158 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012
Listrik: penjualan listrik, kurs, ICP dan harga bahan bakar utamanya BBM melebihi asumsi APBN-P Selain itu, terkendalanya beberapa proyek PLTU
Program penghematan energi belum berjalan dengan sempurna
Perkembangan besarnya subsidi energi selama 4 tahun terakhir dan rencana tahun 2013, terlihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 5.77. Trend Subsidi Energi 2009 – 2013
Meskipun subsidi energi selalu meningkat setiap tahunnya yaitu mencapai rata-rata 47tahun, namun hal ini dapat diimbangi dengan penerimaan negara sektor energi yang setiap tahun juga
meningkat rata-rata sebesar 22 . Pada tahun 2012 ini, Penerimaan negara sektor ESDM mencapai Rp. 427,8 triliun atau sekitar 28 dari total penerimaan nasional.
Gambar 5.78. Subsidi Energi vs Penerimaan Sektor ESDM 2009 – 2013
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 159
1. Jumlah Subsidi BBM
Volume BBM bersubsidi merupakan salah satu asumsi makro yang besarannya ditetapkan melalui Undang-Undang APBN maupun Undang-Undang APBN-P. Adapun besaran volume BBM TA 2012 adalah
sebagai berikut :
Tabel 5.60. Besaran Volume BBM Bersubsidi NO
JENIS BBM TERTENTU 2011
APBN APBN-P
APBN-P REVISI I
APBN-P REVISI II
REALISASI
1. Premium + Biopremium
25,53 24,41
24,41 27,84
28,34 28,24
2. Minyak Tanah
1,70 1,70
1,70 1,20
1,20 1,18
3. Minyak Solar + Biosolar
14,56 13,89
13,89 15,00
15,73 15,56
TOTAL 41,79
40,00 40,00
44,04 45,27
44,98
Realisasi volume BBM bersubsidi 2012 diperkirakan mencapai 44,98 juta KL, melebihi kuota pada APBN-P 2012 sebesar 40 juta KL. Peningkatan konsumsi tersebut antara lain disebabkan karena:
Pertumbuhan ekonomi dan penjualan kendaraan bermotor melebihi target perkiraan penjualan sd
Des ember mencapai 1,05 juta unit melebihi perkiraan awal sebesar 940 ribu unit Gaikindo. Disparitas harga antara BBM bersubsidi dengan non-subsidi yang semakin tinggi, memicu
penyalahgunaan BBM bersubsidi sehingga menyebabkan peningkatan konsumsi Pada bulan September-Oktober disparitas harga mencapai Rp 5.400liter, akibatnya kendaraan pribadi masih
menggunakan Premium.
1,810 2,400
4,500 6,000
5,500 5,000
4,500 4,500
4,500 4,500
4,500
20 -
20 40
60 80
100 120
1,000 2,000
3,000 4,000
5,000 6,000
7,000 8,000
9,000 10,000
2003 2005
2005 2008
2008 2008
2009 2010
2011 2012
2013 ICP US per barel
Rpliter
Premium Pertamax
ICP sumbu Kanan
Gambar 5.79. Grafik Harga BBM Pengetatan kuota di beberapa daerah mendapat reaksi negatif dari masyarakat dan menimbulkan
panic buying. Program penghematan energi belum berjalan dengan sempurna
Tidak dilakukannya kenaikan harga BBM bersubsidi. Dalam perjalanannya Pemerintah telah 2 kali meminta persetujuan DPR-RI untuk dapat menyalurkan
BBM bersubsidi melebihi kuota APBN-P 2012, yaitu pada:
160 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012
Tanggal 17 September 2012 dari 40 juta KL menjadi 44,04 juta KL Tanggal 3 Desember 2012 dari 44,04 juta KL menjadi 45,27 juta KL
Dalam rangka mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi, telah diterbitkan Permen ESDM No. 122012 tentang Pengendalian BBM bersubsidi, yang mengatur antara lain: Pelarangan konsumsi BBM
bersubsidi bagi kendaraan dinas Pemerintah, BUMN BUMD di Jawa dan Bali dan Pelarangan konsumsi BBM bersubsidi bagi kendaraan pertambangan dan perkebunan, serta Untuk penyediaan tenaga listrik,
PT PLN Persero wajib melakukan pengendalian volume BBM sesuai dengan asumsi dalam APBN.
