92 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012
dikarenakan produksi PTFI dan PT NNT yang menurun pada tahun 2012. Hal ini terkait dengan rencana penambangan PTFI dan PT NNT yang mayoritas menambang ore low grade sebagai kelanjutan fase
penambangan yang dilakukan oleh kedua perusahaan.
7. Produksi BBM
Kebutuhan bahan bakar minyak dan gas bumi dalam negeri secara langsung menuntut adanya ketersediaan fasilitas pengolahan migas yang cukup memadai, baik dari segi kapasitas maupun
produksi. Meningkatnya konsumsi BBM di Indonesia terkait pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang tidak disertai dengan penambahan kapasitas produksi kilang membuat kekurangan jumlah
pasokan BBM di Indonesia dipenuhi dari impor.
Kapasitas total kilang minyak yang beroperasi di Indonesia pada akhir tahun 2012 adalah sebesar 1.157,1 MBCD yang terdiri atas:
5 Kilang PT Pertamina Persero dengan total kapasitas 1047,3 MBCD – RU-II Dumai Sungai Pakning
: 177 MBCD – RU-III Plaju S. Gerong
: 127,3 MBCD – RU-IV Cilacap
: 348 MBCD – RU-V Balikpapan
: 260 MBCD – RU-VI Balongan
: 125 MBCD – RU-VII Kasim
: 10 MBCD 6 Kilang Pusdkilat Migas Cepu dengan kapasitas 3,8 MBCD
7 Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama TPPI dengan kapasitas 100 MBCD, mengolah bahan baku berupa kondensat, saat ini sedang tidak beroperasi.
8 Kilang PT Tri Wahana Universal TWU dengan kapasitas 6 MBCD Selain berbahan baku minyak bumikondensat, BBM juga dapat dihasilkan dari bahan baku lainnya,
seperti di kilang PT Patra SK di Dumai yang berbahan baku uncorverted oil kapasitas 25 MBCD serta PT Primergy Solution Gresik yang menghasilkan BBM dari pelumas bekas kapasitas pelumas bekas
600 ton per
bulan.
Gambar 5.36. Peta Lokasi Kilang Minyak di Indonesia
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 93
Perkembangan kilang di Indonesia belum mengalami banyak kemajuan semenjak RU IV Balongan beroperasi pada tahun 1994. Mulai saat itu, tidak ada lagi penambahan fasilitas kilang baru milik
Pertamina. Tercatat hanya kilang milik swasta dengan kapasitas kecil, yaitu kilang milik PT TWU dan PT TPPI di Jawa Timur yang beroperasi. Penambahan kilang baru oleh Pertamina yang direncanakan akan
dibangun adalah Kilang Balongan II dan Kilang Tuban. Sedangkan pengembangan kilang existing akan dilakukan melalui penambahan fasilitas RFCC di RU IV Cilacap, proyek Centralized Crude Terminal di RU
V Balikpapan, proyek Open Access dan Calciner di RU II Dumai dan proyek revamping FCCU RU III Plaju.
Gambar 5.37. Grafik Perkembangan kapasitas kilang minyak dan hasil olahan Indonesia Berdasarkan estimasi hasil produksi BBM di kilang dalam negeri PT Pertamina, Pusdiklat Migas Cepu,
TPPI dan PT TWU pada tahun 2012, jumlah BBM yang dihasilkan sebesar
37,8
juta KL dimana demand BBM dalam negeri mencapai 71,7 juta KL. Dengan demikian, kemampuan pasokan kilang dalam negeri
hanya mampu mensuplai sebesar 53 dari total permintaan kebutuhan konsumsi BBM. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan produksi BBM dari kilang dalam negeri masih di bawah target yang
ditetapkan sebesar 65.
Hal tersebut di atas disebabkan antara lain karena setiap tahunnya, kemampuan pasokan BBM dari kilang domestik terus menurun persentasenya dibandingkan dengan BBM impor yang masuk ke
Indonesia. Hal ini terkait tingkat produksi BBM dari kilang dalam negeri yang stagnan akibat tidak adanya penambahan kilang minyak yang baru sejak tahun 1994, sedangkan konsumsi BBM yang terus
meningkat dengan adanya perkembangan industri dan meningkatnya jumlah kendaraan secara luar biasa. Sebagai gambaran, konsumsi BBM PSO Premium, Kerosene, Solar pada tahun 2011 sebesar
41.79 juta KL, pada tahun 2012 meningkat menjadi 45.27 juta Kl dan tahun 2013 diprediksi menembus 48 juta KL. Selisih pasokan tersebut akhirnya dipenuhi oleh impor BBM yang dilakukan oleh Pertamina
maupun impor BBM oleh Badan Usaha ritel asing yang terdaftar. Jumlah impor BBM yang semakin hari semakin meningkat akan berakibat pada menurunnya kemampuan pasok BBM dari kilang dalam negeri.