PENDAHULUAN PENGERTIAN 1 Pembuktian PEMBUKTIAN

Andi Sofyan 241

BAB XV PEMBUKTIAN

1. PENDAHULUAN

Pembuktian dalam perkara pidana berbeda dengan pembuktian dalam perkara perdata., sebab di dalam pembuktian perkara pidana hukum acara pidana adalah bertujuan untuk mencari kebenaran material, yaitu kebenaran sejati atau yang sesungguhnya, sedangkan pembuktian dalam perkara perdata hukum acara perdata adalah bertujuan untuk mencari kebenaran formil, artinya hakim tidak boleh melampaui batas-batas yang diajukan oleh para pihak yang berperkara. Jadi hakim dalam mencari kebenaran formal cukup membuktikan dengan ”preponderance of evidence” , sedangkan hakim pidana dalam mencari kebenaran materiil, maka peristiwanya harus terbukti beyond reasonable doubt Demikian pula dalam persidangan, hakim dalam perkara pidana adalah aktif, artinya hakim berkewajiban untuk mendapatkan bukti yang cukup untuk membuktikan tuduhan kepada tertuduh, sedangkan dalam perkara perdata, hakimnya passif artinya hakim tidak menentukan luas dari pada pokok sengketa dan tidak menambah dan mengurangi selain apa yang disengketakan oleh para pihak. Masalah pembuktian adalah yang sangat penting dan utama, sebagaimana menurut Pasal 6 ayat 2 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana , bahwa “Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya”.

2. PENGERTIAN 1 Pembuktian

Kata ”pembuktian” berasal dari kata ”bukti” artinya ”sesuatu 242 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa”, kemudian mendapat awalan ”pem” dan akhiran ”an”, maka pembuktian artinya ”proses perbuatan, cara membukti-kan sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa”, demikian pula pengertian membuktikan yang mendapat awalan ”mem” dan akhiran ”an”, artinya memperlihatkan bukti, meeyakinkan dengan bukti” 1 . Menurut J.C.T. Simorangkir, dkk. 2 , bahwa pembuktian adalah ”usaha dari yang berwenang untuk mengemukakan kepada hakim sebanyak mungkin hal-hal yang berkenaan dengan suatu perkara yang bertujuan agar supaya dapat dipakai oleh hakim sebagai bahan untuk memberikan keputusan seperti perkara tersebut”. Sedangkan menurut Darwan Prints 3 , bahwa pembuktian adalah ”pembuktian bahwa benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakaukannya, sehingga harus mempertanggungjawabkannya. 2 Membuktikan Selain itu Sudikno Mertokusumo 4 menggunakan istilah membuktikan, dengan memberikan pengertian, sebagai berikut: 1. Kata membuktikan dalam arti logis, artinya memberi kepastian yang bersifat mutlak, karena berlaku bagi setiap orang dan tidak memungkinkan adanya bukti-bukti lain. 2. Kata membuktikan dalam arti konvensional, yaitu pembuktian yang memberikan kepastian, hanya saja bukan kepastian mutlak melainkan kepastian yang nisbi atau relatif, sifatnya yang mempunyai tingkatan-tingkatan: 1 Kepastian yang didasarkan atas perasaan belaka, maka kepastian ini bersifat intuitif dan disebut conviction intime. 2 Kepastian yang didasarkan atas pertimbangan akal, maka disebut conviction raisonnee. 1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diterbitkan oleh Departemen P K, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, h. 133. 2 J.C.T. Simorangkir, dkk, Kamus Hukum, Pen. Aksara Baru, Jakarta, 1983 , h. 135 3 Darwan Prints, Hukum Acara Pidana suatu Pengantar, Pen. Djambatan kerjasama dengan Yayasan LBH, Jakarta, 1989, h. 106 4 Sudikno Mertokusumo,Hukum Acara Perdata Indonesia, Pen. Liberty, Yogyakarta, 1982, h. 101. Andi Sofyan 243 3. Kata membuktikan dalam arti yuridis, yaitu pembuktian yang memberi kepastian kepada hakim tentang kebenaran suatu peristiwa yang terjadi. 3 Alat Bukti Menurut R. Atang Ranomiharjo 5 , bahwa alat-alat bukti yang sah adalah alat-alat yang ada hubungannya dengan suatu tindak pidana, di mana alat-alat tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian, guna menimbulkan keyakinan bagi hakim, atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa.

1. Tujuan Pembuktian