Jumlah sumur bor daerah sulit air.

154 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 Dengan demikian, selama periode 1995 sampai dengan 2012 ini, total pemboran air tanah yang telah dilakukan sebanyak 960 titik yang tersebar di seluruh Indonesia dengan peruntukan bagi sekitar 2,2 juta jiwa. Perkembangan jumlah titik bor air tanah dan masyarakat yang dapat menikmati air bersih sejak tahun 1995 sampai dengan 2011, seperti grafik di bawah ini. Lokasi Jumlah 1.Provinsi NAD 2. Provinsi Sumatera Utara 3. Provinsi Sumatera Barat 4. Provinsi Riau 5. Provinsi Sumatera Selatan 6. Provinsi Bengkulu 7. Provinsi Jambi 8. Provinsi Lampung 9. Provinsi Bali 10. Provinsi NTB 11. Provinsi NTT 12. Provinsi Kalimantan Barat 13. Provinsi Kalimantan Selatan 14. Provinsi Kalimantan Tengah 15. Provinsi Kalimantan Timur 16. Provinsi Sulawesi Barat 17. Provinsi Sulawesi Tenggara 18. Provinsi Gorontalo 19. Provinsi Sulawesi Selatan 20. Provinsi Sulawesi Utara 21. Provinsi Papua 22. Provinsi Papua Barat 23. Provinsi Banten 24. Provinsi Jawa Barat 25. Provinsi Jawa Tengah 26. Provinsi Jawa Timur 27. Provinsi DI Yogyakarta 6 lokasi 5 lokasi 8 lokasi 6 lokasi 1 lokasi 5 lokasi 2 lokasi 4 lokasi 7 lokasi 7 lokasi 11 lokasi 1 lokasi 4 lokasi 2 lokasi 3 lokasi 2 lokasi 3 lokasi 1 lokasi 2 lokasi 4 lokasi 3 lokasi 4 lokasi 4 lokasi 22 lokasi 31 lokasi 24 lokasi 4 lokasi Lokasi Sumur Pantau 1. Provinsi Banten 2. Provinsi Jawa Tengah 3 Lokasi 2 Lokasi Tabel 5.57 Lokasi Pemboran Air Tanah Tahun 2012 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 155 Gambar 5.75. Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah Gambar 5.77. Grafik Jumlah Masyarakat yang Menikmati Air Bersih 156 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 Tujuan V : Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik Sebagaimana diketahui subsidi energi yang terdiri dari subsidi untuk BBMLPG dan listrik masih diterapkan dalam rangka mendukung daya beli masyarakat dan aktivitas perekonomian. Besarnya subsidi BBMLPG bervariasi tiap tahunnya, tergantung dari kuantitas konsumsi dan fluktuasi harga minyak. Adapun subsidi untuk LPG dimulai saat diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG tahun 2007. Dalam rangka diversifikasi energi, sejak tahun 2008 dilakukan pencampuran BBN dengan BBM dengan persentase tertentu, sebagaimana Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati Biofuel Sebagai Bahan Bakar Lain. BBN juga dicampurkan dengan BBM bersubsidi, dimana untuk BBN jenis biodiesel dicampurkan dengan minyak solar dan bioetanol dengan bensin Premium. Kebijakan subsidi BBM yang terdiri dari 3 jenis; yaitu Premium, Minyak tanah dan Solar dilaksanakan secara bertahap, dimana saat ini jumlah dan jenis BBM yang disubsidi semakin sedikit yaitu minyak tanah, bensin, premium, dan solar. Volume minyak tanah bersubsidi mulai dikurangi tiap tahunnya seiring dengan diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG. Selain itu, pengawasan peruntukan minyak tanah terus membaik dengan adanya kartu kendali minyak tanah. Adapun dalam rangka jaminan pasokan BBM, untuk wilayah yang telah dilakukan konversi minyak tanah ke LPG, minyak tanah tetap dijual dengan harga keekonomian. Pelaksanaan pendistribusian BBM bersubsidi dilaksanakan oleh PT Pertamina selaku badan usaha yang mendapatkan Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian BBM bersubsidi Public Service ObligationPSO, dan untuk tahun 2010 dan 2011, PT AKR Corporindo dan PT Petronas Indonesia ikut mendampingi PT Pertamina dalam menyalurkan BBM bersubsidi untuk beberapa wilayah di luar Jawa Bali meskipun dengan volume yang kecil. Terkait dengan subsidi LPG, sampai dengan bulan Juli 2010 telah dibagikan sebanyak 45,6 juta paket perdana kepada rumah tangga dan usaha mikro. Sampai dengan akhir 2010, telah diprogramkan untuk membagikan sebanyak 52,9 juta paket perdana. Sedangkan untuk tahun 2011 direncanakan akan didistribusikan sebanyak 3,82 juta paket perdana. Di sub sektor ketenaga-listrikan, dilaksanakan pengelompokan pelanggan dimana untuk pelanggan kelompok Sosial S-1 sampai dengan S-3, Rumah Tangga R-1 dan R-2, Bisnis B-1 sampai dengan B-3 , Industri I-1 sampai dengan I-4, Pemerintah P-1 dan P-2, berlaku harga jual di bawah harga Biaya Pokok Produksi BPP, artinya hampir seluruh pelanggan listrik masih mendapatkan subsidi. Dalam rangka mengurangi beban subsidi BBM dan Listrik, ditetapkan 1 satu sasaran dalam tahun 2010, yaitu sebagai berikut: Sasaran 9. Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 3 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2012. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 157 Tabel 5.58. Indikator Sasaran 9 No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian

