Menurut Pasal 84 KUHAP, bahwa: Menurut Pasal 85 KUHAP, bahwa ”Dalam hal keadaan

34 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar di lingkungan peradilan umum, . …” 4. Kompetensi absolut lainnya dari pengadilan negeri selain di atas, yaitu: i. Acara pemeriksaan pelanggaran lalu lintas jalan Pasal 211 KUHAP. ii. Acara pemeriksaan cepat Pasal 205 KUHAP. iii. Acara pemeriksaan singkat Pasal 203 KUHAP. iv. Pemeriksaan biasa Pasal 183 KUHAP. 2 Kekuasaan kompetensi relatif relatieve kompetensi Kekuasaan kompetensi relatif adalah kekuasaan yang berdasarkan peraturan hukum mengenai pembagian kekuasaan mengadili attributie van rechtsmacht diantara satu macam pengadilan pengadilan pengadilan negeri. atau Kekuasaan mengadili perkara-perkara berhubung dengan daerah hukumnya. Jadi kekuasaan pengadilan secara relatif, yaitu bahwa untuk mengadili dan memeriksa perkara dapat juga dilakukan oleh pengadilan negeri lain yang berwenang mengadilinya, adanya kewenangan pengadilan lain, sebagaimana diatur dalam ketentuan Bagian kedua, bab X yang terdiri dari Pasal 84, 85 dan Pasal 86 KUHAP. Adapun kompetensi relatif pengadilan negeri, yaitu:

1. Menurut Pasal 84 KUHAP, bahwa:

1 Pengadilan negeri berwenang mengadili segala perkara mengenai tindak pidana yang dilakukan dalam daerah hukumnya 4 . 2 Pengadilan negeri yang di dalam daerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat ia diketemukan atau ditahan, hanya berwenang mengadili perkara terdakwa tersebut, apabila tempat kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil lebih 4 Ayat 1 berdasar atas ”tempat tindak pidana dilakukan” atau disebut locus delicti Andi Sofyan 35 dekat pada tempat pengadilan negeri itu daripada tempat kedudukan pengadilan negeri yang di dalam daerahnya tindak pidana itu dilakukan 5 . 3 Apabila seorang terdakwa melakukan beberapa tindak pidana dalam daerah hukum pelbagai pengadilan negeri, maka tiap pengadilan negeri itu masing-masing berwenang mengadili perkara pidana itu 6 . 4 Terhadap beberapa perkara pidana yang satu sama lain ada sangkut pautnya dan dilakukan oleh seorang dalam daerah hukum pelbagai pengadilan negeri, diadili oleh masing-masing peng-adilan negeri dengan ketentuan dibuka kemungkinan peng-gabungan perkara tersebut. 7

2. Menurut Pasal 85 KUHAP, bahwa ”Dalam hal keadaan

daerah tidak mengizinkan suatu pengadilan negeri untuk mengadili suatu perkara, maka atas usul ketua pengadilan negeri atau kepala` kejaksaan negeri yang bersangkutan, Mahkamah Agung mengusulkan kepada Menteri 5 Ayat 2 adalah mengecualikan atau menyingkirkan asas locus delicti sebagaimana diatur pada ayat 1, yaitu berdasar pada “tempat tinggal” terdakwa apabila sebagian besar saksi yang akan dipanggil, bersamaan tempat tinggalnya dengan tempat tinggal terdakwa. Hal-hal yang mengecualikan asas locus delicti, antara lain: • Tempat kediaman terakhir, jadi pengadilan negeri yang berwenang mengadili dan memeriksa perkara pada tempat tinggal terakhir terdakwa dan sebagian besar saksi yang hendak dipanggil bertempat tinggal di daerah hukum pengadilan negeri tersebut; • Di tempat terdakwa ditemukan,, jadi pengadilan negeri yang berwenang mengadili dan memeriksa perkara pada tempat terdakwa ditemukan dan sebagian besar saksi yang hendak dipanggil bertempat tinggal di daerah hukum pengadilan negeri tersebut; • Ditempat terdakwa ditahan, , jadi pengadilan negeri yang berwenang mengadili dan memeriksa perkara pada tempat terdakwa ditahan dan sebagian besar saksi yang hendak dipanggil bertempat tinggal di daerah hukum pengadilan negeri tersebut; 6 Apabila tindak pidana tersebut benar-benar murni satu sama lain tidak terkandung unsur berlanjut voorgezette handeling Pasal 64 KUHPidana; tidak ada unsur concursus idealis Pasal 63 ayat 1 KUHPidana; tidak ada unsur perbarengan antara lex specialis dengan lex generalis Pasal 63 ayat 2 KUHPidana; tidak ada unsur concursus realis Pasal 65, 66 dan Pasal 70 KUHPidana; maka masing-masing pengadilan berwenang mengadili dan memeriksa sesuai dengan tindak pidana tersebut. 7 Apabila tindak pidana tersebut terdapat unsure saling menyangkut di atara perkara-perkara, dan terbuka kemungkinan untuk dapat menggabungkan atau mengkumulasi kepada satu pengadilan negeri saja. 36 Hukum Acara Pidana: Suatu Pengantar Kehakiman untuk menetapkan atau menunjuk pengadilan negeri lain daripada yang tersebut pada Pasal 84 untuk mengadili perkara yang dimaksud 8 . 3. Menurut Pasal 86 KUHAP, bahwa apabila ”Seorang melakukan tindak pidana di luar negeri yang dapat diadili menurut hukum Republik Indonesia, maka Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang berwenang mengadilinya” 9 .

2. Pengadilan Tinggi