PENAFSIRAN HUKUM ACARA PIDANA
11. PENAFSIRAN HUKUM ACARA PIDANA
Setelah lahirnya Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, maka hal yang tak dapat disangkal lagi, bahwa pastilah memerlukan penafsiran atas rumusan pasal-pasalnya. Dengan penafsiran terhadap ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam pasal-pasal KUHAP itu akan dapat mencapai tujuan dari pembentukannya sesuai dengan kehendak pembentuk undang- undang. Hukum acara pidana dalam ilmu pengetahuan hukum pidana sering disebut sebagai hukum pidana formal, sehingga hukum acara pidana juga merupakan suatu hukum pidana. Dalam hal penafsiran undang-undang hukum acara pidana, maka Simons 34 berpendapat bahwa ”mengenai cara menafsirakan undang- undang pidana umumnya, yaitu Hot hoofdbegins moet zijn de wer uit zich zelf moet worden verklaard artinya undang-undang itu pada dasarnya harus ditafsirkan menurut undang-undang itu sendiri”. Jadi penafsiran undang-undang secara terbatas menurut undang- undang seperti dalam ilmu pengetahuan hukum pidana disebut strictieve interpretatie atau strictissima interpretaio, atau sebagai strictissimae interpretatio . Menurut van Hamel 35 , bahwa ”Pada dasarnya untuk menafsirkan udang-undang hukum pidana berlaku juga ketentuan- ketentuan mengenai penafsiran seperti yang biasa dipergunakan orang untuk menafsirkan undang-undang pada umumnya. Mengenai cara penafsiran suatu ketentuan pidana dalam 34 P.A.F. Lamintang, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dengan Pembahasan secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana, Pen. Sinar Baru, Bandung, 1984, h. 12-13. 35 Ibid. Andi Sofyan 25 suatu undang-undang pidana Hoge Raad di dalam arrest-nya, yaitu tanggal 12 Nopember 1900, W. 7525 dan tanggal 21 Januari 1929, N.J. 1929 hal. 709, W. 11963, telah memutuskan antara lain ”bij uitlegging van een op zich duidelijke bepaling mag eendaarvan afwijkende bedoeling van den wetgever niet in aanmerking komen artinya pada waktu menafsirkan suatu ketentuan yang sudah cukup jelas itu, orang tidak boleh menyimpang dari pengertian seperti yang telah dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang”. 36 Dalam menafsirkan undang-undang hukum acara pidana dengan metode-metode penafsiran sebagaimana yang telah diper- gunakan pada umunya, kecauli penggunaan metode penafsiran secara analogis dan metode penafsiran secara ekstensif, hingga kini belum terdapat suatu communis opinio doctorum atau suatu kesamaan pendapat diantara para ahli hukum, yaitu tentang boleh tidaknya metode-metode penafsiran tersebut dipergunakan untuk menafsirkan undang-undang pidana. Apabila kita membaca seluruh rumuasan pasal-pasal dalam KUHAP, maka tak satupun rumusan pasal-pasalnya yang memberikan