Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
180 -
Sudah 5 KabupatenKota yang melakukan pengkajianpembahasan kasus kematian ibu yaitu kota Dumai, Indragiri Hilir, Bengkalis, Kuantan
Singingi dan Rokan Hulu walaupun belum maksimal dalam pelaksanaannya
- Sudah seluruh KabupatenKota di Provinsi Riau membuat Otopsi Verbal
kematian dan membuat Rekam Medik kematian Maternal RMM Pelaksanaan AMP dan Autopsi Verbal kematian ibu di beberapa daerah
saat ini mulai mengendor. Untuk itu perlu dilakukan penguatan kembali baik dalam pelaksanaannya maupun kesinambungan program.
2. Cakupan kunjungan neonatal pertama KN1
Cakupan kunjungan neonatal pertama atau dikenal dengan KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi resiko kematian pada periode neonatal yaitu 6 – 48 jam setelah lahir yang meliputi, antara lain kunjungan menggunakan
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda MTBM termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian Vitamin K1 injeksi dan
Hepatitis B 0 nol injeksi. Indikator ini merupakan indikator yang digunakan untuk memantau keberhasilan program penurunan AKB karena bayi baru
lahir merupakan kelompok usia yang sangat sensitive terhadap berbagai kondisi yang terjadi disekitarnya seperti penyakit menular, kecukupan gizi
serta perubahan yang terjadi disekitar lingkungan tempat orang tua si bayi. Kondisi ini mengakibatkan bayi baru lahir rentan terhadap penyakit yang
dapat berakibat terjadinya kematian. Indikator ini juga menunjukan akses atau jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Data tentang persentase
pelayanan neonatus pertama KN 1 diperoleh berdasarkan laporan rutin dari Dinas Kesehatan KabupatenKota.
Capaian realisasi cakupan pelayanan neonatus pertama KN1 tahun 2016 sebesar 86,37, jika dibandingkan dengan target yang sudah
ditetapkan yaitu 78, realisasi cakupan ini sudah mencapai target yang ditetapkan dengan capaian sebesar 75, seperti terlihat pada table dibawah
ini :
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
181
Tabel 3.67 Capaian Kunjungan Neonatal Pertama KN 1
Di Provinsi Riau Tahun 2016
No KabKota
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama Jumlah
Sasaran 130.518
Target Capaian
Absolut
1 Kuantan Singingi
6.232 78
4.713 76
2 Indragiri Hulu
9.990 78
7.874 79
3 Indragiri Hilir
15.108 78
9.279 61
4 Pelalawan
8.517 78
7.869 92
5 Siak
9.567 78
9.067 95
6 Kampar
16.776 78
15.751 94
7 Rokan Hulu
15.796 78
13.616 86
8 Bengkalis
11.629 78
10.867 93
9 Rokan Hilir
13.608 78
11.913 88
10 Kepulauan Meranti 3.530
78 3.439
97 11 Kota Pekanbaru
23.596 78
19.356 82
12 Kota Dumai 8.233
78 7.643
93
Jumlah 142.582
78 121.387
86,37
Cakupan pelayanan neonatal pertama KN1 yang tertinggi terdapat di Kabupaten Kepulauan Meranti dengan persentase 97, untuk kabkota
yang lain capaian cakupannya masih ada yang dibawah target yakni Kabupaten Kuantan Singingi 76 dan Kabupaten Inhil 61, untuk
Kabupaten yang lain sudah diatas rata Provinsi, seperti terlihat pada grafik dibawah ini:
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
182
Grafik 3.48 Cakupan Pelayanan Neonatal Pertama KN1
Di Provinsi Riau Tahun 2016
Berdasarkan laporan rutin yang diterima dari kabupatenkota, cakupan pelayanan Neonatal yang pertama KN 1 telah mengalami penurunan dari
92,4 tahun 2014, 90,74 tahun 2015 menjadi 86,37 tahun 2016.
Grafik 3.49 Trend Pelayanan Neonatal Pertama KN1
Di Provinsi Riau Tahun 2014 s.d 2016
,,
, ,
,
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
183
Faktor Pendukung Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama KN1 Adalah:
a. Meningkat akses pelayanan kesehatn ibu dan anak KIA dan KB melalui penempatan bidan desa dan bidang jorong
b. Melengkapi sarana dan prasarana saat ini Provinsi Riau terdapat 224 puskesmas 124 non rawatan dan 100 dengan fasilitas rawatan dengan
213 dua ratus tiga belas puskesmas yang sudah diregistrasi dan 11 sebelas yang belum terregistrasi.
c. Diperolehnya dukungan dari organisasi profesi dan lintas program dalam penggerakan anggotanya untuk melaksanakan KN I. dukungan ini dapat
diperoleh melalui advokasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Riau, dan pelibatan organisasi profesi terkait
didalam kegiatan d. Distribusi buku saku pelayanan neonatal esensial yang semakin tersebar
setiap tahunnya. Buku ini menjadi pedoman sekaligus suatu bentuk perlindungan terhadap nakes didalam melaksanakan Kunjungan
Neonatal Pertama.
