Pangsa energi baru terbarukan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 107 selama 3 tahun terakhir sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5. 30. Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Per tahun No Area Kapasitas Terpasang MW 2010 2011 2012 1 Kamojang 200 200 200 2 Lahendong 60 80 80 3 Sibayak 12 12 12 4 Gunung.Salak 375 377 377 5 Darajat 255 270 270 6 Wayang Windu 227 227 227 7 Dieng 60 60 60 8 Ulubelu 110 9 Ulumbu 5 TOTAL 1.189 1.226 1.341 Gambar 5.47. Peta Sebaran Potensi Panas Bumi Indonesia 108 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012  Pembangkit Listrik Tenaga PLT Biomasa Pada tahun 2012 diterbitkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Permen ESDM no.4 tahun 2012 terkait kebijakan feed in tariff. Tujuan dari dikeluarkannya Peraturan Menteri tersebut adalah dalam rangka mendorong pembelian tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan berbasis biomassa, biogas dan sampah kota dan menata kembali pengaturan pembelian kelebihan tenaga listrik excess power dari badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat oleh PT PLN Persero. Peraturan Menteri ESDM tersebut memutuskan, bahwa PLN wajib membeli tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan skala kecil dan menengah dengan kapasitas sampai dengan 10 MW atau kelebihan tenaga listrik excess power dari badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat guna memperkuat sistem penyediaan tenaga listrik setempat. Dengan adanya Peraturan Menteri ESDM tersebut, pada tahun 2012 ini realisasi Kapasitas terpasang total PLT Biomassa mencapai 21 MW dari target sebesar 10 MW sehingga capaian kinerja ini mencapai 210 . Kapasitas PLT 21 MW tersebut diperoleh dari hasil pembangunan 1 MW PLT Biogas POME Off Grid dan 20 MW PLTU Biomassa On Grid. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2011 sebesar 20,3 MW, pada tahun 2012 ini terjadi peningkatan sebesar 3,5.  Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS Pelaksanaan pembangunan PLTS pada tahun 2012 dilaksanakan terpusat interkoneksi jaringan yaitu sebesar masing-masing 15 KW pada 177 lokasi . Dengan demikian kapasitas terpasang total pembangunan PLTS di tahun ini mencapai 4,76 MW atau capaian kinerja indikator ini adalah sebesar 1,61 dari target sebesar 2,95 MW.  Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro PLTMH Pada tahun 2012 ini, pembangunan PLMTH ditargetkan sebesar 1.582 MW, namun tidak dapat direalisasikan karena gagal lelang, sehingga tidak ada pembanggunan PLTMH yang menyebabkan dan tidak ada penambahan kapasitas terpasang. Berbeda dengan tahun 2011 kapasitas total PLTMH terealisasi sebesar 204.02 KW dari target sebesar 206,08 KW, hal ini karena ada pembangunan PLTMH di 8 provinsi yaitu Sumatera Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, NTT, NTB. Sedangkan tahun 2012 tidak ada pembangunan PLTMH.  Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid adalah merupakan salah satu alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS yang memanfaatkan sumber energi gabungan yaitu dari tenaga surya dan tenaga angin. Kegiatan pembangunan PLT Hybrid pada tahun 2012 ini juga tidak dapat dicapai sesuai dengan yang ditargetkan yaitu sebesar 0,14 MW, yaitu hanya teralisasi sebesar 0,06 MW. Hal ini disebabkan karena dari 7 lokasi yang direncanakan akan dibangun PLT Hybrid Surya-Angin hanya 3 lokasi yang dapat direalisasikan karena gagal pada proses lelang. Secara rinci pelaksanaan pembangunan PLT Hybrid Surya-Angin Tahun 2012 seperti terlihat pada tabel di bawah ini: Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 109 Tabel 5.31. Pembangunan PLT Hybrid Surya – Angin Tahun 2012  Pembangkit Listrik Tenaga PLT Arus Laut Kegiatan pembangunan PLT Arus Laut yang direncanakan berkapasitas terpasang sebesar 0,01 MW tidak dapat dilaksanakan dikarenakan sampai pada pelelangan ulang tidak ada peserta lelang yang memenuhi persyaratan teknis. Sasaran 4. Meningkatnya pembangunan infrastruktur energi dan mineral Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 5 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2012. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut: Tabel 5.32 Indikator Kinerja Sasaran 4 No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian 1. Jumlah wilayah yang teraliri jaringan gas untuk rumah tangga Wilayah Wilayah 4 5 125