kemungkinan atau mengizinkan orang untuk membe- rikan arti atau penafsiran yang lain kepada perkataan-perkataan yang telah dipergunakan oleh pembentuk undang-undang di dalam rumusan pasal-pasalnya. Jadi segala perkataan-perkataan yang terdapat di dalam rumusan pasal-pasal KUHAP itu selalu ditafsirkan sesuai arti yang telah dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang. 36 P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Pen. Sinar Baru, Bandung, 1983, h. 39. 26 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar Andi Sofyan 27BAB II KEKUASAAN DAN SUSUNAN BADAN
Parts
» PENDAHULUAN ISTILAH HUKUM ACARA PIDANA
» PENGERTIAN HUKUM ACARA PIDANA
» PRINSIP-PRINSIP DALAM HUKUM ACARA PIDANA 1 Prinsip Legalitas ILMU-ILMU PEMBANTU HUKUM ACARA PIDANA
» HAL-HAL YANG DIATUR DALAM HUKUM ACARA PIDANA
» PENAFSIRAN HUKUM ACARA PIDANA
» KEKUASAAN KEHAKIMAN YANG BEBAS DAN MERDEKA
» Pasal 20 yang berbunyi, bahwa: Pasal 25 yang berbunyi, bahwa: Kekuasaan Mengadili
» Pengadilan Negeri Menurut Pasal 77 KUHAP, yang berbunyi bahwa
» Menurut Pasal 84 KUHAP, bahwa: Menurut Pasal 85 KUHAP, bahwa ”Dalam hal keadaan
» Pengadilan Tinggi KEKUASAAN DAN SUSUNAN BADAN
» Mahkamah Agung Pasal 11, yang berbunyi bahwa: Pasal 12 yang berbunyi bahwa:
» KEDUDUKAN, TEMPAT KEDUDUKAN DAN SUSUNAN BADAN PERADILAN
» PENDAHULUAN SEJARAH SINGKAT HUKUM ACARA
» BERLAKUNYA HUKUM ACARA PIDANA TERTULIS 1 Zaman Pendudukan Penjajahan Belanda
» PROSES PENYUSUNAN KUHAP SEJARAH SINGKAT HUKUM ACARA
» SESUDAH BERLAKUNYA KUHAP SELAMA 30 TAHUN
» PENGERTIAN 1 Tersangka HAK-HAK TERSANGKA, TERDAKWA, TERPIDANA
» KLASIFIKASI TERSANGKA TERSANGKA, TERDAKWA, TERPIDANA
» TERTANGKAP TANGAN 1 Pengertian AWAL PROSES HUKUM ACARA
» Menurut Pasal 102 ayat 2 dan 3 KUHAP, bahwa: Menurut Pasal 111 KUHAP, bahwa: LAPORAN 1 Pengertian
» PENGADUAN CLACKDELICK 1 Pengertian Tindak Pidana Aduan Absolut Absolute Klachdelict
» PENDAHULUAN PENGERTIAN 1 Penyelidik Penyelidikan Penyelidik Penyelidikan
» WEWENANG 1 Penyelidik PENYELIDIK, PENYIDIK
» PENDAHULUAN VISI DAN MISI KEJAKSAAN
» PENGERTIAN KEDUDUKAN KEJAKSAAN PENUNTUT UMUM DAN
» WAJAH KEJAKSAAN DI ERA REFORMASI
» PENASIHAT HUKUM 1 Pendahuluan PENASIHAT HUKUM-ADVOKAT DAN
» Menurut Undang-undang RI No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat
» BANTUAN HUKUM 1 Pengertian Bantuan Hukum
» Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP
» Undang-undang RI No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
» PENANGKAPAN 1 Pendahuluan UPAYA PAKSA DALAM HUKUM ACARA
» PENAHANAN 1 Pendahuluan UPAYA PAKSA DALAM HUKUM ACARA
» Tingkat Penuntutan Tingkat Pengadilan Negeri Tingkat I
» Tingkat Banding Pegadilan TinggiTingkat II Tingkat Kasasi Mahkamah Agung
» Hakim di tingkat pemeriksaan di pengadilan.
