PENDAHULUAN PENGERTIAN CARA, BENTUK DAN ISI PEMBERIAN KUASA

Andi Sofyan 391

BAB XIX SURAT KUASA

1. PENDAHULUAN

Untuk melengkapi pembahasan ini, maka perlu dibahas tentang surat kuasa sebagaimana diatur dalam Kitab Undang- undang Hukum Perdata disingkat KUHPerdata. Jadi ketentuan yang berlaku pada KUHPerdata yang mengatur tentang surat kuasa, juga berlaku pada surat kuasa dalam perkara pidana. Hal ini penting terkait dengan pembahasan penasihat hukum dan bantuan hukum.

2. PENGERTIAN

Yang dimaksud dengan surat kuasa menurut Pasal 1313 KUHPerdata, yang berbunyi bahwa “ Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”, sedangkan Pasal 1792 KUHPerdata, yang berbunyi bahwa “Suatu perjanjian, dengan mana seorang memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan”.

3. CARA, BENTUK DAN ISI PEMBERIAN KUASA

Adapun cara dan bentuk pemberian kuasa, sebagaimana menurut diatur dalam KUHPerdata, serbagai berikut: 1 Menurut Pasal Pasal 1793 KUHPerdata, yang berbunyi bahwa:  Kuasa dapat diberikan dan diterima dengan suatu akta umum atau akta resmi seperti akta notaries, akta yang dilegalisasi di kepaniteraan pengadil-an, akta yang dibuat oleh pejabat; dan juga dapat diberikan dengan suatu surat di bawah tangan bahkan dengan sepucuk surat ataupun dengan lisan.  Penerimaan suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam- diam dan disimpulkan dari pelaksanaan kuasa itu oleh yang diberi kuasa atau surat kuasa terjadi dengan sendirinya 392 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar tanpa ada persetujuan terlebih dahulu. 2 Pemberian Kuasa dengan Upah Honor Menurut Pasal 1794 KUHPerdata, yang berbunyi bahwa “Pemberian kuasa terjadi dengan cuma-cuma, kecuali jika diperjanjikan sebaliknya. Jika dalam hal yang terakhir upahnya tidak ditentukan dengan tegas, maka penerima kuasa tidak boleh meminta upah yang lebih daripada yang ditentukan dalam Pasal 411 untuk wali. 3 Pemberian Kuasa Khusus Menurut Pasal 1795 KUHPerdata, yang berbunyi bahwa “ Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu hanya mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih, atau secara umum, yaitu meliputi segala kepentingan pemberi kuasa. 4 Kuasa Umum Menurut Pasal 1796 KUHPerdata, yang berbunyi bahwa “ Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi tindakan-tindakan yang menyangkut pengurusan. Untuk memindah tangankan barang atau meletakkan hipotek di atasnya, untuk membuat suatu perdamaian, ataupun melakukan tindakan lain yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-kata yang tegas. 5 Hal Yang Dilarang dalam Penerimaan Kuasa Menurut Pasal 1797 KUHPerdata, yang berbunyi bahwa “Penerima kuasa tidak boleh melakukan apa pun yang melampaui kuasanya, kekuasaan yang diberikan untuk menyelesaikan suatu perkara secara damai, tidak mengandung hak untuk menggantungkan penyelesaian perkara pada keputusan wasit. 6 Menurut Pasal 1798 KUHPerdata, yang berbunyi bahwa “Orang-orang perempuan dan anak yang belum dewasa dapat ditunjuk kuasa tetapi pemberi kuasa tidaklah berwenang untuk mengajukan suatu tuntutan hukum terhadap anak yang belum dewasa, selain menurut ketentuan-ketentuan umum mengenai perikatan-perikatan yang dibuat oleh anak yang belum Andi Sofyan 393 dewasa, dan terhadap orang-orang perempuan bersuami yang menerima kuasa tanpa bantuan suami pun ia tak berwenang untuk mengadakan tuntutan hukum selain menurut ketentuan- ketentuan Bab V dan VII Buku Kesatu dari Kitab Undang- undang Hukum Perdata ini. 7 Menurut Pasal 1799 KUHPerdata, yang berbunyi bahwa “Pemberi kuasa dapat menggugat secara langsung orang yang dengannya penerima kuasa telah melakukan perbuatan hukum dalam kedudukannya dan pula dapat mengajukan tuntutan kepadanya untuk memenuhi persetujuan yang telah dibuat.” Selain pemberian kuasa sebagaimana dimaksud di atas, maka terdapat Pemberian kuasa yang lahir karena undang-undang, artinya untuk perbuatan-perbuatan tertentu tanpa dinyatakan sebagai suatu pemberian kuasa telah terjadi pemberian kuasa karena undang-undang telah menentukannya demikian. Jadi pemberian kuasa dapat dilihat dari orang tua atau wali yang mewakili anak yang belum dewasa atau seorang direksi yang mewakili perseroannya. Adapun bentuk-bentuk lain dari pemberian surat kuasa yang perlu diperhatikan antara lain: 1 Surat kuasa yang ditanda tangani dengan cap jempol, maka tanda tangan tersebut harus dilegalisir oleh pejabat yang berwenang, yaitu antara lain camat, bupati, walikota dan notaries, oleh karena cap jempol tanpa dilegalisir dari pejabat yang berwenang, bukan merupakan tanda tangan. 2 Pemberian kuasa di luar negeri, harus dilegalisir oleh Keduataan Besar Indonesia di luar negeri, jika tidak ada perwakilan kedutaan besar, maka dilegalisir oleh pejabat yang berwenang di sana, kemdian ke Departemen Kehakiman dan ke Departemen Luar Negeri Negara yang bersangkutan Putusan MA, tanggal 14 April 1973 No. 208 KSip.1973 3 Kuasa dengan lisan, diam-diam, dan melalui surat biasa, harus dinyatakan dengan tegas di muka pengadilan, jika diberikan kepada seorang pengacara untuk sesuatu keperluan di muka persidangan. 394 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar

4. JENIS-JENIS SURAT KUASA