Optimalisasi dan Utilisasi Proyek Percontohan CBM Rambutan - Sumatera Selatan

182 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 Sasaran 14. Peningkatan industri jasa backward linkage dan industri yang berbahan baku dari sektor ESDM, antara lain pupuk forward linkage Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja programkegiatan rencana kinerja tahun 2012. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut: Tabel 5.79. Indikator Kinerja Sasaran 14 No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian 1. Peningkatan industri jasa penunjang Sektor ESDM  Jumlah industri jasa penunjang Migas Perusahaan 950 1239 97.5  Jumlah industri jasa penunjang ketenagalistrikan Perusahaan 40 11 27,5  Jumlah industri jasa penunjang mineral dan batubara Perusahaan 800 938 117 2. Terpenuhinya bahan baku industri pupuk  Persentase pemenuhan bahan baku industri pupuk 100 90 90

1. Peningkatan industri jasa penunjang

Sektor ESDM memberikan dampak backward linkage dan forward linkage. Keberadaan industri ESDM membentuk backward linkage, yaitu terciptanya industri yang mendukung kegiatan industri ESDM tersebut. Contoh dari industri tersebut antara lain industri material dan peralatan di Batam seperti pabrikasi pipa, platform, alat-alat berat dan lain-lain. Selain itu, adanya industri ESDM juga menghidupkan forward linkage dimana industri lain seperti pabrik pupuk, petrokimia, dan industri lainnya tumbuh dan berkembang karena keberadaan dan operasi industri ESDM.  Jumlah industri jasa penunjang minyak dan gas bumi Salah satu unsur penting dalam kegiatan usaha minyak dan gas bumi adalah adanya usaha penunjang minyak dan gas bumi. Usaha penunjang migas berperan penting dalam berbagai kegiatan usaha minyak dan gas bumi dari sektor hulu hingga hilir. Dengan demikian keberadaannya sangat penting bagi berbagai pihak yang terkait, termasuk investor pada sub sektor minyak dan gas bumi. Besarnya tingkat kebutuhan usaha penunjang migas nasional diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat memberikan efek berantai multiplier effect bagi kegiatan perekonomian dalam negeri. Hal tersebut tentunya memerlukan pengelolaan dan pembinaan terhadap badan usaha penunjang migas secara transparan, terbuka dan adil dengan lebih berpihak pada usaha jasa penunjang migas dalam negeri yang secara teknis memenuhi persyaratan modal, kompetensi dan kualifikasi. sehingga dapat menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna dan penyedia barang dan jasa dalam hak dan kewajiban. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 183 Gambar 5.94. Jumlah Surat Keterangan Terdaftar Migas Tahun 2011 Bentuk pembinaan usaha penunjang migas yang dilakukan oleh Ditjen Migas adalah dengan surat keterangan terdaftar yang diberikan kepada badan usaha penunjang migas yang kompeten dan berkualifikasi serta memenuhi persyaratan teknis dan nonteknis.  Jumlah industri jasa penunjang Ketenagalistrikan Badan usaha penunjang tenaga listrik saat ini dituntut untuk bekerja secara profesional, hal ini karena badan usaha penunjang tenaga listrik memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang usaha penyediaan tenaga listrik yang andal, aman dan akrab lingkungan. Peningkatan jumlah dan mutu badan usaha penunjang tenaga listrik pada tahun 2012 difokuskan pada badan usaha penunjang tenaga listrik bidang konsultansi penyediaan tenaga listrik. Pada tahun ini jumlah industri jasa penunjang bidang ketenagalistrikan di targetlan sebanyak 40 perusahaan, namun yang dapat direalisasikan adalah hanya 11 perusahaan, sehingga capaian kinerja ini hanya sebesar 27,5. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, pembagian wewenang dalam pemberian izin usaha ketenagalistrikan sudah dipisah antara pemerintah pusat dan daerah. Pembagian wewenang tersebut berdasarkan kepada kepemilikan saham badan usaha tersebut. Jika badan usaha tersebut kepemilikan sahamnya mayoritas adalah asing danatau BUMN, maka perizinan dikeluarkan oleh Menteri. Akan tetapi jika badan usaha tersebut kepemilikan sahamnya mayoritas adalah dalam negeri maka perizinannya dilakukan oleh BupatiWalikota. Semenjak Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan diterbitkan, telah dikeluarkan 6 usaha penunjang tenaga listrik sesuai dengan klasifikasi, kualifikasi dan sertifikat yang dimiliki oleh badan usaha, sebagai berikut: