SESUDAH BERLAKUNYA KUHAP SELAMA 30 TAHUN

54 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar lebih baik dan manusiawi dalam pelaksanaan penegakan hukum di Indonesia.

4. SESUDAH BERLAKUNYA KUHAP SELAMA 30 TAHUN

Setelah memasuki usia kurang lebih 30 tahun berlakunya KUHAP, telah muncul suatu keinginan agar KUHAP dapat segera direvisi karena tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan sebagaimana pada saat diundangkan. Mengapa KUHAP yang baru berumur kurang lebih 30 tahun sudah akan diubah lagi ? Sejauh manakah kelemahan-kelemahan atau kekurangan KUHAP dalam merespon perkembangan yang terjadi dalam masyarakat? Ketika praktik peradilan Indonesia menggunakan telekonperensi dan ketika munculnya undang-undang baru, seperti Undang-undang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Undang- undang Pencucian Uang, Undang-undang Terorisme dan lain sebagainya, kita tidak membantah munculnya berbagai keluhan dan kritik yang ditujukan kepada KUHAP karena KUHAP dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat Indonesia, termasuk alat-alat bukti yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Globalisasi dalam segala segi kehidupan, memang semakin meningkat. Kita tidak dapat menghindari globalisasi ekonomi, sosial, budaya dan hukum. Saling membantu dan bekerja sama antar negara dalam penegakan hukum semakin penting. Ekstradisi, pengembalian aset, pertukaran tahanan dan narapidana sudah diatur oleh Perserikatan Bangsa Bangsa. Negara-negara diwajibkan untuk menciptakan peraturan hukum tertentu. Seperti money laundering, korupsi dan terorisme. Dengan demikian, semua itu memerlukan penyusunan undang- undang baru yang dapat diterima oleh dunia. Ada beberapa hal menyangkut teknologi yang langsung mempengaruhi hukum pidana dan hukum acara pidana misalnya kemajuan teknologi komputer yang sangat pesat. Menjadi persoalan adalah apakah data komputer, program komputer, SMS, internet, faksimili, email, termasuk dalam pengertian surat ? Jika ya, maka mesti alat bukti di dalam KUHAP berupa surat harus diperluas pengertiannya, sehingga mencakup semua perkembangan tadi. Menghadapi perkembangan teknologi informasi tersebut, Andi Sofyan 55 sudah barang tentu ada benarnya untuk mengatakan sebagian rumusan dan standar KUHAP sudah kurang mampu menampung dan men jembatani permasalahan konkret yang muncul di hadapan kita. Dalam usianya yang ke-25 tahun, KUHAP berhadapan dengan cepatnya perubahan masyarakat Indonesia yang sudah dipengaruhi paradigma moving speedly. Tampaknya beberapa ketentuan dan standar hukum yang terdapat di dalamnya, mungkin sudah mengalami sifat yang terlalu konservatif dan kaku strict law. Akibatnya menimbulkan penerapan KUHAP bersifat “resistensi” dan “reaktif” terhadap tuntutan kesadaran perkembangan masyarakat. Sehubungan dengan itu, dikaitkan dengan pandangan yang berkembang, yang mengatakan : tidak ada lagi undang-undang hukum positif yang bisa bertahan abadi, daya jangkauannya paling jauh 20 - 25 tahun. Tidak salah jika KUHAP sudah memerlu-kan peninjauan atas sebagian nilai. Standarnya pun perlu dikoreksi. Seperti penggantian lembaga praperadilan menjadi hakim komisaris atau hakim investiga-si yang wewenangnya lebih luas dan lebih terperinci. Kekurangan dan kelemahan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana lainnya yang juga disorot adalah keberadaan lembaga praperadilan, yang ternyata tidak sesuai atau menyimpang dengan konsep awal sebagai lembaga representasi perlindungan hak asasi manusia, khususnya terhadap kedudukan tersangka dalam praxes penyidikan dan terdakwa dalam proses penuntutan. Menurut Indrianto Seno Adji, sejak awal implementasi berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 mengenai Hukum Acara Pidana KUHAP, lembaga Praperadilan ternyata lahir tidak sesuai dengan ide awal. Lembaga ini awalnya dimaksudkan sebagai proteksi terhadap penyimpangan upaya paksa dalam arti luas dwangmiddelen dari aparatur penegak hukum. Lagi pula prakteknya tidak sesuai dengan kehendak atas perlindungan hak asasi manusia bagi pihak-pihak yang terlibat. Keinginan merevisi aturan praperadilan merupakan bentuk responsitas yang wajar saja mengingat pengalaman empiris terhadap implementasi Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ini ditemukan segala 56 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar kekurangan dan kelemahan selain memang harus diakui adanya suatu terobosan yang diintrodusir KUHAP, seperti misalnya prinsip NonSelf-Incrimination, presumption of innocence, verschoningsrecht dan lain-lain. Terhadap lahirnya undang-undang baru, yang secara tersendiri dan khusus mengatur tentang hukum acara pidana, seperti undang-undang Pengadilan Hak Asasi Manusia, undang- undang Terorisme, undang-undang Komisi Pemberantsan Korupsi dan lain-lain sebagainya, maka sepanjang tidak ditentukan lain dalam KUHAP, tetap berlaku sebagai peraturan khusus tentang acara pidana sesuai dengan asas lex spesialis derogat legi generali. Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka dalam rangka merespon perkembangan yang terjadi dan munculnya kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam KUHAP, maka langkah yang harus dilakukan adalah perlu melakukan revisi atau perbaikan. Hal yang sebenarnya bahwa praktik penerapan KUHAP dalam proses peradilan pidana di Indonesia sudah mencerminkan kemajuan dan kecenderungan untuk memperhati-kan dan menghormati hak-hak asasi kepada tersangka atau terdakwa dan terpidana, namun yang paling penting bahwa KUHAP perlu segera diperiksa, diteliti beberapa pokok masalah KUHAP yang perlu disesuaikan dan disempurnakan untuk diperbaiki atau direvisi agar lebih aktual Andi Sofyan 57

BAB IV TERSANGKA, TERDAKWA, TERPIDANA