Persentase Tempat Pengolahan Makanan TPM Yang Memenuhi Syarat Kesehatan

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 287 Tabel 3.114 Realisasi Capaian Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan TPM Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Di Provinsi Riau Tahun 2016 Berdasarkan Data e-Monev No KabupatenKota Sasaran Realisasi Capaian Kinerja Realisasi Capaian 1. Pekanbaru 611 86 0,00 2. Kampar 747 105 0,00 3. Kuantan Singingi 296 41 0,00 4. Rokan Hulu 21 3 0,00 5. Indragiri Hulu 233 33 6 18,39 6. Indragiri Hilir 96 13 0,00 7. Siak 420 59 0,00 8. Pelalawan 130 18 0,00 9. Dumai 217 30 0,00 10. Rokan Hilir 177 25 0,00 11. Bengkalis 272 38 0,00 12. Kepulauan Meranti 83 12 0,00 3303 462 6 1,30 Dari tabel terlihat bahwa target untuk capaian kinerja TPM sebesar 14 di Provinsi Riau tahun 2016 jauh dibawa target yaitu sebesar 1,00. Kalau dilihat dari masing masing KabupatenKota yang sudah mencapai target baru hanya satu KabupatenKota yaitu Indragiri Hilir, sedangkan 11 sebelas kabupatenkota yang lainnya belum sama sekali terialisasi. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 288 Tabel 3.115 Perbandingan Kinerja Sasaran No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2016 Realisasi Th. 2015 Th. 2016 1 2 3 4 5 6 1 Meningkatnya kabupatenkota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan 1. Jumlah DesaKelurahan yang melaksanakan STBM 662 587 1113 2. Persentase sarana air munim yang dilakukan pengawasan 35 31,72 34,56 3. Cakupan Tempat Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan 52 27,37 44,62 4. Jumlah KabKota yang menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat 6 3 4 5. RS yang melakukan pengelolaan Limbah Medis sesuai aturan 15 1,59 2,7 6. Persentase tempat pengolah makanan TPM yg memenuhi syarat kesehatan 14 0,27 6,4 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 289 Tabel 3.116 Perbandingan Capaian Kinerja s.d. Akhir Periode Renstra No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Akhir Renstra 2019 Realisasi Thn 2016 Tingkat Kemajuan 1 2 3 4 5 6=4-5

