SISTEM PEMERIKSAAN ACARA PEMERIKSAAN PERKARA

Andi Sofyan 325

BAB XVII ACARA PEMERIKSAAN PERKARA

PIDANA DI PENGADILAN

1. SISTEM PEMERIKSAAN

Dalam hal pemeriksaan tersangka atau terdakwa, maka sistem pemeriksa-an dapat dilakukan, yaitu 1 Sistem Inqusitoir Sebelum berlakunya Kitab Undang-undang hukum Acara Pidana disingkat KUHAP, maka sistem pemeriksaan inqusitoir dalam HIR yaitu terhadap tersangka pada tingkat penyidikan, adalah suatu sistem pemeriksaan di mana tersangka dianggap sebagai objek pemeriksaan, yaitu pemeriksaan dilakukan dengan pintu tertutup, sehingga tersangka dalam sistem pemeriksa-an ini tidak mempunyai hak untuk membela diri. Setelah berlakunya KUHAP dengan Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981, sistem ini ditinggalkan, hal ini telah diatur dalam KUHAP, bahwa dalam pemeriksaan permulaan vooronderzoek dipakai “sistem inquisitoir yang lunak“, yaitu dalam pemeriksaan penyidik, maka tersangka boleh didampingi penasihat hukum yang mengikuti jalannya pemeriksaan secara pasif, yakni penasihat hukum diperkenankan melihat, mendenar pemeriksaan permulaan. Jadi mulai dari proses awal pemeriksaan di tingkat penyelidikanpenyidikan penangkapanpenahanan, tingkat penuntutan sampai pada proses pemeriksaan di pengadilan sidang. 2 Sistem Accusatoir Dalam sistem pemeriksaan accusatoir, yaitu pemeriksaan pada tingkat pengadilan atau pemeriksaan di muka hakim gerechtelijk onderzoek, di mana tersangkaterdakwa diakui sebagai subjek 326 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar pemeriksaan dan diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan pembelaan diri atas tuduhan atau dakwaan yang dituduhkan atas dirinya. Pemeriksaan accusatoir dilakukan dengan pintu terbuka, artinya semua orang umum dapat dan bebas melihat jalannya pemeriksaan itu. Sistem pemeriksaan accusatoir diterapkan dalam proses pemeriksaan terdakwa di depan sidang pengadilan. Penerapan sistem pemeriksaan accusatoir dalam pemeriksaan di depan sidang pengadilan, yaitu pemeriksaan terdakwa yang terbuka untuk umum, dilakukan secara lisan dan dengan mempergunakan bahasa Indonesia apabila tidak dapat berbahasa Indonesia, maka berhak untuk mendapat penerjemah Lihat Pasal 153 ayat 2 huruf a KUHAP. Selain terdakwa juga saksi dijamin untuk memberikan keterangan secara bebas, tanpa ada paksaan dalam bentuk apapun dari siapa pun juga dan berhak mendapat penerjemah apabila tidak dapat berbahasa Indonesia. Dengan sistem pemeriksaan accusatoir ini, maka terdakwa mempunyai hak untuk membela diri, hak untuk dinyatakan tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti presumption of innocence di pengadilan; hak untuk mendapat bantuan hukum, mengajukan permohonan banding, kasasi, herzeineng, grasi dan lain sebagainya. Jadi dengan menganut sistem accusatoir, di mana tersangka terdakwa mempunyai hak yang sama nilainya dengan penuntut umum, dalam hal ini hakim berada di atas kedua belah pihak untuk menyelesai-kan perkara pidana antara mereka menurut peraturan hukum pidana yang berlaku.

2. PEMANGGILAN ATAU SURAT PANGGILAN