Andi Sofyan
371
tetap ada dalam tahanan atau membebaskannya, apabila terdapat alasan cukup untuk itu.
3. Menurut Pasal 194, yang berbunyi bahwa::
1 Dalam hal putusan pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, pengadilan menetapkan supaya
barang bukti yang disita diserahkan kepada pihak yang paling berhak menerima kembali yang namanya tercantum
dalam putusan tersebut kecuali jika menurut ketentuan undang-undang barang bukti itu harus dirampas untuk
kepentingan negara atau dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak dapat dipergunakan lagi.
2 Kecuali apabila terdapat alasan yang sah, pengadilan menetapkan supaya barang bukti diserahkan segera sesudah
sidang selesai
19
. 3 Perintah penyerahan barang bukti dilakukan tanpa disertai
sesuatu syarat apapun kecuali dalam hal putusan pengadilan belum mempunyai kekuatan hukum tetap.
4. Menurut Pasal 195, yang berbunyi bahwa: ”Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum
apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum”. 5. Menurut Pasal 196, yang berbunyi bahwa:
1 Pengadilan memutus perkara dengan hadirnya terdakwa kecuali dalam hal undang-undang ini menentukan lain.
2 Dalam hal terdapat lebih dari seorang terdakwa dalam satu perkara, putusan dapat diucapkan dengan hadirnya
terdakwa yang ada
20
. 3 Segera sesudah putusan pemidanaan diucapkan, bahwa
hakim ketua sidang wajib memberitahukan
21
kepada
19
Penjelasan Ayat 2, bahwa “Penetapan mengenai penyerahan barang tersebut misalnya sangat diperlukan untuk mencari nafkah, seperti kendaraan,
alat pertanian dan lain-lain.
20
Penjelasan Ayat 2, bahwa “ Setelah diucapkan putusan tersebut berlaku baik bagi terdakwa yang hadir maupun yang tidak hadir. Ayat ini bermaksud
melindungi kepentingan terdakwa yang hadir dan menjamin kepastian hukum secara keseluruhan dalam
21
Penjelasan Ayat 3, bahwa “Dengan pemberitahuan ini dimaksudkan supaya terdakwa mengetahui haknya”.
372
Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar
terdakwa tentang segala apa yang menjadi haknya, yaitu: a. hak segera menerima atau segera menolak putusan;
b. hak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima atau menolak putusan, dalam tenggang waktu yang
ditentukan oleh undang-undang ini; c. hak minta penangguhan pelaksanaan putusan dalam
tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang untuk dapat mengajukan grasi, dalam hal ia menerima
putusan;
d. hak. minta diperiksa perkaranya dalam tingkat banding dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-
undang ini, dalam hal ia menolak putusan; e. hak mencabut pernyataan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang ini.
6. Menurut Pasal 197, yang berbunyi bahwa: 1 Surat putusan pemidanaan memuat :
a. kepala putusan yang dituliskan berbunyi : “DEMI KEADILAN BERDASAR-KAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA”; b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal, jenis
kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa;
c. dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan; d. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai
fakta dan keadaan beserta alat-pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar
penentuan kesalahan terdakwa
22
; e. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat
tuntutan; f. pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi
22
Penjelasan Huruf d, bahwa “Yang dimaksud dengan “fakta dan keadaan di sini” ialah.segala apa yang ada dan apa yang diketemukan di sidang oleh pihak
dalam proses, antara lain penuntut umum, saksi, ahli,terdakwa, penasihat hukum dan saksi korban”.
Andi Sofyan
373
dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundangundangan yang menjadi dasar hukum dari
putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa;
g. hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim tunggal;
h. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana
disertai dengan kualiikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;
i. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan
mengenai barang bukti; j. keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau
keterangan di mana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu;
k. perintah supaya
terdakwa ditahan
atau tetap
dalam’tahanan atau dibebaskan; l. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama
hakim yang memutus dan nama panitera; 2 Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat 1 huruf a, b, c,
d, e, f, h, i, j, k dan I pasal ini mengakibatkan putusan batal demi hukum
23
. 3 Putusan dilaksanakan dengan segera menurut ketentuan
dalam undang-undang ini. 7. Menurut Pasal 198, yang berbunyi bahwa::
1 Dalam hal seorang hakim atau penuntut umum berhalangan, maka ketua pengadilan atau pejabat kejaksaan yang
berwenang wajib segera menunjuk pengganti pejabat yang berhalangan tersebut.
2 Dalam hal penasihat hukum berhalangan, ia menunjuk
23
Penjelasan Ayat 2, bahwa “Kecuali yang tersebut pada huruf a, e, f dan h, apabila terjadi kekhilafan dan atau kekeliruan dalam penulisan, maka kekhilafan
dan atau kekeliruan penulisan atau pengetikan tidak menyebabkan batalnya putusan demi hukum”.
374
Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar
penggantinya dan apabila pengganti ternyata tidak ada atau juga berhalangan, maka sidang berjalan terus.
8. Menurut Pasal 199, yang berbunyi bahwa: 1 Surat putusan bukan pemidanaan memuat :
a. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 197 ayat 1 kecuali huruf e, f dan h;
b. pernyataan bahwa terdakwa diputus bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, dengan menyebutkan alasan
dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar putusan;
c. perintah supaya terdakwa segera dibebaskan jika ia ditahan.
2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 197 ayat 2 dan ayat 3 berlaku juga bagi pasal ini.
9. Menurut Pasal 200, yang berbunyi bahwa: ”Surat putusan ditandatangani oleh hakim dan panitera seketika setelah
putusan itu diucapkan”
24
. 10. Menurut Pasal 201
25
, yang berbunyi bahwa: 1 Dalam hal terdapat surat palsu atau dipalsukan, maka
panitera melekatkan petikan putusan yang ditandatanginya pada surat tersebut yang memuat keterangan sebgaimana
dimaksud dalam Pasal 197 ayat 1 huruf j dan surat palsu atau yang dipalsukan tersebut diberi catatan dengan
menunjuk pada petikan putusan itu.
2 Tidak akan diberikan salinan pertamana atau salinan dari surat asli palsu atau yang dipalsukan kecuali panitera sudah
24
Penjelasan Pasal 200, bahwa “ Ketentuan ini untuk memberi kepastian bagi terdakwa agar tidak berlarutlarut waktunya untuk mendapatkan surat
putusan tersebut, dalam rangka ia akan menggunakan upaya hukum. Pasal 201 Ketentuan ini adalah memberikan suatu kepastian untuk membuka kemungkinan
surat palsu atau yang dipalsukan itu dipakai sebagai barang bukti, dalam hal dipergunakan upaya hukum. Di samping itu ketentuan tersebut ditujukan sebagai
jaminan ketelitian panitera dalam berkas perkara.
25
Penjelasan Pasal 201, bahwa “Ketentuan ini adalah memberikan suatu kepastian untuk membuka kemungkinan surat palsu atau yang dipalsukan itu
sebagai barang bukti, dalam hal dipergunakan upaya hukum. Di samping itu ketentuan tersebut ditujukan sebagai jaminan ketelitian panitera dalam berkas
perkara.
Andi Sofyan
375
membubuhi catatan pada catatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 disertai dengan salinan petikan putusan.
15. PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN EXECUTIE ATAU EKSEKUSI