1 Meningkatnya

kabupatenkota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan 1 Jumlah DesaKeluraha n yang melaksanakan STBM 994 1113 -119 2 Persentase sarana air munim yang dilakukan pengawasan 50 34,56 15 3 Cakupan Tempat Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan 58 44,62 7,38 4 Jumlah KabKota yang menyelenggara kan Tatanan Kawasan Sehat 12 4 8 5 RS yang melakukan pengelolaan Limbah Medis sesuai aturan 36 2,7 33,3 6 Persentase tempat pengolah makanan TPM yg memenuhi syarat kesehatan 32 6,4 25,6 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 290 Analisis penyebab keberhasilankegagalan atau peningkatanpenurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan. Analisis kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian 1. Jumlah Desa Kelurahan Yang Melaksanakan STBM STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan, dimana terdiri dari 5 pilar: a. Stop buang air besar sembarangan b. Cuci Tangan Pakai Sabun CTPS c. Pengelolaan air minummakanan RT d. Pengelolaan sampah Rumah Tangga e. Pengelolaan limbah cair Rumah Tangga Sehingga kata kuncinya adalah Sanitasi total berbasis masyarakat, skala Rumah Tangga, metode pemicuan dan monitoring partisipatif Community Lead Total Sanitation CLTS bukan pilar 1 STBM. Pilar pertama STBM adalah Stop BABS. CLTS merupakan gerakan yang dipimpin oleh masyarakat menggunakan metode pemicuan. STBM menggunakan metode CLTS dengan materi yang berbeda.Sedangkan di CLTS sanitasi total yang dimaksud adalah community led artinya semua komponen masyarakat terlibat dalam setiap tahapan kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi CLTS Tujuan akhirnya adalah menuju ODF. Pada Tahun 2016 setelah dilakukan Analisis SWOT terhadap Program STBM didapatkanlah rumusan permasalahan, diantaranya: a. Pencatatan dan Pelaporan oleh Tenaga Sanitarian belum maksimal, baik melalui monev berbasis web dan sms ataupun secara pelaporan tertulis b. Kurang efektifnya pemanfaatan tenaga sanitarian pada tugas pokok dan fungsinya sebagai sanitarian, sehingga tupoksinya tidak terlaksana dengan baik c. Kurangnya dukungan dari segi dana dalam pengaktifan monev berbasis wab dan sms Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 291 d. Masih banyak pemerintah kabupatenkota yang belum atau kurang mampu mengurus danmemecahkan masalah bidang sanitasi dan hygiene karena selama ini bidang sanitasi dan hygiene lebih merupakan issue pinggiran marginal yang tidak memperoleh prioritas dalam pembangunan Capaian Program STBM yang memenuhi 3 kriteria sesuai Definisi Operasional yaitu, sudah dilakukannya pemicuan, adanya Rencana Kerja Masyarakat RKM dan adanya Natural Leader , sebesar 61,36 , dari 1814 desa target kumulatif sampai dengan target akhir renstra pada tahun 2019 sudah tercapai 1113 desa yang sudah sudah melaksanakan STBM, tetapi jika persentase kinerja pada tahun ini sudah jauh melebihi target yaitu sebesar 168, dari 662 desa target pada tahun 2016 yang sudah dilaksanakan pemicuan sebesar 1113 desa. Sedangkan Capaian Program STBM dari Akses Progres 80,13 dan Capaian Output Yaitu Desa ODF sebesar 231 desa atau 20,75. Jika dari target renstra pada tahun 2016 STBM sudah melebihi target tetapi yang menjadi masalah adalah output akhir dari IKK STBM tersebut adalah desa ODF, dimana jumlah desa ODF baru 20,75 dari 1.113 desa yang telah dilakukan pemicuan. Jika kita berbicara tentang kinerja jumlah kabkota yang melaksanakan STBM dimana yang digunakan adalah tiga kriteria, itu sudah melebihi dari target, tetapi jika kita berbicara outputnya itu masih jauh karena ada beberapa alasan mengapa pencapaian target desa ODF masih jauh, diantaranya kualitas dari pelaksanaan pemicuan itu sendiri, dari sisi anggaran daerah untuk mendukung kegiatan tersebut serta dari SDM atau tenaga sanitarian yang ada di kabkota. Pengajuan anggaran yang selama ini bukan saja untuk pemicuan, melainkan anggaran yang bersifat untuk meningkatkan kualitas dari pemicuan tersebut, jadi kita tidak hanya memandang kuantitasjumlah desa saja yang dilakukan pemicuan, tapi dengan anggaran yang ada kita memikirkan bagaimana kualitas pemicuan agar pencapaian hasil desa ODF meningkat Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 292 dari tahun ke tahunnya, sehingga antara jumlah desa yang telah dipicu berbanding sama dengan desa yang ODF

2. Persentase Sarana Air Minum Yang Dilakukan Pengawasan

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Pengawasan Air Minum di provinsi Riau tahun 2015 adalah sebagai berikut; a. Kurangnya dukungan berupa kebijakan Pemerintah Daerah kabupatenkota dalam pengawasan kualitas air minum sehingga para penyelenggara air minum termasuk PDAM tidak mematuhi kewajibannya dalam pengawasan internal kualitas air minum yang diproduksi. b. Masih minimnya anggaran Dinas Kesehatan kabkota dalam mendukung biaya pengawasan eksternal air minum yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. c. Belum semua kabupatenkota memiliki sarana laboratorium air, sehingga dalam pengujian air harus dibawa ke laboratorium Dinas Kesheatan Provinsi Riau Labkesling Provinsi Riau yang membutuhkan biaya lebih besar. d. Alat water test Kit yang tersedia di sebagian KabKota belum dimanfaatkan secara maksimal oleh Dinas Kesehatan kabKota. e. Belum disiplinnya KabKota dalam pengiriman laporan rutin, sehingga terkendala dalam mengidentifikasi permasalahan di lapangan. f. Geografis wilayah yang rata- rata berada di daerah aliran sungai, rawa dan tanah gambut, mengakibatkan masyarakat sulit mendapatkan air bersihair baku yang berkualitas, sehingga sangat dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang handal dalam menggali opsi sarana air minum di masyarakat yang efektif dan efesien.0 g. Masih kurangnya jumlah tenaga sanitarian di Puskesmas, sehingga dalam pengembangan dan pelaksanaan program menjadi terkendala. Beberapa permasalahan diatas membutuhkan pemecahan dan tindak lanjut berupa kebijakan dan kegiatan di tingkat provinsi dan kabkota. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 293