Faktor Penghambat Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama KN1 Adalah
Dilihat dari segi wilayah, pencapaian target masih belum optimal di wilayah Provinsi Riau. Untuk mencapai keberhasilan indikator Cakupan KN1,
membutuhkan dukungan dari berbagai sektor antara lain pendidikan Riskesdas 2013: Semakin rendah Pendidikan maka kecenderungan KN1
juga rendah, kemiskinan Riskesdas 2013: Kemiskinan berbanding lurus dengan pencapaian Cakupan KN1, geografis terkait akses, budaya.
Dukungan tersebut untuk saat ini masih belum optimal. Secara provinsi hambatan ini dapat terjadi di semua kabupatenkota atau
puskesmas. Faktor Penghambat Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama antara lain:
a. Belum semua daerah dan lintas sektorlintas program terkait memberikan dukungan secara optimal
b. Masalah jumlah distribusi dan kualitas SDM kesehatan yang masih belum merata, sehingga belum semua nakes dapat member pelayanan
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
184 Kunjungan Neonatal sesuai standar, antara lain dikarenakan oleh alas
an geografis, masalah ketersediaan logistik terutama untuk layanan esensial menjaga bayi tetap hangat, pemeriksaaan bayi baru lahir,
pemberian injeksi bit K1, salep mata dan hepatitis B 0 masih belum optimal
c. Kurang lengkapnya peralatan d. Kurangnya kepatuhan petugas dalam menjalankan pelayanan sesuai
pedoman e. Masih banyaknya persalinan meski ditolong oleh nakes tetapi tetap
dilakukan di rumah bukan fasyankes f.
Masalah koordinasi dan integrasi lintas program dan lintas sektor yang belum harmonis
g. Masih kurangnya pemberdayaan keluargamasyarakat terhadap penggunaan buku KIA
h. Sistem pencatatan dan pelaporan yang belum sesuai seperti yang diharapkan misalnya penolong persalinan di fasilitas pelayanan
kesehatan tidak mencatat dengan benar pelayanan yang telah diberikan dan juga belum dipakainya form Manajemen Terpadu Bayi Muda pada
kunjungan neonatal merupakan kendala dalam pencapaian KN. Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk meningkatkan cakupan KN1
selama tahun 2016 antara lain: -
Advokasi ke organisasi profesi IBI dan IDI dan lintas sektor untuk mendukung KN1 melalui pelibatan didalam kegiatan terkait pencapaian
indikator. -
Mengevaluasi dan membentuk kesepakatan bersama untuk mendukung peningkatan cakupan.
- Pendampingan
peningkatan kualitas
pelayanan neonatus
di kabupatenKota yang masih rendah capaiannya.
Adapun upaya yang harus dilakukan agar terjadi peningkatan sekaligus mempertahankan cakupan kunjungan neonatal pertama yaitu:
- Penguatan advokasi ke organisasi profesi dan lintas sektor tetap perlu
terus dilakukan
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
185 -
Menambah lokasi pendampingan, untuk meningkatkan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap standarpedoman
- Pemanfaatan Jamninan Kesehatan Nasional
- Penguatan pemanfaatan register kohort bayi untuk pemantauan sasaran
neonatus, serta distribusi tenaga bidan yang berkompeten hingga ke tingkat desa.
Yang diharapkan dari pencapaian target KN1 adalah tidak hanya dalam kuantitas tetapi juga menjamin kualitas pelayanan yang optimal dalam
pelayanan KN1. Beberapa upaya terkait peningkatan kualitas Kunjungan Neonatal Pertama diantaranya adalah:
- Penyiapan fasilitator Peningkatan Kemampuan Tenaga Kesehatan
dalam Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Neonatus di pusat dan provinsi.
- Fasilitasi Penerapan Audit Maternal Perinatal di KabKota
- Peningkatan Implementasi Pembelajaran Nenatal Esensial, Manajemen
Asfiksia dan BBLR di Preservis -
Pembinaan Teknis terkait Program Bayi Baru Lahir dan bayi dalam rangka Akselerasi Penurunan Angka Kematian Bayi
- Fasilitas Peningkatan Kemampuan Tenaga Kesehatan dalam Pelayanan
Neonatus di Provinsi dan kabupatenKota. -
Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor melalui pertemuan Pokja yang sudah terbentuk di KabKota.
