HAL-HAL YANG DIATUR DALAM HUKUM ACARA PIDANA

22 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar hal yang abnormal. Dalam hal ini ilmu yang dibutuhkan untuk meneliti keadaan-keadan yang abnormal adalah psikiatri, maka dengan psikiatri akan mengungkapkan suatu kebenaran mataerial secara abnormal. 4 Kriminologi Selain daripada ilmu-ilmu pembantu hukum acara pidana di atas, maka ilmu kriminologi merupakan salah satu ilmu pembantu yang sangat penting dalam hukum acara pidana, sebab krimnologi ilmu yang mempelajasi sebab-sebab atau latar belakang mengapa oarng melakukan kejahatan etiologi kriminal criminele aetologie.

10. HAL-HAL YANG DIATUR DALAM HUKUM ACARA PIDANA

Dalam karya Mr. J.M. Van Bemmelen ”Leerboek van het Nederlandse Strafprocesrecht”, yang distir oleh Rd. Achmad S Soema Dipradja yang mengemukakan bahwa pada pokoknya hukum acara pidana mengatur hal-hal 32 : 1 Diusutnya kebenaran dari adanya persangkaan dilarangnya undang-undang pidana, oleh alat negara, yang khusus diadakan untuk keperluan tersebut. 2 Diusahakan diusutnya para pelaku dari perbuatan itu. 3 Diikhtiarkan segala daya-upaya agar para pelaku dari perbuatan tadi, dapat ditangkap, jika perlu untuk ditahan. 4 Alat-alat bukti yang telah diperoleh oleh terkumpul hasil pengusutan dari kebenaran persangkaan tadi diserahkan kepada hakim, demikian juga diusahakan agar tersangka dapat dihadapkan kepada hakim. 5 Menyerahkan kepada hakim untuk diambil putusan tentang terbukti tidaknya daripada perbuatan yang disangka dilakukan oleh tersangka dan tindakan atau hukuman apakah yang lalu akan diambil atau dijatuhkan. 6 Menentukan upaya-upaya hukum yang dapat dipergunkana terhadap putusan yang diambil Hakim. 32 Rd. Achmad S Soema Dipradja, Op. cit h. 16. Andi Sofyan 23 7 Menentukan upaya-upaya hukum yang dapat dipergunakan terhadap putusan yang diambil Hakim. 8 Putusan yang pada akhirnya diambil berupa pidana atau tindakan untuk dilaksanakan. Maka berdasarkan hal di atas, dapatlah diambil kesimpulan, bahwa tiga fungsi pokok acara pidana, adalah: 1. Mencari dan menemukan kebenaran. 2. Pengambilan putusan oleh hakim. 3. Pelaksanaan daripada putusan yang telah diambil. Dengan demikian hukum acara pidana, menentukan, aturan agar para pengusut dan pada akhirnya Hakim, dapat berusaha menembus ke arah ditemukannya kebenaran dari perbuatan yang disangka telah dilakukan orang. Demikian pula Moch. Faisal Salam 33 , bahwa ketentuan- ketentuan perundang-undangan yang mengatur prosedur agar pelaku pelanggaran dan kejahatan dapat dihadapkan ke muka sidang pengadilan dinamakan hukum pidana formil. Dengan kata lain bahwa ”Hukum pidana formil adalah kumpulan peraturan- peraturan hukum yang memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur hal-hal sebagai berikut: 1 Tindakan-tindakan apa yang harus diambil,apabila ada dugaan, bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dilakukan seseorang. 2 Apabila benar telah terjadi suatu tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang, maka perlu diketahui, siapa pelakuknya dan cara bagaimana melakukan penyidikan terhadap pelaku. 3 Apabila telah diketahui pelakunya, maka penyidik perlu menangkap, menahan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan permulaan atau dilakukan penyidikan. 4 Untuk membuktikan apakah tersangka benar-benar melakukan suatu tindak pidana, maka perlu mengumpulkan barang- barang bukti, menggeledah badan dan tempat-tempat serta 33 Moch. Faisal Salam, Hukum Acara Pidana dalam teori Praktek, Pen. Mandar Maju, Bandung, 2001, h. 3 24 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar menyita barang-barang bukti yang diduga ada hubungannya dengan perbuatan tersebut. 5 Setelah selesai dilakukan pemeriksaan permulaan atau penyidikan oleh Polisi, maka berkas perkara diserahkan pada kejaksaan negeri, selanjutnya pemeriksaan dalam sdiang pengadilan terhadap terdakwa oleh hakim sampai dapat dijatuhkan pidana.

11. PENAFSIRAN HUKUM ACARA PIDANA