPAYA HUKUM
» Pemeriksaan Kasasi 1 Pendahuluan UPAYA HUKUM
» UPAYA HUKUM LUAR BIASA 1. Pendahuluan Kasasi Demi Kepentingan Hukum
» Peninjauan Kembali Herziening 1 Pendahuluan
» UPAYA HUKUM GRASI Pengertian
» Proses Pemeriksaan Permohonan Grasi
» Upaya Hukum verzet atau Perlawanan
» SISTEM PEMERIKSAAN ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» PEMANGGILAN ATAU SURAT PANGGILAN
» ACARA PEMERIKSAAN PERKARA ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» Tindak pidana ringan ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» Perkara Pelanggaran Lalu Lintas
» TATA TERTIB PERSIDANGAN ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» PROSES PEMERIKSAAN IDENTITAS TERDAKWA PROSES PEMBACAAN SURAT DAKWAAN OLEH PENUNTUT UMUM
» Syarat Materiil ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» PROSES PEMBUKTIAN ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» REQUISITOIRPENUNTUTAN ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» NADER REQUISITOIR TAMBAHAN PENUNTUTAN NADER PLEIDOOI TAMBAHAN PEMBELAAN
» ACARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN MUSYAWARAH
» KEPUTUSAN PENGADILAN HAKIM ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» Menurut Pasal 194, yang berbunyi bahwa::
» PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN EXECUTIE ATAU EKSEKUSI
» PENGAWASAN DAN ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» BIAYA PERKARA ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» LANDASAN HUKUM PENYIDIKAN PERKARA KONEKSITAS 1 Pendahuluan
» MENETAPKAN WEWENANG MENGADILI KONEKSITAS
» MEMUTUS SENGKETA MENGADILI SUSUNAN MAJELIS HAKIM
» PENDAHULUAN PENGERTIAN CARA, BENTUK DAN ISI PEMBERIAN KUASA
» JENIS-JENIS SURAT KUASA Bentuk-Bentuk Pemberian Surat Kuasa BERAKHIRNYA SURAT KUASA
» PENDAHULUAN NEGARA YANG MENGATUR CONTEMPT OF COURT DALAM UU KHUSUS
» Amerika Serikat Jepang CONTEMPT OF COURT
» DEFINISI CONTEMPT OF COURT Menurut Black Laws dictionary
» Menurut Surat Keputusan bersama RUANG LINGKUP CONTEMPT OF COURT
Show more