PIHAK-PIHAK DALAM GUGATAN GANTI RUGI SAAT PENGAJUAN GUGATAN GANTI KERUGIAN Permasalahan dalam Penggabungan Ganti Kerugian

228 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar Untuk lebih jelasnya dicontohkan satu kasus, yaitu Si A menabrak si B, kemudian si B dirawat di rumah sakit, si A diadili dengan dakwaan ”akibat kelalaian” menyebabkan si B cacat, namun si B mengalami kerugian, misalnya biaya pengobatan, dan lain-lain sebagainya, maka berdasarkan Pasal 98 ayat 1 KUHAP, bahwa di samping A dituntut melakukan suatu perbuatan ”akibat kelalaian” dan juga dihukum untuk membayara ganti kerugian pada si B akibat perbuatan tersebut. Selengkapnya bunyi Pasal 98 ayat 1 KUHAP, bahwa ” Jika suatu perbuatan yang menjadi dasar dakwaan di dalam suatu pemeriksaan perkara pidana oleh pengadilan negeri menimbulkan kerugian bagi orang lain, maka hakim ketua sidang atas permintaanorang itu dapat menetapkan untuk menggabungkan perkara gugatan ganti kerugian kepada perkara pidana itu”.

2. PIHAK-PIHAK DALAM GUGATAN GANTI RUGI

Dengan dikabulkannya penggabungan gugatan ganti rugi pada perkara pidana maka berdasarkan pasal 101 KUHAP, ketentuan dari aturan hukum acara perdatalah yang berlaku bagi pemeriksaan Gugatan ganti rugi. Dalam hukum acara perdata, yang disebut pihak-pihak dalam Gugatan ganti rugi adalah pihak Penggugat dan Tergugat. Pihak Penggugat adalah orang atau pihak-pihak yang mengajukan gugatan atas suatu perkara karena merasa hak-haknya telah dilanggar oleh seseorang, sedangkan pihak Tergugat adalah orang atau pihak-pihak yang digugat dan diajukan kemuka pengadilan karena diduga telah melanggar hak seseorang.

3. SAAT PENGAJUAN GUGATAN GANTI KERUGIAN

Gugatan ganti kerugian dapat diajukan dalam penggabungan perkara pemeriksaan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 98 ayat 2 KUHAP, yang menetapkan saat pengajuan gugatan ganti kerugian dalam penggabungan, yaitu: 1. Dalam pemeriksaan perkara pidana ”acara biasa” dan ”acara singkat” sumir, penuntut umum hadir dalam persidangan, maka gugatan ganti kerugian hanya dapat diajukan ”selambat- lambatnya, sebelum” penuntut umum mengajukan tuntutan Andi Sofyan 229 pidana rekuisitoir; sedangkan 2. apabila penuntut umum tidak hadir dalam pemeriksaan perkara ”acara cepat” dan pemeriksaan perkara ”lalu lintas jalan”, tuntutan ganti kerugian dapat diajukan selambat-lambatnya ”sebelum hakim menjatuhkan putusan”.

4. Permasalahan dalam Penggabungan Ganti Kerugian

Di dalam pemeriksaan penggabungan perkara dengan ganti kerugian, maka hakim harus tetap berpedoman pada ketentuan hukum acara perdata dalam pemeriksaan gugatan kerugian, sebab Pasal 99 ayat 1 KUHAP, antara lain dikatakan bahwa “.. maka pengadilan negeri menimbang tentang kewenangannya untuk mengadili gugatan tersebut...”, jadi berdasarkan kompetensi absolut; terutama dari kompetensi relatif. Hakim harus meneliti secara saksama tempat tinggal atau tempat kediaman terdakwa tergugat, karena sesuai dengan kompetensi relatif dalam hukum acara perdata, pada pokoknya didasarkan pada tempat tinggal atau tempat kediaman terdakwa tergugat. Jadi pada prinsipnya yang berwenang memeriksa dan memutus gugatan perdata ialah pengadilan negeri tempat tinggal atau tempat kediaman terdakwa tergugat. Apabila terdakwa tergugat yang diadili perkara pidananya disidangkan pada pengadilan negeri di luar wilayah tempat tinggal atau tempat kediamannya terdakwa tergugat, maka tuntutan ganti rugi secara penggabungan tidak dapat diperiksa atau diterima oleh pengadilan negeri yang bersangkutan dengan alasan “tidak berwenang untuk memeriksa”, dan yang berwenang adalah pengadilan negeri tempat tinggal atau tempat kediamannya terdakwa tergugat. Selaian permasalahan tersebut di atas, maka permasalahan lainnya, bahwa pengadilan negeri harus mempertimbangkan hal- hal: 1. Tentang kebenaran dasar gugatan ganti kerugian, apa benar ganti kerugian yang diajukan merupakan akibat langsung yang timbul dari tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa. Jadi hakim mempetimbangkan adanya “causaliteit” hubungan 230 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar sebab akibat antara tindak pidana yang dilakukan terdakwa dengan kerugian yang diderita sebagaimana diatur Pasal 1365 KUHPerdata. 2. Masalah besarnya jumlah penggantian biaya yang telah dikeluarkan pihak yang dirugikan, benar-benar dapat dibuktikan oleh penuntut umum atau yang menderita kerugian korban. Demikian pula halnya dalam penggabungan perkara dengan ganti kerugian, apabila pihak yang dirugikan atau korban merasa tidak puas atas besarnya jumlah ganti kerugian yang telah diputusakan oleh hakim, maka pihak yang dirugikan atau korban tidak dapat dimungkinkan untuk melakukan uapaya banding atau kasasi, kecuali penuntut umum atau terdakwa tergugat.

5. BESARNYA JUMLAH GANTI KERUGIAN