Alat Bukti Keterangan Terdakwa Barang Bukti

284 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar

4. Alat Bukti Petunjuk

Menurut Pasal 188 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan alat bukti petunjuk adalah: 1 Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. 2 Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat diperoleh dari : a. keterangan saksi; b. surat; c. keterangan terdakwa. 3 Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bidjaksana setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan kesaksamaan berdasarkan hati nuraninya.

5. Alat Bukti Keterangan Terdakwa

Menurut Pasal 189 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan alat bukti berupa keterangan terdakwa, adalah: 1 Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri. 2 Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya. 3 Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri. 4 Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain. Jadi berdasarkan Pasal 189 KUHAP di atas, bahwa keterangan Andi Sofyan 285 terdakwa harus diberikan di depan sidang saja, sedangkan di luar sidang hanya dapat diperguna-kan untuk menemukan bukti di sdiang saja. Demikian pula apabila terdakwa lebih dari satu orang, maka keterangan dari masing-masing terdakwa untuk dirinya sendiri, artinya keterangan terdakwa satu dengan terdakwa lainnya tidak boleh dijadikan alat bukti bagi terdakwa lainnya. Dalam hal keterangan terdakwa saja di dalam sidang, tidak cukup untuk membuktikan, bahwa terdakwa telah bersalah melakukan suatu tindak pidana, tanpa didukung oleh alat bukti- bukti lainya.

7. Barang Bukti

KUHAP hanya menjelaskan tentang alat bukti sebagaimana uraian di atas, namun pengertian barang bukti tidak dijelaskan, namun dalam HIR Pasal 63 sampai 67 HIR disebutkan, bahwa ”barang-barang yang dapat diperguna-kan sebagai bukti, dapatlah dibagi atas: 1. barang yang merupakan objek peristiwa pidana; 2. barang yang merupakan produk peristiwa pidana; 3. barang yang dipergunakan sebagai alat pelaksanaan peristiwa pidana; 4. barang-barang yang terkait di dalam peristiwa pidana. Barang yang merupakan objek, misalnya dalam perkara pencurian uang, maka uang tersebut dipergunakan sebagai barang bukti, selain itu dibedakan antara objek mati tidak bernyawa dan objek yang bernyawa, maka objek mati adalah benda-benda tak bernyawa, sedangkan yang bernyawa misalnya pencurian hewan dan lain sebagainya, barang yang merupakan produk peristiwa pidana, misalnya uang palsu atau obat-obatan dan sebagainya, demikian pula barang yang dipergunakan sebagai alat pelaksanaan peristiwa pidana, misalnya senjata api atau parang yang dipergunakan untuk penganiayaan atau pembunuhan orang dan sebagainya, sedangkan barang yang terkait di dalam peristiwa pidana, misalnya bekas-bekas darah [ada pakaian, bekas sidik jari, 286 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar dan lain sebagainya. Jadi barang-barang bukti sebagaimana disebutkan di atas adalah sebagai bagian dari pembuktian evidences dalam suatu peristiwa pidana. Andi Sofyan 287

BAB XVI UPAYA HUKUM

1. PENDAHULUAN

Bahwa Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum, hal yang tak dapat disangkali lagi, sehingga proses penegakan hukum untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran di negara kita ini, kiranya perlu mendapat perhatian serius dari kita semua, maka salah satu yang perlu mendapat perhatian khusus adalah upaya hukum terhadap putusan pengadilan majelis hakim kepada terdakwa terpidana atau penuntut umum yang tidak puas atau tidak dapat menerima putusan tersebut, maka terdakwa terpidana atau penuntut umum melakukan upaya hukum.

2. PENGERTIAN

Adapun yang dimaksud upaya hukum menurut R. Atang Ranoemihardja 1 , yaitu ”suatu usaha melalui saluran hukum dari pihak-pihak yang merasa tidak puas terhadap keputusan hakim yang dianggapnya kirang adil atau kurang tepat”. Sedangkan di dalam Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana disingkat KUHAP 2 , bahwa ”upaya hukum yaitu hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan”. Demikian pula menurut Pasal 1 butir 12 KUHAP, yaitu ”Hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang- undang ini. Jadi upaya hukum menurut Pasal 1 butir 12 KUHAP di atas 1 R. Atang Ranoemihardjo, Hukum Acara Pidana, Pen. Tarsito. Bandung, 1976, h. 123. 2 Departemen Kehakiman R.I., Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Cet. Kedua, 1982, h. 159.