ACARA PEMERIKSAAN PERKARA ACARA PEMERIKSAAN PERKARA

332 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar

3. ACARA PEMERIKSAAN PERKARA

Di dalam acara pemeriksaan perkara pidana, KUHAP telah membedakan tiga macam pemeriksaan, yaitu 1 acara pemeriksaan biasa; 2 acara pemeriksaan singkat; dan 3 acara pemeriksaan cepat: 1 Acara Pemeriksaan Biasa Dalam acara pemeriksaan biasa undang-undang tidak memberikan batasan tentang perkara-perkara yang mana termasuk pemeriksaan biasa, kecuali pada pemeriksaan acara singkat dan cepat. Acara pemeriksaan biasa disebut juga dengan perkara tolakkan vordering , sebagaimana menurut A. Karim Nasution 2 , yaitu “perkara-perkara sulit dan besar diajukan oleh penuntut umum dengan surat tolakan dakwaan”. Perkara jenis ini menurut istilah KUHAP disebut acara pelaksanaan biasa. Pada prinsipnya proses acara pemeriksaan biasa sebenarnya berlaku juga bagi pemeriksaan singkat dan cepat, kecuali dinyatakan hal-hal tertentu yang secara tegas dinyatakan lain. Untuk lebih jelasnya proses acara pemeriksaan dapat diuraiakan secara singkat, sebagai berikut: 1. Proses pertama penyerahan berkas perkara sebagaimana menurut ketentuan Pasal 155 ayat 1 KUHAP, yang berbunyi bahwa “pada saat penuntut umum menyerahkan berkas perkara ke pengadilan negeri cq. Hakim juga dengan disertai dengan surat dakwaan vordering supaya perkara pidananya diajukan dalam persidangan hakim terechzitting untuk diperiksa dan diadili”. 2. Proses kedua yaitu sidang I, sebagaimana menurut Pasal 153 ayat 3 Untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau 2 A. karim Nasution, Masalah Surat Tuduhan dalam proses Pidana, Pen. CV. Pantjuran Tujuh, Jakarta, 1981, h. 58. Andi Sofyan 333 terdakwanya anak-anak” 3 , selanjutnya menurut Pasal 155 ayat 1 KUHAP, yang berbunyi bahwa “ Pada permulaan sidang, hakim ketua sidang menanyakan kepada terdakwa tentang nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaannya serta mengingatkan terdakwa supaya memperhatikan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya di sidang”, dan selanjutnya menurut Pasal 155 ayat 2 huruf a KUHAP, yang berbunyi bahwa ”Sesudah itu hakim ketua sidang minta kepada penuntut umum untuk membacakan surat dakwaan; selanjutnya pada huruf b, bahwa ”hakim ketua sidang menanyakan kepada terdakwa apakah ia sudah benar-benar mengerti, apabila terdakwa ternyata tidak mengerti, penuntut umum atas permintaan hakim ketua sidang wajib memberi penjelasan yang diperlukan”. pembahasan tentang penuntutan dan surat dakwaan lihat Bab VII dan Bab X dan pembahasan dalam bab ini; selanjutnya 3. Proses ketiga pada sidang II, setelah proses pemeriksaan identitas terdakwa dan pembacaan surat dakwaan oleh penuntut umum, maka menurut Pasal 156 ayat 1 KUHAP, yang berbunyi bahwa “Terdakwa atau penasihat hukum mengajukan eksepsi atau keberatan atas dakwaan penuntut umum danatau pengadilan tidak berwenang”. pembahasan tentang eksepsi atau keberatan lihat pada Bab XIV dan dalam pembahasan bab ini. Selanjutnya 4. Proses keempat pada sidang III, adalah proses pembuktian lihat pembahasan dalam Bab 15 dan dalam pembahan bab ini. Proses ini setelah eksepsi atau keberatan terdakwa sebagaimana dimaksud Pasal 156 KUHAP oleh majelis hakim menjatuhkan putusan sela “menolak eksepsi aytau keberatan terdakwa”. selanjutnya 3 Menurut Pasal 152 ayat 4 KUHAP, bahwa ”Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat 2 dan ayat 3 mengakibatkan batalnya putusan demi hukum., sedangkan menurut ayat 5, bahwa ”Hakim ketua sidang dapat menentukan bahwa anak yang belum mencapai umur tujuh belas tahun tidak diperkenankan menghadiri sidang. 334 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar 5. Proses kelima pada sidang IV, adalah pembacaan tuntutan penuntut umum requisitoir pembahasan tentang penuntutan dan surat dakwaan lihat Bab VII dan Bab X dan pembahasan dalam bab ini, selanjutnya 6. Proses keenam, ketujuh dan kedelapan pada sidang V, VI, dan VII, adalah tanya jawab yaitu pembacaan pleidooi oleh terdakwapenasihat hukum; pembacaan nader requisitoir oleh penuntut umum, dan terakhir pembaca-an nader pleidooi oleh terdakwapenasihat hukum lebih lengkapnya lihat pembahasan dalam bab ini; selanjutnya 7. Proses kesembilan pada sidang IX, yaitu musyawarah majelis hakim dan pembacaan putusan lebih lengkapnya lihat pembahasan ini dalam bab ini 2 Acara Pemeriksaan Singkat Sumir Acara pemeriksaan singkat perkara sumir, menurut A. Karim Nasution 4 , yaitu “perkara-perkara yang sifatnya bersahaja, khususnya mengenai soal pembuktian dan pemakaian undang-undang, dan yang dijatuhkan hukuman pokoknya yang diperkirakan tidak lebih berat dari hukuman penjara selama satu tahun”. Adapun perkara yang dapat diperiksa secara singkat sumir, sebagaimana menurut Pasal 203 ayat 1 KUHAP, yang berbunyi bahwa ”Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan singkat ialah perkara kejahatan atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan Pasal 205 dan yang menurut penuntut umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana, selanjutnya menurut ayat 2 bahwa ”Dalam perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, penuntut umum menghadapkan terdakwa beserta saksi, ahli, juru bahasa dan barang bukti yang diperlukan. