Splitsing PRA PENUNTUTAN, PENUNTUTAN

Andi Sofyan 191 tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan. Jadi yang dimaksud dengan tindak pidana yang dianggap mempunyai sangkut paut satu dengan yang lain, apabila tindak pidana tersebut dilakukan: 1. Oleh lebih dari seorang yang bekerja sama dan dilakukan pada saat yang bersamaan; 2. Oleh lebih dari seorang pada saat dan tempat yang berbeda, akan tetapi merupakan pelaksanaan dari permufakatan jahat yang dibuat oleh mereka sebelumnya; 3. Oleh seorang atau lebih dengan maksud mendapatkan alat yang akan dipergunakan untuk melakukan tindak pidana lain atau menghindarkan diri dari pemidanaan, karena tindak pidana lain. Jadi disimpulkan, bahwa yang diatur oleh ketentuan Pasal 141 KUHAP, adalah apa yang diatur di dalam Pasal 55 dan 56 KUHPidana. Pasal 55 KUHPidana meliputi: pembuat dader seperti mereka yang melakukan plegen, mereke yang menyuruh melakukan doen plegen, dan yang turut serta melakukan made dader, serta mereka yang menjanjikan atau memberi sesuatu uit locking. Demikian pula menyalahguna- kan kekuasaan atau martabat, ancaman atau penyesatan atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan dan sengaja menganjurkan perbuatan. Demikian pula Pasal 56 KUHPidana mencakup mereka yang membantu melakukan medeplichtige, sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan, sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan.

2. Splitsing

Selain penggabungan perkara, penuntut umum juga dapat melakukan penuntutan dengan jalan pemisahan perkara, sebagaimana diatur dalam Pasal 142 KUHAP, yaitu ”Dalam hal penuntut umum menerima satu berkas perkara yang 192 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar memuat beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang tersangka yang tidak termasuk dalm ketentuan Pasal 141 KUHAP, penuntut umum dapat melakukan penuntutan terhadap masing-masing terdakwa secara terpisah”. Jadi splitsing adalah dilakukan oleh penuntut umum yaitu dengan membuat berkas perkara baru, di mana para tersangka saling menjadi saksi, sehingga untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan baru, baik terhadap saksi maupun tersangka. Hal ini dilakukan untuk menguatkan dakwaan penuntut umum. Kemudian masalah splitsing dalam penjelesana lanjutannya sebagai-mana di dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagai berikut ”Mungkin akan menimbulkan permasalahan dalam praktek ialah sehubungan dengan masalah apakah penuntut umum berwenang membuat berkas perkara baru sehubungan dengan ”splitsing” itu ?. Dalam hubungan ini, maka penyelidiklah yang melaksanakan ”splitsing” atas petunjuk penuntut umum. Adapun dijadi-kan dasar pemikirannya ialah: bahwa masalah ”splitsing ” ini adalah masih dalam tahap tindakan penuntutan dan belum sampai pada tahap penyidikan penuntutan dan belum sampai pada tahap penyidangan perkara di pengadilan Dalam perkembangannya, penuntutan dapat dihentikan oleh penuntut umum dengan beberapa pertimbangan. Pertimbangan yang dimaksud adalah sesuai dengan bunyi pasal 140 ayat 2 KUHAP, yaitu ”karena tidak cukup bukti peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana perkara ditutup demi hukum”. 6 Kekuasaan Lalim Surat Dakwaan 1. Positif, bahwa kekuasaan lalim surat dakwaan adalah tentang isi dakwaan seluruhnya, sekedar isi tersebut mempunyai sifat yang nyata, harus diambil keputusan dalam pernyataan tentang terbuktinya tuduhan itu. 2. Negatif, bahwa lalim surat dakwaan adalah pernyataan tentang terbukti tidaknya itu tidak boleh mengandung suatu apapun yang tidak dijumpai kembali dalam surat dakwaan. Andi Sofyan 193 7 Surat Dakwaan Mempunyai 2 Segi 1. Positif, yaitu keseluruhan isi surat dakwaan yang terbukti dalam persidangan harus dijadikan dasar oleh Hakim dalam