LANDASAN HUKUM PENYIDIKAN PERKARA KONEKSITAS 1 Pendahuluan

382 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar koneksitas adalah suatu lembaga yang memungkinkan para pelaku tindak pidana yang termasuk ruang lingkup peradilan umum dan militer diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer. Lebih dipertegas tentang pengertian koneksitas, sebagaimana menurut ketentuan Pasal 89 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana disingkat KUHAP yang berbunyi, bahwa ”Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer, diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum kecuali jika menurut keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan dengan persetujuan Menteri Kehakiman perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer”.

3. LANDASAN HUKUM

Berdasarkan Pasal 22 UU RI No. 14 Tahun 1970 dan terakhir diubah Undang-undang RI No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 16 jo Pasal 24 UU RI No. 4 Tahun 2004 bahwa “Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer, diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali dalam keadaan tertentu menurut keputusan Ketua Mahkamah Agung perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer”. Sebagai pelaksanaan dari ketentuan undand-undang RI No. 14 Tahun 1970 , maka dikeluarkan Keputusan Bersama MenKeh, MenHanKamPangab Jaksa Agung Nomor: B16XII1971 Tentang Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal 22 UU RI No. 14 Tahun 1970 jo Pasal 24 UU RI No. 4 Tahun 2004 tentang Kebijaksanaan dalam pemeriksaan tindak pidana yang dilakukan bersama oleh orang yang termasuk dalam lingkungan Peradilan Umum dan orang yang termasuk dalam lingkungan Peradilan Militer. Untuk memberikan dasar hukum yang mantap, maka materi keputusan bersama tersebut dengan sedikit perubahan diatuangkan dalam KUHAP, yaitu sebagaimana diatur dalam Bab XI Pasal 89 sampai dengan 94 KUHAP. Andi Sofyan 383

4. PENYIDIKAN PERKARA KONEKSITAS 1 Pendahuluan

Dalam perkara koneksitas oleh pelaku yaitu tersangka terdakwa yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tunduk lepada lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer. Oleh karena itu untuk melakukan penyidikan tidak sama dengan seperti pada tindak pidana umum. Bagi tersangka yang tunduk kepada peradilan umum, maka penyidik tungal adalah Kepolisian dan penuntut umum adalah jaksa, sedangkan bagi tersangka yang tunduk pada peradilan militer, maka penyidiknya adalah CPM dan penuntut umumnya adalah Oditur Militer. 2 Tim Tetap Untuk melakukan penyidikan atas tindak pidana koneksitas, sebagaimana diatur Pasal 89 ayat 2 KUHAP, yaitu ” Penyidikan perkara pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan oleh suatu tim tetap yang terdiri dari penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan polisi militer Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan oditur militer atau oditur militer tinggi sesuai dengan wewenang mereka masing-masing menurut hukum yang berlaku untuk penyidikan perkara pidana”. Selanjutnya menurut ayat 3, bahwa ” Tim sebagai-mana dimaksud dalam ayat 2 dibentuk dengan surat keputusan bersama Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Menteri Kehakiman”. Berdasarkan ayat 3 tersebut di atas, maka lahirlah Surat Keputusan Bersama antara Menteri Pertahanan dan Keamanan RI. Menhankam dan Menteri kehakiman RI. MenKeh Nomor: KEP.10MXII1985 No. KEP.57.1.R. 09.05. Tahun 1985, yaitu: 1. Menurut Pasal 1, yang berbunyi bahwa ”untuk melakukan penyidikan atas tindak pidana koneksitas dilakukan oleh suatu Tim Tetap di Pusat dan Daerah”. 2. Menurut Pasal 2, yang berbunyi bahwa: a. Tim Tetap itu, terdiri dari: 1 Penyidik dari Markas Besar Keplisian Negara R.I 2 Penyidik dari Polisi Militer ABRI sekarang TNI pada 384 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar Pusat Polisi Militer ABRI TNI, disingkat PUSPOM ABRI TNI. 3 Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi dari Oditur Jenderal ABRI TNI, disingkat OTJEN ABRI TNI. b. Dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri: a Penyidik pada Markas Komando Wilayah Kepolisian RI. Markas Komando Kota Besar RI, Markas Komando ResortResort Kota Kepolisian RI dan Markas Komando SektorSektor Kota Kepolisian RI; b Penyidik dari Polisi Militer ABRI TNI pada Detasmen POM ABRI TNI; c Oditur Militer dari Oditurat Militer. 3. Menurut Pasal 3, yang berbunyi bahwa:  Tim Pusat berkedudukan di Ibukota Negara RI dan Tim Tetap Daerah berkedudukan dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi yang bersangkutan.  Tim Tetap dalam melaksanakan tugasnya dikoordinasi dan diawasi oleh salah seorang anggota Tim Tetap. Ketua Tim Tetap dijabat oleh salah seorang anggota Tim Tetap, secara bergilir berturut-turut dari Kepolisian, POM ABRI TNI dan Oditur Militer, setiap kali masa jabatan selama satu tahun.  Dalam hal kepangkatan Ketua Tim Tetap yang baru lebih rendah dari kepangkatan anggota Tim lainnya, maka KepalaKomandan Keastuan dari unsur Tim Tetap yang bersangkutan mengadakan penyesuaian seperlunya. 3 Tugas Tim Tetap 1 Tugas Tim Tetap Pusat Tim Tetap Pusat bertugas melakukan penyidikan terhadap perkara koneksitas: a Apabila perkara dan atau tersangka mempunyai bobot nasional danatau internasional; b Apabila dilakukan atau akibat yang ditimbulkannya terdapat dalam lebih dari satu Daerah Hukum Pengadilan Andi Sofyan 385 Tinggi 2 Tugas Tim Tetap Daerah a Dalam Daerah hukum Pengadilan Tinggi  Apabila dilakukan atau akibat yang ditimbulkannya lebih dari satu daerah Hukum Pengadilan Negeri, tetapi masih dalam satu Daerah Hukum Pengadilan Tinggi;  Apabila pelaksanaan penyidikannya tidak dapat diselesaikan oleh Tim Tetap yang ada dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri dan masih dalam Daerah Hukum Pengadilan Tinggi yang bersangkutan b Dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Apabila dilakukan tindak pidana koneksitas atau akibat yang ditimbulkannya terjadi dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri yang bersangkutan Pasal 4

5. PELAKSANAAN PENYIDIKAN