PENGERTIAN KEDUDUKAN KEJAKSAAN PENUNTUT UMUM DAN

98 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar memperhatikan rasa keadilan yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat serta memperhatikan hak asasi manusia  Misi : 3 Mengamankan dan mempertahankan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa terhadap usaha-usaha yang dapat menggoyahkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4 Mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran berdasarkan hukum serta mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan dan kesusilaan serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat. 5 Terlibat sepenuhnya dalam proses pembangunan antara lain turut menciptakan kondisi dan prasarana yang mendukung dan mengamankan pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. 6 Menjaga dan menegakkan kewibawaan pemerintah dan negara. 7 Melindungi kepentingan rakyat melalui penegakkan hukum.

3. PENGERTIAN

Pengertian antara jaksa dan penuntut umum dibedakan, yaitu sebagaimana menurut Pasal 1 angka 6 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana disingkat KUHAP, sebagai berikut: a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undangundang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 1 angka 1 Undang-undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Pasal 13 KUHAP jo Pasal 1 angka 2 Undang-undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Andi Sofyan 99 Kjaksaan Sedangkan menurut Pasal 1 Undang-undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I., bahwa dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenag oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasar-kan undang-undang. 2. Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

4. KEDUDUKAN KEJAKSAAN

Kedudukan kejaksaan atau penuntut umum sebagaimanan menurut Pasal 2 Undang-undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, sebagai berikut: 1 Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalam Undang- Undang ini disebut kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang. 2 Kekuasaan negara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan secara merdeka. 3 Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah satu dan tidak terpisahkan. Demikian pula dijelaskan lebih lanjut menurut Pasal 3 Undang-undang RI No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, yaitu “Pelaksanaan kekuasaan negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, diselenggarakan oleh Kejaksaan 1 Agung, Kejaksaan tinggi, 1 Yang dimaksud dengan “Kejaksaan adalah satu dan tidak terpisahkan” adalah satu landasan dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya di bidang penuntutan yang bertujuan memelihara kesatuan kebijakan dibidang penuntutan sehingga dapat menampilkan ciri khas yang menyatu dalam tata pikir, tata laku, dan tata kerja Kejaksaan. Oleh karena itu kegiatan penuntutan di pengadilan oleh Kejaksaan tidak akan berhenti hanya karena jaksa yang semula bertugas berhalangan. Dalam hal 100 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar dan Kejaksaan negeri”. Kedudukan kejaksaan atau penuntut umum menurut Pasal 4 Undang-undang RI No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, yaitu: 1 Kejaksaan Agung berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia. 2 Kejaksaan Tinggi berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi. 3 Kejaksaan negeri berkedudukan di ibukota kabupaten kota yang daerah hukumnya meliputi daerah kabupatenkota.

5. WEWENANG