3. Cakupan Neonatal Dengan Komplikasi Yang Ditangani
Cakupan penanganan Neonatal yang mengalami Komplikasi sebagai indicator kompetensi petugas dalam menangani bayi baru lahir yang
bermasalah baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain
sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda MTBM. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah atau
pelayanan sesuai standar pelayanan lainnya. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus selain pemeriksaan kesehatan juga dilakukan konseling
perawata bayi kepada ibu. Hasil capaian Cakupan Neonatus dengan
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
186 Komplikasi yang ditangani di Provinsi Riau tahun 2016 berdasarkan hasil
Laporan Capaian dari 12 dua belas kabupatenkota sebesar 39, angka ini belum mencapai target yang ditetapkan 75. bahkan bila dibandingkan
dengan capaian di tahun sebelumnya angka ini juga mengalami penurunan sebanyak 10 tahun 2015 = 45. Hal ini menunjukan adanya penurunan
kualitas pelayanan kesehatan khususnya pada kelompok bayi dan intensitas tenaga kesehatan dalam penanganan neonatus komplikasi masih belum
baik. Ada beberapa factor yang menjadi baik buruknya capaian indikator Neonatal dengan Komplikasi yang ditangani diantaranya dikarenakan oleh:
a. Kondisi medan di KabupatenKota yang sulit menuju fasilitas rujukan primer sehingga terjadi keterlambatan penanganan neonatus risti yang
adekuat b. Masih lemahnya system pencatatan dan pelaporan untuk kasus rujukan
juga menjadi kendala dimana banyak kasus rujukan yang tidak tercatat.
c. Petugastenaga kesehatan saat melakukan kunjungan neonatus belum semuanya menggunakan algoritma MTBM semua bayi dengan
klasifikasi merah dan kuning dikategorikan neonatus komplikasi. Di dalam buku KIA juga tersedia beberapa hal yang harus diperhatikan saat
melakukan kunjungan neonatus, sehingga setiap kelainan yang terjadi pada bayi muda bisa dideteksi sejak awal, intervensi dini dapat dilakukan
dimana pada akhirnya bayi tersebut dapat hidup sehat sesuai tahapan umurnya.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
187
Tabel 3.68 Cakupan Neonatal Dengan Komplikasi Yang Ditangani
Di Provinsi Riau Tahun 2016
No. KabKota
Cakupan Penanganan Neonatal Komplikasi Jumlah
Sasaran 130.518
Target Capaian
Absolut
Riau 75
1 Kuantan Singingi
935 75
362 39
2 Indragiri Hulu
1.305 75
248 19
3 Indragiri Hilir
2.266 75
652 29
4 Pelalawan
1.278 75
648 51
5 Siak
1.435 75
1.229 86
6 Kampar
2.516 75
245 10
7 Rokan Hulu
2.369 75
455 19
8 Bengkalis
1.744 75
335 19
9 Rokan Hilir
2.041 75
245 12
10 Kepulauan Meranti
530 75
496 94
11 Kota Pekanbaru
3.539 75
395 11
12 Kota Dumai
1.235 75
923 75
Jumlah 21.193
75 6.233
39 Grafik 3.50
Cakupan Neonatal Dengan Komplikasi Yang Ditangani Di Provinsi Riau Tahun 2016
,,
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
188
4. Cakupan kunjungan bayi
Cakupan pelayanan kesehatan bayi merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan bayi kurang dari
1 [satu] tahun setelah masa neonatus. Pemeriksaan kesehatan bayi meliputi pemberian imunisasi dasar [BCG, DPTHBI-3, Polio 1-4 dan Campak],
stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang [SDIDTK] bayi pemberian vitamain A pada bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta
penyuluhan ASI Eksklusif, MP ASI dan lain-lain. Selain itu pemeriksaan kesehatan bayi juga dilakukan melalui konseling tentang perawatan bayi
kepada ibu dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama
periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari-2 bulan b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3-5 bulan
c. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6-8 bulan d. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9-11 bulan
Kegiatan kunjungan bayi masih perlu diperkuat lagi terutama dari sisi kualitas dengan memperhatikan beberapa hal antara lain;
a. Masih terdapat kunjungan bayi oleh tenaga kesehatan yang belum tercatat under reported
b. Program Public Health Nursing PHN belum berjalan secara maksimal c. Jadwal imunisasi pada bayi hanya sampai sekitar umur 9 sembilan
bulan sehingga hal ini juga menjadi penyebab masyarakat tidak membawa bayinya pada petugas kesehatan kecuali jika sakit.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