Dengan keterbatasannya, Pemerintah tetap terus melakukan pengawasan terhadap penyalahgunaan BBM bersubsidi melalui kegiatan pemberian Keterangan Ahli dan penindakan penyalahgunaan BBM
periode Januari 2012 s.d Nopember 2012 dengan hasil :
1. Pemberian Keterangan Ahli sebanyak 572 kasus dengan uraian Tahap I Penyidikan
= 457 kasus Tahap II PenuntutanP-21
= 75 kasus Tahap III PersidanganInkrach
= 40 kasus 2. Barang bukti Bahan Bakar Minyak BBM
Premium = 244.642 liter
Minyak Solar = 1.427.551 liter
Minyak Tanah = 210.619 liter
Minyak Mentah = 15.807 liter
Dalam rangka pengendalian penggunaan BBM Bersubsidi, Pemerintah menerapkan kebijakan seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.61. Kebijakan Pengendalian Penggunaan BBM Bersubsidi KEBIJAKAN
REGULA SI
POKOK PENGATURAN PELAKSANAAN DAN
PENGAWASAN PENANGGUNG
JAWAB
1
Pelarangan BBM bersubsidi
u kendaraan dinas
Permen ESDM
Nomor 12 Tahun
2012 tentang
Pengenda lian
Pengguna an BBM
• Jabodetabek efektif 1 Juni 2012
• Jawa – Bali efektif 1 Agustus 2012
• Pemasangan stiker • Pengawasan oleh BPH Migas dan
Pemda • Petugas pengawas di SPBU.
SekjenSestama KL, Sesmen
BUMN, Sekda, Sekper, BPH
Migas
2 Pelarangan
minyak solar bersubsidi bagi
mobil barang perkebunan
dan pertambangan
• Efektif 1 September 2012 • Mewajibkan penyediaan
tanki timbun • Pemasangan stiker pengenal
• Pengawasan oleh BPH Migas, aparat penegak hukum, dan Pemda
• Pertamina menambah SPBU non subsidi.
BPH Migas, Dinas penerbit SKPD di
masing-masing Pemda
3 Pengendalian
Sistem Distribusi:
• Penggunaan Teknologi
Informasi • Pengawasan
penyelundup an BBM
bersubsidi • Pengendalian
kuota per wilayah
Perpres No 15
tahun 2012
• Jenis BBM Tertentu dilarang diangkut dan atau
diperdagangkan ke luar negeri
• Badan Usaha dan atau masyarakat dilarang
melakukan penimbunan dan atau penyimpanan
serta penggunaan Jenis BBM Tertentu
• Penetapan alokasi BBM tertentu untuk masing-
masing konsumen pengguna jenis BBM
tertentu ditetapkan oleh BPH Migas
• Badan Pengatur melakukan pengaturan dan verifikasi
• BPH Migas bekerjasama dengan instansi terkait Kemen Kelautan,
Kemen Perhubungan, Kemendagri, Kepolisian RI, BIN, Kejaksaan dan
Pemerintah Daerah. • Pertamina harus menjamin kesamaan
jumlah jenis BBM tertentu JBT yang dikirim sama dengan yang diterima
oleh lembaga penyalur BBM bersubsidi.
• Masing-masing penggunawilayah, hanya diberikan sejumlah kuota
maksimum sebagaimana telah ditetapkan oleh BPH Migas,
kekurangannya dipenuhi dari BBM non subsidi.
• Pertamina selaku pendistribusi BBM subsidi dan BU pendamping
BPH Migas