» Tata cara Pengeluaran Tahanan karena penangguhan Penahanan Pencabutan Penangguhan Penahanan
» PENGGELEDAHAN 1 Pendahuluan UPAYA PAKSA DALAM HUKUM ACARA
» Pejabat yang Berwenang Tata Cara Prosedur Penggeledahan
» PEMERIKSAAN PENYITAAN SURAT UPAYA PAKSA DALAM HUKUM ACARA
» PRAPENUNTUTAN PRA PENUNTUTAN, PENUNTUTAN
» PENUNTUTAN PRA PENUNTUTAN, PENUNTUTAN
» SURAT DAKWAAN 1 Pendahuluan Syarat-syarat Formil
» Syarat Materiil PRA PENUNTUTAN, PENUNTUTAN
» Dakwaan Tunggal satu perbuatan saja, Dakwaan Alternatif
» Dakwaan Subsidair Dakwaan Kumulatif
» Splitsing PRA PENUNTUTAN, PENUNTUTAN
» CIRI DAN EKSISTENSI PRAPERADILAN TUJUAN PRAPERADILAN
» YANG BERWENANG MEMERIKSA PRAPERADILAN WEWENANG PRAPERADILAN
» Pemeriksaan Dilakukan dengan Hakim Tunggal Putusan Praperadilan
» GANTI KERUGIAN 1 Pendahuluan GANTI KERUGIAN DAN REHABILITASI
» Pengertian GANTI KERUGIAN DAN REHABILITASI
» PENDAHULUAN PENGGABUNGAN PERKARA GUGATAN
» BESARNYA JUMLAH GANTI KERUGIAN MAKSUD DAN TUJUAN PENGGABUNGAN PERKARA GUGATAN GANTI KERUGIAN
» PUTUSAN GANTI KERUGIAN ASSESSOR DENGAN PUTUSAN PIDANA
» PROSEDUR PENGAJUAN GUGATAN GANTI RUGI
» PENDAHULUAN SENGKETA WEWENANG MENGADILI
» SENGKETA ANTARA DUA ATAU BEBERAPA PENGADILAN
» PENDAHULUAN PENGERTIAN 1 Pembuktian PEMBUKTIAN
» Tujuan Pembuktian Masalah Pembuktian dalam KUHAP
» Syarat formil Syarat materiel
» ALAT-ALAT BUKTI Keterangan Saksi Keterangan Ahli Verklaringen Van Een Deskundige Expert
» Pasal 351 KUHPidana, bahwa: Pasal 353 KUHPidana, bahwa:
» Keterangan Bukti Surat Alat Bukti Petunjuk
» Alat Bukti Keterangan Terdakwa Barang Bukti
» PENDAHULUAN PENGERTIAN UPAYA HUKUM
» BENTUK-BENTUK PUTUSAN PENGADILAN UPAYA HUKUM BIASA Pemeriksaan Banding 1 Pendahuluan
» Pasal 233 KUHAP, bahwa: UPAYA HUKUM
» Pemeriksaan Kasasi 1 Pendahuluan UPAYA HUKUM
» UPAYA HUKUM LUAR BIASA 1. Pendahuluan Kasasi Demi Kepentingan Hukum
» Peninjauan Kembali Herziening 1 Pendahuluan
» UPAYA HUKUM GRASI Pengertian
» Proses Pemeriksaan Permohonan Grasi
» Upaya Hukum verzet atau Perlawanan
» SISTEM PEMERIKSAAN ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» PEMANGGILAN ATAU SURAT PANGGILAN
» ACARA PEMERIKSAAN PERKARA ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» Tindak pidana ringan ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» Perkara Pelanggaran Lalu Lintas
» TATA TERTIB PERSIDANGAN ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» PROSES PEMERIKSAAN IDENTITAS TERDAKWA PROSES PEMBACAAN SURAT DAKWAAN OLEH PENUNTUT UMUM
» Syarat Materiil ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» PROSES PEMBUKTIAN ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» REQUISITOIRPENUNTUTAN ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» NADER REQUISITOIR TAMBAHAN PENUNTUTAN NADER PLEIDOOI TAMBAHAN PEMBELAAN
» ACARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN MUSYAWARAH
» KEPUTUSAN PENGADILAN HAKIM ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» Menurut Pasal 194, yang berbunyi bahwa::
» PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN EXECUTIE ATAU EKSEKUSI
» PENGAWASAN DAN ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» BIAYA PERKARA ACARA PEMERIKSAAN PERKARA
» LANDASAN HUKUM PENYIDIKAN PERKARA KONEKSITAS 1 Pendahuluan
» MENETAPKAN WEWENANG MENGADILI KONEKSITAS
» MEMUTUS SENGKETA MENGADILI SUSUNAN MAJELIS HAKIM
» PENDAHULUAN PENGERTIAN CARA, BENTUK DAN ISI PEMBERIAN KUASA
» JENIS-JENIS SURAT KUASA Bentuk-Bentuk Pemberian Surat Kuasa BERAKHIRNYA SURAT KUASA
» PENDAHULUAN NEGARA YANG MENGATUR CONTEMPT OF COURT DALAM UU KHUSUS
» Amerika Serikat Jepang CONTEMPT OF COURT
» DEFINISI CONTEMPT OF COURT Menurut Black Laws dictionary
» Menurut Surat Keputusan bersama RUANG LINGKUP CONTEMPT OF COURT
Show more