3. Persentase Tempat Tempat Umum TTU Yang Memenuhi Syarat Kesehatan

Penyebab capaian realisasi fisik TTU tahun 2016 masih rendah, disebabkan karena : Masih rendahnya dukungan kebijakan Pemda dalam penerapan TTU yang sehat dan kurangnya dukungan dan komitmen dari pemerintah daerah dalam hal pembuatan rekomendasi laik hygiene sanitasi sarana TTU. Belum semua sarana TTU dilakukan inspeksi sanitasi TTU dilakukan oleh petugas puskesmas dengan alasan keterbatasan anggaran karena tidak semua kabkota yang menggiring pengalokasian Dana BOK untuk kegiatan pengawasan sarana TTU di puskesmas Alternatif solusi yang telah dilakukan : a. Advokasi ke stakeholder kabkota b. Bimbingan Teknis ke kabKota c. Menyurati kabkota mengenai feadback laporan triwulan 2016 Analisis kegiatan yang menunjang keberhasilan : a. Workshop Pengendalian Bahaya Pada Tempat- Tempat Umum b. Implementasi Pengendalian Bahaya Pada Tempat- Tempat Umum c. Bimbingan Teknis Pengendalian Bahaya Pada Tempat- Tempat Umum

4. Jumlah KabKota yang menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat

KabKota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat keberhasilan kinerja untuk tahun 2016 adalah 67 ini mengalami penurunan dari tahun 2015 yaitu 75, hal ini di sebabkan oleh efesiensi dana yang ada di KabupatenKota. Alternatif solusi yang telah dilakukan adalah advokasi dan sosialisasi, Penguatan Kelembagaan serta Monev di 12 KabKota. Untuk kedepannya kegiatan yang menunjangan keberhasilan adanya Komitmen lintas sektor dan lintas program yang terkait melalui penguatan kelembagaan, Monitoring dan evaluasi tatanan kawasan sehat wajib dan tatanan kawasan sehat tambahan untuk peningkatan verifikasi kabkota sehat, dan mengikuti Verifikasi KabKota Sehat Nasional setiap 2 tahun sekali pada tahun ganjil. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 294 Dengan kegiatan ini diharapkan kedepan 12 KabKota menyelenggarakan tatanan kawasan sehat.

5. Rumah Sakit Yang Melakukan Pengelolaan Limbah Medis

Target Rentra 5 tahunan yang ditentukan, Program Pengelolaan Limbah Medis Fasyankes capaian ditahun 2016 yaitu 16,67 jadi ditahun 2019 capaian yang harus dilaksanakan 19,33 artinya dari 74 Rumah Sakit yang ada dari tahun 2017 sampai ke tahun 2019 sasarannya ada 27 Rumah Sakit yang harus dilakukan pengawasan dan pembinaan. Masalah yang ada selama ini dari Pemda baik ditingkat Provinsi maupun kabupatenkota dalam Pengelolaan Limbah Medis Fasyankes, dan Untuk kelancaran program ini diharapkan masing-masing kabupatenkota rutin mengirimkan laporan pertriwulannya tepat waktu, koordinasi antar SKPD kedepannya lebih ditingkatkan lagi dan membuat perencanaan dimasing-masing kabupatenkota untuk program pengelolaan limbah medis fasyankes sehingga Rumah Sakit Pemerintah dan swasta yang ada diwilayah masing-masing kabupatenkota bisa dipantau dan dibina.

6. Persentase Tempat Pengolahan Makanan TPM Yang Memenuhi Syarat Kesehatan

a. Masalah Dalam pelaksanaan kegiatan TPM ada beberapa masalah yang ditemui diantaranya : Belum semua KabKota mensosialisasikan software- monev ke puskesmas, dan adanya gangguan sistem pada softwer, sehingga data TPM yang masuk ke Dinkes Provinsi Riau tahun 2016 menggunakan sistem manual. b. Pemecahan Masalahan Agar KabKota penggalokasikan anggran di TPM setiap tahun, sehingga kegiatan program dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan dan diwajibkan data TPM yang dikirimkan bukan data manual tetapi data yang sudah melalui sistem e - monev.