189
Tabel 3.69 Capaian Pelayanan Kesehatan Bayi
Di Provinsi Riau Tahun 2016
No KabKota
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Jumlah
Sasaran 130.518
Target Capaian
Absolut
4 Riau
78 1
Kuantan Singingi 6.232
78 4.209
68 2
Indragiri Hulu 9.990
78 6.044
69 3
Indragiri Hilir 15.108
78 9.529
63 4
Pelalawan 8.517
78 7.562
89 5
Siak 9.567
78 9.300
97 6
Kampar 16.776
78 16.298
97 7
Rokan Hulu 15.796
78 12.469
79 8
Bengkalis 11.629
78 8.579
74 9
Rokan Hilir 13.608
78 4.676
34 10 Kepulauan Meranti
3.530 78
2.911 82
11 Kota Pekanbaru 23.596
78 21.102
89 12 Kota Dumai
8.233 78
7.026 85
Jumlah 142.582
78 109.705
77,30
Jika dilihat dari tabel diatas hasil capaian cakupan pelayanan kesehatan bayi KabupatenKota di Provinsi Riau tahun 2016 sebesar 77,30 sehingga
masih kurang dari angka yang ditargetkan nasional 78. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatanpenurunan sebesar 16
tahun 2015 = 80,16.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
190
Grafik 3.51 Capaian Pelayanan Kesehatan Bayi
Di Provinsi Riau Tahun 2016
Dari kunjungan lapangan dan pertemuan baik di tingkat provinsi dan kabupatenkota
dalam pelaksanaan
kesehatan bayi
terdapat kendalahambatan dan pendukung keberhasilan diantaranya:
a. Faktor penghambat :
- Akses pelayanan terhadap masyarakat belum memadai karena
keterbatasan tenaga dokterbidanperawat yang berkompeten belum terdistribusi secara merata hingga ke tingkat desa terutama di
kabupatenkota terpencil dan kepulauan. -
Keterbatasan kompetensi dan jumlah tenaga kesehatan salah satunya karena kegiatan peningkatan tenaga kesehatan tentang
pelayanan kesehatan neonatus dan bayi belum menjangkau di seluruh kabupatenkota di tingkat puskesmas dan jaringannya.
- Kurangnya kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan
standar pelayanan -
Kurangnya koordinasi dan keterpaduan stakeholder terkait seperti peran dari kelembagaan di tingkat desa dan pemberdayaan keluarga
dan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan bayi masih kurang.
,,
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
191
b. Faktor pendukung :
- Adanya standarisasi format pencatatan dan pelaporan dan hasil
pencatatan pelayanan rutin dilaporkan sampai ke provinsi sehingga pemantauan terhadap kemajuan pencapaian dapat dilakukan.
c. Upaya yang dilakukan :
- Peningakatan kapasitas tenaga kesehatan tentang pelayanan
kesehatan neonatus dan bayi melalui pendampingan. -
On the Job Training bagi dokter umum,bidan dan perawat -
Keterlibatan lintas program dan profesi terkait dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan monev pelayanan kesehatan bayi
- Sosialisasi terhadap standar pelayanan kesehatan anak
- Peningkatan pengetahuan ibu keluarga masyarakat tentang
kesehatan Ibu dan Anak malalui Buku KIA, dan pemanfaatan sumber dana yang tersedia Dekon, APBD dan Lainnya.
5. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan anak balita sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan pada anak usia
12-59 bulan dalam upayan Meningkatkan Kualitas hidup anak balita diantaranya
adalah melakukan
pemantauan pertumbuhan
dan perkembangan dan stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan
menggunakan instrument SDIDTK, pembinaan posyandu, pembinaan anak prasekolah PAUD dan konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan
menfaatkan Buku KIA, perawatan anak balita dengan pemberian ASI sampai 2 tahun, makanan gizi seimbang dan Vitamin A.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
192
Tabel 3.70 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Di Provinsi Riau Tahun 2016
No KabKota
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Jumlah
Sasaran 130.518
Target Capaian
Absolut
4 Riau
75 1
Kuantan Singingi 32.447
75 16.489
51 2
Indragiri Hulu 45.647
75 21.588
47 3
Indragiri Hilir 69.000
75 26.375
38 4
Pelalawan 55.963
75 33.326
60 5
Siak 38.884
75 32.161
83 6
Kampar 85.267
75 44.588
52 7
Rokan Hulu 77.566
75 30.341
39 8
Bengkalis 61.751
75 39.095
63 9
Rokan Hilir 79.716
75 41.575
52 10 Kepulauan Meranti
15.707 75
10.389 66
11 Kota Pekanbaru 109.012
75 56.392
52 12 Kota Dumai
34.200 75
29.487 86
Jumlah 705.160
75 381.806
57,46 Grafik 3.52
Capaian Pelayanan Kesehatan Balita Di Provinsi Riau Tahun 2016
,,