1. Jumlah Subsidi Energi

Rp Triliun 225,3 312,09 138,52

2. Jumlah subsidi :

BBM Ribu KL 40.000 44.980 112,45 LPG Ribu MT 3.606 3.906 108,32 3. Jumlah subsidi Listrik Rp Triliun 65,6 100,2 152,74 Salah satu hasil akhir yang ingin dicapai oleh Kementerian ESDM adalah berkurangnya subsidi BBM dan listrik guna mengurangi beban APBN. Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 ini realisasi subsidi energi yang terdiri dari BBM, LPG dan listrik keseluruhannya masih di bawah target yang ditetapkan. Realisasi subsidi energi untuk tahun 2012 mencapai Rp. 312,09 triliun atau 138 dari rencana pada APBN-P sebesar Rp. 225,3 triliun. Porsi subsidi energi dalam APBN tersebut mencapai 18 dari total belanja negara tahun 2012. Untuk tahun 2013 subsidi energi dialokasikan sebesar Rp. 272,4 triliun, dengan catatan dilakukannya penyesuaian Tarif Tenaga Listrik TTL sebesar 15 secara bertahap kecuali untuk golongan pelanggan 450 VA dan 900 VA. Tabel 5.59. Besaran Anggaran Subsidi Energi 2013 APBN APBN-P Realisasi terhadap APBN-P terhadap Tahun 2011 Rencana 1 Subsidi BBMBBN LPG 123,6 137,4 211,9 154 126 193,8 2 Subsidi Listrik - 65,0 100,2 154 108 78,6 3 Cadangan resiko energi 23,0 123,6 225,3 312,09 138 119 272,4 2012 No. Uraian Total Subsidi Energi Besarnya subsidi energi selama 4 tahun terakhir terus mengalami peningkatan rata2 sebesar 47 . Hal ini disebabkan karena:  Pertumbuhan ekonomi dan penjualan kendaraan bermotor melebihi target perkiraan penjualan sd Desember mencapai 1,05 juta unit melebihi perkiraan awal sebesar 940 ribu unit Gaikindo.  Disparitas harga antara BBM bersubsidi dengan non-subsidi yang semakin tinggi, memicu penyalahgunaan BBM bersubsidi sehingga menyebabkan peningkatan konsumsi Pada bulan September-Oktober disparitas harga mencapai Rp 5.400liter, akibatnya kendaraan pribadi masih menggunakan Premium.  Pengetatan kuota di beberapa daerah mendapat reaksi negatif dari masyarakat dan menimbulkan panic buying.  BBM: overkuota BBM bersubsidi, kurs rupiah dan ICP yang melebihi asumsi  Tidak dilakukannya kenaikan harga BBM bersubsidi 158 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012  Listrik: penjualan listrik, kurs, ICP dan harga bahan bakar utamanya BBM melebihi asumsi APBN-P  Selain itu, terkendalanya beberapa proyek PLTU  Program penghematan energi belum berjalan dengan sempurna Perkembangan besarnya subsidi energi selama 4 tahun terakhir dan rencana tahun 2013, terlihat pada grafik dibawah ini. Gambar 5.77. Trend Subsidi Energi 2009 – 2013 Meskipun subsidi energi selalu meningkat setiap tahunnya yaitu mencapai rata-rata 47tahun, namun hal ini dapat diimbangi dengan penerimaan negara sektor energi yang setiap tahun juga meningkat rata-rata sebesar 22 . Pada tahun 2012 ini, Penerimaan negara sektor ESDM mencapai Rp. 427,8 triliun atau sekitar 28 dari total penerimaan nasional. Gambar 5.78. Subsidi Energi vs Penerimaan Sektor ESDM 2009 – 2013