Biogas Sub sektor Mineral Batubara dan Panas Bumi. Untuk menjamin keamanan pasokan mineral,

68 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 Gambar 5.17. Pembuatan Biogas Skala Kecil  Pengembangan biogas skala kecil untuk pemanfaatan rumah tangga, dengan melaksanakan kegiatan Program Desa Mandiri Energi DME Berbasis BBN Biogas, dan Program Biogas Nasional yang berskala rumah tangga bernama Program Biogas Rumah Program BIRU;  Pengembangan biogas skala besar untuk pemanfaatan komersial dengan mendorong pemanfaatan biogas pada industri-industri pertanian untuk listrik. Guna mendorong hal tersebut, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri No. 4 Tahun 2012 Tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN Persero dari Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil dan Menengah atau Kelebihan Tenaga Listrik. Dalam rangka membentuk pasar biogas , saat ini telah dilakukan kerja sama antara Pemerintah Indonesia kementerian ESDM dengan Pemerintah Belanda yang diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia pada Joint Energy Working Group. 5. Persentase Pengurangan volume Subsidi. a. BBM Realisasi volume BBM bersubsidi 2012 mencapai 44,98 juta KL, melebihi kuota yang ditargetkan pada APBN-P 2012 sebesar 40 juta KL. Peningkatan konsumsi tersebut antara lain disebabkan karena:  Pertumbuhan ekonomi dan penjualan kendaraan bermotor melebihi target perkiraan penjualan sd Des ember mencapai 1,05 juta unit melebihi perkiraan awal sebesar 940 ribu unit Gaikindo.  Disparitas harga antara BBM bersubsidi dengan non-subsidi yang semakin tinggi, memicu penyalahgunaan BBM bersubsidi sehingga menyebabkan peningkatan konsumsi Pada bulan September-Oktober disparitas harga mencapai Rp 5.400liter, akibatnya kendaraan pribadi masih menggunakan Premium.  Pengetatan kuota di beberapa daerah mendapat reaksi negatif dari masyarakat dan menimbulkan panic buying.  Program penghematan energi belum berjalan dengan sempurna  Tidak dilakukannya kenaikan harga BBM bersubsidi.

b. LPG 3 Kg

Dengan adanya program konversi minyak tanah ke LPG tabung 3 kg yang dimulai sejak tahun 2007, volume LPG bersubsidi setiap tahunnya bertambah. Hal ini dapat dilihat dari realisasi volume LPG bersubsidi yang meningkat setiap tahunnya. Dalam rangka melanjutkan program konversi minyak tanah ke LPG, berdasarkan APBN dan APBN-P tahun 2012 direncakanan isi ulangrefill LPG 3 kg sebesar 3,61 Juta Metrik Ton. Namun realisasi distribusi isi ulangrefill sebesar berjumlah 3,91 Juta Metrik Ton melebihi kuota yang ditargetkan pada APBN-P 2012. Pada tahun 2012, juga telah dilakukan pendistribusian paket perdana LPG tabung 3 kg sebanyak 2.305.156 paket untuk wilayah di 5 lima propinsi baru yaitu Sumatera Barat, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Adapun besaran volume LPG bersubsidi dipengaruhi oleh besaran wilayah yang telah terkonversi serta jumlah penerima paket perdana. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 69

c. Listrik

Pada tahun 2012 realisasi subsidi listrik tidak dapat mencapai target yang ditetapkan, karena dari target sebesar Rp 65,6 triliun, subsidi listrik diperkirakan membengkak menjadi sebesar Rp.100,2 triliun. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain: Naiknya ICP dari semula 95 USDbarrel menjadi 111 USDBarrel, kurs semula Rp 8.700 menjadi Rp 8.734; Target pasokan gas sebesar 320 TBTU diperkirakan hanya tercapai sebesar 284 TBTU; Mundurnya COD beberapa PLTU Batubara program 10.000 MW Tahap I, repowering PLTU Batubara reguler, dan menurunnya capacity factor, sehingga target semula pasokan batubara sebesar 37 juta ton diperkirakan terealisasi 29 juta ton. 6. Persentase pemanfaatan produk sektor ESDM : a. Prosentase pemanfaatan hasil produksi minyak bumi domestik yang diolah menjadi LPG, BBM dan hasil olahannya. Berdasarkan estimasi hasil produksi BBM di kilang dalam negeri PT Pertamina, Pusdiklat Migas Cepu, TPPI dan PT TWU pada tahun 2012, jumlah BBM yang dihasilkan sebesar 38,2 juta KL dimana demand BBM dalam negeri mencapai 71,7 juta KL. Dengan demikian, kemampuan pasokan kilang dalam negeri hanya mampu mensuplai sebesar 53 dari total permintaan kebutuhan konsumsi BBM. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan produksi BBM dari kilang dalam negeri masih di bawah target yang ditetapkan sebesar 65. Hal tersebut di atas disebabkan antara lain karena setiap tahunnya, kemampuan pasokan BBM dari kilang domestik terus menurun persentasenya dibandingkan dengan BBM impor yang masuk ke Indonesia. Hal ini terkait tingkat produksi BBM dari kilang dalam negeri yang stagnan akibat tidak adanya penambahan kilang minyak yang baru sejak tahun 1994, sedangkan konsumsi BBM yang terus meningkat dengan adanya perkembangan industri dan meningkatnya jumlah kendaraan secara luar biasa. Sebagai gambaran, konsumsi BBM PSO Premium, Kerosene, Solar pada tahun 2011 sebesar 41.79 juta KL, pada tahun 2012 meningkat menjadi 45.27 juta Kl dan tahun 2013 diprediksi menembus 48 juta KL. Selisih pasokan tersebut akhirnya dipenuhi oleh impor BBM yang dilakukan oleh Pertamina maupun impor BBM oleh Badan Usaha ritel asing yang terdaftar. Jumlah impor BBM yang semakin hari semakin meningkat akan berakibat pada menurunnya kemampuan pasok BBM dari kilang dalam negeri. b. Prosentase pemanfaatan produksi gas untuk kebutuhan domestik Permintaan gas bumi di dalam negeri semakin meningkat antara lain disebabkan adanya kenaikan harga minyak bumi dunia, pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak BBM, dan peningkatan kepedulian terhadap lingkungan. Pada 2012 Prosentase Pemanfaatan Gas Bumi untuk Kebutuhan Dalam Negeri ditargetkan sebesar 60 persen. Penetapan target sebesar 60 tersebut disebabkan oleh masih terdapatnya kontrak ekspor jangka panjang pada tahun 2012. Namun pada realisasinya di tahun 2012 ini hanya sebesar 45,2 produksi gas yang dimanfaatkan untuk domestik. Alokasi Produksi dan Pemanfaatan gas bumi tahun 2012, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.