Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
116 Penemuan  kasus  AFP  tahun  2015  sebesar  0,9100.000  penduduk
provinsi Riau yang berumur  15 tahun, sedangkan target adalah sebesar 2100.000 penduduk berumur  15 tahun.
19.  Jumlah  kabkota  dan  rumah  sakit  yang  terevaluasi  program AFPPD3I
- Penemuan dan Pengambilan Spesimen AFP
Selama periode tahun 2016, ditemukan kasus AFP sebanyak 18 kasus dengan jumlah penemuan kasus mencapai target adalah di Kabupaten Siak
dengan  non  polio  afp  rate  2,65.  Selanjutnya  Kota  Dumai,  Kabupaten Pelalawan dan Kabuapten Meranti masing-masing non polio afp rate 2,00.
Sedangkan  Kabupatenkota  lainnya  tidak  mencapai  target,  yaitu  adalah Indragiri  Hilir,  Kampar,  Indragiri  Hulu,  Rokan  Hilir,  Pekanbaru,  Bengkalis,
Rokan Hulu  dan Kuantan Singingi.
Tabel 3.42 Distribusi Penemuan Kasus AFP per KabupatenKota
di Provinsi Riau tahun 2016
Kode KabKota
Nama KabupatenKota
Target Kasus AFP
Realisasi  Capaian
1 2
3 4
5
0401 Pekanbaru
6 0,0
0402 Kampar
5 4
80,0 0403
Indragiri Hulu 3
2 66,7
0404 Indragiri Hilir
4 6
150,0 0405
Bengkalis 3
1 33,3
0408 Dumai
2 4
200,0 0409
Siak 3
1 33,3
0410 Pelalawan
3 3
100,0 0411
Rokan Hilir 4
2 50,0
0412 Rokan Hulu
4 3
75,0 0413
Kuansing 2
1 50,0
0414 Meranti
1 1
100,0
Total 40
34 85,0
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
117 Penemuan kasus AFP Provinsi Riau tahun 2016 mengalami penurunan
dibandingkan  dengan  penemuan  kasus  tahun-tahun  sebelumnya  yakni tahun 2015 sebanyak 34 kasus, 2014 sebanyak 44 kasus dan tahun 2013
yang berjumlah 39 kasus. Hasil pemeriksaan terhadap 18 pot specimen AFP yang  dikirimkan  ke  laboratorium  Nasional  menunjukan  bahwa  tidak  ada
specimen yang Positif Virus Polio Liar. Berdasarkan tempat penemuan ternyata kasus AFP terbesar tahun 2016
adalah  ditemukan  di  Puskesmas  yakni  sebesar  55,56,  sedangkan penemuan kasus di rumah sakit sebesar 44,44. Tahun 2015 rumah sakit
menjadi tempat penemuan kasus terbesar yaitu sebesar 73,5, sedangkan sisanya  sebanyak  23,5  ditemukan  di  Wilayah  Puskesmas  dan  2,9
Praktek Dokter. Seyogyanya penemuan terbesar kasus AFP di rumah sakit seharusnya
lebih  besar  jika  dilihat  dari  data  tahun  sebelumnya.  Diperkirakan  jika mempertimbangkan psikologis  orang tua merupakan suatu hal yang wajar
jika anak terkena lumpuh layuh orang tua akan segera membawa ke rumah sakit. Penemuan kasus AFP rumah sakit yang tidak optimal membuat secara
komulatif surveilans AFP di Provinsi Riau tidak mencapai target. Dalam surveilans masih terdapat kegiatan Hospital Record Review oleh
petugas surveilans Provinsi untuk mencari kasus lolos di rumah sakit untuk dilaporkan  sebagai  kasus  AFP.  Sangat  penting  untuk  mengoptimalkan
kegiatan  surveilans  aktif  rumah  sakit  untuk  screening  kasus  AFP  lama maupun  baru.  Hasil  diskusi  dengan  beberapa  dokter  rumah  sakit  yang
dikunjungi  disepakati  untuk  meningkatkan  sensitifitas  penemuan  setiap kasus AFP di Rumah Sakit. Gambaran penemuan kasus AFP berdasarkan
tempat penemuan dapat dilihat pada grafik berikut :
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
118
Grafik 3.25 Kasus AFP Berdasarkan Tempat Penemuan
di Provinsi Riau Tahun 2016
Meskipun demikian dapat dilihat bahwa surveilans AFP di Puskesmas mengalami peningkatan yakni 55,56 10 kasus dibanding tahun 2015 yang
hanya  23,5  4  kasus.  Penemuan  kasus  AFP  di  masyarakat  atau  di Wilayah Puskesmas menunjukkan bahwa sistem surveilans wilayah berjalan
semakin baik. Kelompok  umur  terbanyak  pada  kasus  AFP  di  Provinsi  Riau  adalah
kelompok umur 10-14 tahun yaitu 50, sedangkan terkecil adalah kelompok
umur  1 tahun dan 5-9 tahun yaitu masing-masing 11,1.
20.  Jumlah kasus discharded campak Tabel 3.43
Jumlah kasus discharded campak Di Provinsi Riau Tahun 2016
No Sasaran
Strategis Indikator Kinerja
Target Realisasi
Capaian
1 2
3 4
5 6 =54100
1  Menurunnya angka
kesakitan dan kematian
akibat penyakit menular
langsung Discarded campak
2100.000 penduduk
≥ 2100.000
penduduk 0,67100.000
penduduk 33,33
44,44
55,56
RUMAH SAKIT PUSKESMAS