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa ketentuan tentang acara pemeriksaan biasa, juga berlaku bagi pemeriksaan singkat sumir, kecuali ditentukan lain, 4 Ibid. Andi Sofyan 335 sebagaimana menurut Pasal 203 ayat 3, yang berbunyi bahwa “ Dalam acara ini berlaku ketentuan dalam Bagian Kesatu, Bagian Kedua dan Bagian Ketiga Bab ini sepanjang peraturan itu tidak bertentangan dengan ketentuan di bawah ini : a. 1.penuntut umum dengan segera setelah terdakwa di sidang menjawab segala pertanyaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 ayat 1 memberitahukan dengan lisan dari catatannya kepada terdakwa tentang tindak pidana yang didakwakan kepadanya dengan menerangkan waktu, tempat dan keadaan pada waktu tindak pidana itu dilakukan; 2. pemberitahuan ini dicatat dalam berita acara sidang dan merupakan pengganti surat dakwaan; b. dalam hal hakim memandang perlu pemeriksaan tambahan, supaya diadakan pemeriksaan tambahan dalam waktu paling lama empat belas hari dan bilamana dalam waktu tersebut penuntut umum belum juga dapat menyelesaikan pemeriksaan tambahan, maka hakim memerintah-kan perkara itu diajukan ke sidang pengadilan dengan cara biasa; c. guna kepentingan pembelaan, maka atas permintaan terdakwa dan atau penasihat hukum, hakim dapat menunda pemeriksaan paling lama tujuh hari; d. putusan tidak dibuat secara khusus, tetapi dicatat dalam berita acara sidang; e. hakim memberikan surat yang memuat amar putusan tersebut; f. isi surat tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti putusan pengadilan dalam acara biasa. Demikian pula menurut Pasal 204 KUHAP, yang berbunyi bahwa “Jika dari pemeriksaan di sidang sesuatu perkara yang diperiksa dengan acara singkat ternyata sifatnya jelas dan ringan, yang seharusnya diperiksa dengan acara cepat, maka hakim dengan persetujuan terdakwa dapat melanjutkan pemeriksaan tersebut. 336 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar Berdasarkan Pasal 203 ayat 3 KUHAP di atas, maka Bagian Keempat Bab XVI mengenai pembuktian tidak dinyatakan berlaku bagi pemeriksaan singkat, sehingga menjadi pertanyaan alat pembuktian apa yang dapat dipakai untuk pemeriksaan singkat sumir ?. Hal ini tidak ada penjelasan lebih lanjut baik dalam pasal-pasal dan penjelasan pasal dalam KUHAP maupun dalam Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2010 tentang Pelaksanaan KUHAP. Dalam acara pemeriksaan singkat summier terdapat kemungkinan untuk diperiksa secara pemeriksaan biasa, apabila setelah meninjau dan mempelajari berkas perkara yang telah diajukan kepada hakim oleh penuntut umum secara summier, namun jika : a. menurut pendapat hakim harus ada tambahan pemeriksaan untuk melengkapkan surat-surat pemeriksaan, atau b. menurut pendapat hakim tidak dipenuhi syarat-syarat untuk diajukan secara summier. Demikian pula dalam acara pemeriksaan singkat, oleh hakim dapat mengubahnya menjadi acara pemeriksaan cepat, sebagaimana menurut Pasal 204 KUHAP, yang berbunyi bahwa “Jika dari pemeriksaan di sidang sesuatu perkara yang diperiksa dengan acara singkat ternyata sifatnya jelas dan ringan, yang seharusnya diperiksa dengan acara cepat, maka hakim dengan persetujuan terdakwa dapat melanjutkan pemeriksaan tersebut. 3 Acara Pemeriksaan Cepat Menurut ketentuan KUHAP, bahwa Pemeriksaan cepat dibagi atas atas dua bagian, yaitu 1 acara pemeriksaan tindak pidana ringan; dan 2 acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas. Segala ketentuan tentang acara pemeriksaan biasa berlaku pula pada acara pemeriksaan cepat ini dengan kekecualian tertentu, demikian menurut ketentuan Pasal 210 KUHAP, yang berbunyi bahwa “ Ketentuan dalam Bagian Kesatu, Bagian Kedua dan Bagian Ketiga Bab ini tetap berlaku sepanjang Andi Sofyan 337 peraturan itu tidak bertentangan dengan Paragraf ini”, demikian pula menurut Pasal 216 KUHAP, yang berbunyi bahwa ”Ketentuan dalam Pasal 210 tetap berlaku sepanjang peraturan itu tidak bertentangan dengan Paragraf ini”. Namun demikian pada Bagian Keempat yang mengatur tentang alat pembuktian tidak dinyatakan berlaku dalam acara pemeriksaan cepat ini, sehingga menjadi pertanyaan alat pembuktian apa yang dapat dipakai untuk pemeriksaan cepat ?. Hal ini tidak ada penjelasan lebih lanjut baik dalam pasal-pasal dan penjelasan pasal dalam KUHAP maupun dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1982 tentang Pelaksanaan KUHAP. Untuk lebih jelasnya tentang acara pemeriksaan tindak pidana ringan; dan acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas, diuraikan sebagai berikut:

1. Tindak pidana ringan