2. Rasio elektrifikasi

73,6 76,56 104,02 3. Jumlah Kapasitas pembangkit listrik MW 48.448 44.064 90,95 4. Jumlah Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi PLTP MW 1.341 1.341 100 5. Jumlah lokasi fasilitas pembangkit Energi Baru Terbarukan EBT Lokasi 236 135 57,2 Penjelasan tentang capaian kinerja masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jumlah wilayah yang teraliri jaringan gas untuk rumah tangga Wilayah

. Setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2008 tentang Energi, Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, Pemerintah Cq. Ditjen Migas menyusun langkah untuk mendiversifikasi energy. Saat ini, upaya peningkatan pemanfaatan bahan bakar gas bumi untuk rumah No Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Unit Jumlah 1 Nusa Tenggara Barat Lombok Barat Sekotong Buwun Mas Pengantap 1 1 unit 20 KW 2 Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Barat Boa 1 1 unit 20 KW Rote Ndao 1 1 unit 20 KW TOTAL 3 unit = 60 kW 110 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 tangga dan pelanggan kecil terhambat karena terbatasnya infrastruktur yang menghubungkan gas bumi dari sumbernya ke konsumen. Kurang berkembangnya infrastruktur gas bumi tersebut dikerenakan kendala keekonomian, sehingga badan usaha belum tertarik untuk mengembangkannya. Oleh karena itu, perlu keterlibatan pemerintah untuk mempercepat penggunaan bahan bakar gas tersebut. Salah satu langkahnya adalah dengan membangun Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga dengan alokasi rata-rata untuk kota terpilih sejumlah 4000 Sambungan Rumah SR. Pada tahun 2010 diresmikan Road Map Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga Jargas sampai dengan tahun 2014 yang pelaksanaannya selalu dipantau oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan UKP4, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini. Pada tahun 2012 ini, Pembangunan Jaringan gas bumi untuk Rumah tangga dilaksanakan di 5 wilayah yaitu di Kota Cirebon, Kota Jambi, Kota Prabumulih, Kabupaten Sidoarjo lanjutan dan Kabupaten Bogor, dengan sambungan jaringan gas untuk rumah tangga berjumlah 18.797 SR. Per 31 Desember 2012, kegiatan konstruksi kecuali Kota Jambi sudah terbangun 100 . Jaringan yang telah terbangun tersebut sudah siap dialiri, hanya saja masih harus menunggu penetapan pemenang lelang pengoperasian jaringan distribusi gas bumi yang dibangun Pemerintah dan Perjanjian Jual Beli Gas PJBG serta Perjanjian Transportasi Gas. jaringan yang telah dibangun tetap menjadi tanggung jawab kontraktor sampai masa jaminan pemeliharaan selama 1 tahun. Keterlambatan pembangunan Jargas di Kota Jambi disebabkan oleh rintangan-rintangan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, yaitu masalah perizinan dari kota terkait dan permasalahan teknis. Terkait dengan hal tersebut, kontraktor pelaksana terus bertanggung jawab terhadap pembangunan sampai pembangunan selesai. Pembangunan fisik Jargas meliputi pembangunan Metering Regulation Station MRS bila dibutuhkan, Regulation Sector RS yang dapat memenuhi maksimal 400 Sambungan Rumah, jaringan pipa yang panjang dan susunan diameter yang bervariasi Carbon Steel CS Ø 4 inch, pipa Poly Ethylene PE berukuran Ø 180 mm, Ø 90 mm, Ø 63 mm, Ø 32 mm, dan Ø 20 mm, serta meter dan regulator pada setiap sambungan rumah. Tabel 5.33 Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga