Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012 43
Gambar 4.2. Peta Cekungan Hidrokarbon Indonesia
Gambar 4.3. Peta Cekungan Batubara dan CBM Indonesia
a.
Menjamin keamanan pasokan energi
Untuk menjamin pasokan energi, maka upaya eksplorasi dan optimasi produksi energi nasional terus ditingkatkan sehingga mampu mengimbangi perkembangan permintaan energi di dalam negeri. Hal ini
dilakukan mengingat masih sangat besarnya potensi energi yang terkandung di bumi Indonesia ini. Dalam rangka meningkatkan produksi, maka eksplorasi telah dilakukan di 169 wilayah kerja migas. Terdapat 60
cekungan migas di Indonesia yang dikelompokkan menjadi 4 empat, yaitu 22 cekungan belum dibor, 13 cekungan sudah dibor belum ada penemuan. 8 cekungan dengan penemuan belum berproduksi, dan 16
cekungan produksi. Total sumber daya minyak bumi terambil sebesar 88.382 milyar barel dan sumber daya gas bumi terambil sebesar 595.289 TCF. Total sumber daya coal bed methane sebesar 453,3 TSCF, di
mana 53-nya berada di Sumatera dan 46,5-nya berada di Kalimantan
.
OMBILIN BASIN
CENTRAL SUMATRA BASIN
52.50 TCF OMBILIN BASIN
0.50 TCF SOUTH SUMATRA
BASIN 183.00 TCF
BENGKULU BASIN 3.60 TCF
JATIBARANG BASIN
0.80 TCF PASIR AND ASEM
ASEM BASINS 3.00 TCF
BARITO BASIN 101.60 TCF
SOUTHWEST SULAWESI BASIN
2.00 TCF KUTEI BASIN
80.40 TCF NORTH TARAKAN
BASIN 17.50 TCF
BERAU BASIN 8.40 TCF
= 7 Wilayah Kerja CBM yang telah ditandatangani, 2008 Total sumber daya = 453.30 TCF
Total cekungan CBM = 11
Advance Resources Interational, Inc., 2003
CEKUNGAN BATUBARA DAN CBM INDONESIA
Indragiri Hulu
Sekayu Barito
Banjar I Kutai
Bentian Besar
Sangatta I Barito
Banjar II
29
44 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah LAKIP KESDM 2012
b.
Melakukan pengaturan harga energi
Kebijakan kedua yaitu dengan mengarahkan harga energi untuk mencapai nilai keekonomiannya sehingga diharapkan subsidi tidak dilakukan dengan mekanisme pada subsidi harga energi namun
dilakukan melalui subsidi langsung kepada masyarakat yang membutuhkan. Untuk melaksanakan itu telah dilakukan pengurangan subsidi BBM secara bertahap melalui pengurangan volume BBM yang
disubsidi. Volume minyak tanah bersubsidi mulai dikurangi tiap tahunnya seiring dengan diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG.
Namun demikian jangkauan konversi minyak tanah ke LPG yang belum sampai ke seluruh pelosok Indonesia, maka tetap disediakan minyak tanah bersubsidi sebanyak 100.000 KL.
Diharapkan dengan dilakukan pengurangan subsidi BBM dan listrik maka akan dapat terhindarkan pemberian subsidi yang tidak tepat sasaran, penyalahgunaaan BBM seperti penyelundupan, pengoplosan
dan penyimpangan penggunaan BBM, pemborosan penggunaan BBM, mempercepat pengembangan energi alternatif dan meningkatkan efisiensi energi serta yang tidak kalah pentingnya adalah mengurangi
beban subsidi pada keuangan Negara sehingga dapat menambah alokasi untuk pengembangan sektor lain seperti pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur lainnya.
c.
Meningkatkan kesadaran masyarakat
Kebijakan ketiga adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan diversifikasi energi dan konservasi energi. Diversifikasi energi menjadi langkah penting dalam penyediaan energi untuk
masyarakat. Diversifikasi energi direncanakan di seluruh sektor pemakai, baik di rumah tangga, komersial, transportasi, industri maupun pembangkit listrik Diharapkan dengan adanya diversifikasi
energi maka sasaran bauran energi primer nasional dapat tercapai. Berbagai bahan bakar dari jenis LPG, gas kota, batubara, briket batubara, biofuel, panas bumi, biomassa, solar cell, Coal bed Methane, biogenic
gas akan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Di sektor transportasi akan dikembangkan substitusi BBM dengan LPG, BBG, coal gasification, coal
liquefaction, bioethanol, biodiesel, solar cell, CBM, Fuel Cell, dan oil Shale, demikian juga di sektor industri dan pembangkit akan dilakukan substitusi BBM dengan energi alternatif lain.
Untuk pengembangan
Bahan Bakar Nabati diharapkan akan
dapat dilaksanakan jalur cepat pengembangan
BBN melalui
program Desa Mandiri Energi, Kawasan khusus pengembangan
BBN dan
setiap daerah
mengembangkan BBN
sesuai potensi.
Dengan jalur
cepat pengembangan
BBN tersebut
diharapkan pada jangka pendek akan
bermanfaat untuk
penciptaan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan,
sedangkan jangka
panjang diharapkan BBN dapat menjadi
alternatif energi yang dapat diandalkan.
Disamping kebijakan
utama, terdapat kebijakan lainnya untuk mewujudkan ketahanan energi dan mineral di Indonesia. Kebijakan
tersebut adalah: Gambar 4.4. Jalur Cepat Pengembangan BBN