Andi Sofyan
149
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84, guna kepentingan pemeriksaan berwenang mengeluarkan surat perintah
penahanan untuk paling lama tiga puluh hari. 30 hari
2 Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat 1 apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum
selesai, dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan negeri yang bersangkutan untuk paling lama enam puluh hari. 60
hari
3 Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari
tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi.
4 Setelah waktu sembilan puluh hari 90 hari walaupun perkara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah
dikeluarkan dari tahanan demi hukum.
4. Tingkat Banding Pegadilan TinggiTingkat II
Menurut Pasal 27 KUHAP, bahwa untuk perintah penahanan pada tingkat pemeriksaan perkara di tingkat
banding pengadilan tinggi, dapat dilakukan atas: 1 Hakim pengadilan tinggi yang mengadili perkara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87, guna kepentingan pemeriksaan banding berwenang mengeluarkan surat
perintah penahanan untuk paling lama tiga puluh hari. 30 hari
2 Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat 1 apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum
selesai, dapat diperpanjang oleh ketua pengadilan tinggi yang bersangkutan untuk paling lama enam puluh hari. 60
hari
3 Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari
tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi.
4 Setelah waktu sembilan puluh hari 90 hari walaupun
150
Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar
perkara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum.
5. Tingkat Kasasi Mahkamah Agung
Menurut Pasal 28 KUHAP, bahwa untuk perintah penahanan pada tingkat pemeriksaan perkara di tingkat kasasi
Mahkamah Agung, dapat dilakukan atas: 1 Hakim Mahkamah Agung yang mengadili perkara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88, guna kepentingan pemeriksaan kasasi berwenang mengeluarkan surat perintah
penahanan untuk paling lama lima puluh hari. 50 hari
2 Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat 1 apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum
selesai, dapat diperpanjang oleh Ketua Mahkamah Agung untuk paling lama enam puluh hari. 60 hari
3 Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menutup kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari
tahanan sebelum berakhir waktu penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi.
4 Setelah waktu seratus sepuluh hari 110 hari walaupun perkara tersebut belum diputus, terdakwa harus sudah
dikeluarkan dari tahanan demi hukum.
Berdasarkan lamanya penahanan mulai dari tingkat penyidikan sampai tingkat kasasi yaitu selama 400 hari empat
ratus hari, maka jumlah tersebut akan segera dikurangi. lihat bahasan selanjutnya.
9 Perpanjangan Penahanan Istimewa
Kekecualian dari jangka waktu penahanan sebagaimana tersebut dalam Pasal 24, 25, 26, 27, dan 28 KUHAP, guna
kepentingan pemeriksaan
11
penahanan terhadap tersangka
11
Penjelasan : yang dimaksud dengan “kepentingan pemeriksaan” ialah pemeriksaan yang belum dapat diselesaikan dalam waktu penahanan yang
ditentukan. Yang dimaksud dengan “gangguan isik atau mental yang berat” ialah keadaan tersangka atau terdakwa yang tidak memungkinkan untuk diperiksa
karena alasan isik atau mental.
Andi Sofyan
151
terdakwa dapat diperpanjang dengan alasan yang patut dan tidak dapat dihindarkan karena Pasal 29 ayat 1 KUHAP:
a. tersangka atau terdakwa menderita gangguan isik atau mental
yang berat, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, atau
b. perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara sembilan tahun atau lebih.
Maka perpanjangan penahanan padsa ayat 1, yaitu paling lama tiga puluh hari 30 hari dan dalam hal penahanan tersebut
masih diperlukan, dapat diperpanjang lagi untuk paling lama tiga puluh hari. 60 hari ayat 2
Perpanjangan penahanan tersebut pada ayat 2 di atas, atas dasar permintaan dan laporan pemeriksaan dalam tingkat :
a. penyidikan dan penuntutan diberikan oleh ketua pengadilan negeri;
a. pemeriksaan di pengadilan negari diberikan oleh ketua pengadilan tinggi;
b. pemeriksaan banding-diberikan oleh Mahkamah Agung; c. pemeriksaan kasasi diberikan oleh Ketua Mahkamah Agung.
Apabila perpanjangan penahanan tersebut pada ayat 2 tersangka atau terdakwa keberatan, maka keberatan dapat diajukan
dalam tingkat ayat 7: a. penyidikan dan penuntutan kepada ketua pengadilan tinggi;
b. pemeriksaan pengadilan negeri dan pemeriksaan banding kepada Ketua Mahkamah Agung RI.
10 Prosedur dan Tata Cara Penahanan
Cara penahanan atau penahanan lanjutan, baik yang dilakukan oleh penyidik maupun oleh penuntut umum serta oleh hakim ahíla
dengan jalan memenuhi ketentuan Pasal 21 ayat 2 dan ayat 3 KUHAP, sebagai berikut:
1. Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum terhadap tersangka atau terdakwa dengan
memberikan surat perintah penahanan atau penetapan hakim.
152
Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar
Pelaksanaan kedua jenis penahanan terdapat perbedaan yaitu perbedaan sebutan:
1 Apabila penyidik atau penuntut umum yang melakukan penahanan, maka penyidik atau penuntut umum segera
mengeluarkan atau memberikan “surat perintah penahanan” tersangka, sedangkan
2 Hakim segera mengeluarkan atau mengeluarkan “surat penetapan penahanan” kepada terdakwa.
2. Surat perintah penahanan atau surat penetapan penahanan, harus memuat hal-hal:
identitas tersangka atau terdakwa nama, umur, pekerjaan, jenis kelamin dan tempat tinglaalamat.
menyebutkan alasan penahanan yang dipersangkakan atau yang didakwakan kepadanya, maksudnya sudah jelas, yakni
agar yang bersangkutan tahu mempersiapkan diri dalam melakukan pembelaan dan juga untuk kepastian hukum.
tempat ia ditahan, hal inipun memberi kepastian hukum baik bagi orang ditahan itu sendiri dan juga keluarganya
Tembusan surat perintah penahanan atau penahanan lanjutan atau penetapan hakim sebagaimana dimaksud
dalam ayat 2 harus diberikan kepada keluarganya. ayat 3
11 Pengalihan Jenis Penahanan, yang Berwenang dan
Prosedurnya
Perubahan status tahanan biasanya diajukan bagi tersangka terdakwa ditahan di rumah tahanan negara untuk menjadi tahanan
kota atau tahanan rumah, maka prosedurnya sebagaimana ditentukan Pasal 23 KUHAP, bahwa untuk pengalihan jenis
penahanan, yang berwenang dan prosedurnya, adalah:
1 Penyidik atau penuntut umum atau hakim berwenang untuk mengalihkan jenis penahanan yang satu kepada jenis penahanan
yang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22. 2 Pengalihan jenis penahanan dinyatakan secara tersendiri
dengan surat perintah dari penyidik atau penuntut umum
Andi Sofyan
153
atau penetapan hakim yang tembusannya diberikan kepada tersangka atau terdakwa serta keluarganya dan kepada instansi
yang berkepentingan.
Dalam pengalihan jenis penahanan tetap dibuatkan perjanjnian sebagaimana dalam penangguhan penahanan, cuma
tampa jaminan baik jaminan uang atau orang, dan dalam perjanjian tersebut lazimnya mencamtumkan syarat, bahwa:
1. Tersangka atau terdakwa tidak akan melarikan diri; 2. Tersangka atau terdakwa tidak akan menghilangkan barang
bukti; 3. Tersangka atau terdakwa tidak akan mengulangi perbuatannya;
4. Tersangka atau terdakwa bersedia memenuhi panggilan untuk kepentingan pemeriksaan dalam semau tingkat pemeriksaan
atau tidak mempersulit jalan pemeriksaan atau persidangan.
12 Penangguhan Penahanan
1. Pihak yang Berhak Mengajukan dan Pihak Yang Berwenang Memberikan Penangguhan Penahanan