Penyebab Kematian Ibu Grafik 3.47

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 180 - Sudah 5 KabupatenKota yang melakukan pengkajianpembahasan kasus kematian ibu yaitu kota Dumai, Indragiri Hilir, Bengkalis, Kuantan Singingi dan Rokan Hulu walaupun belum maksimal dalam pelaksanaannya - Sudah seluruh KabupatenKota di Provinsi Riau membuat Otopsi Verbal kematian dan membuat Rekam Medik kematian Maternal RMM Pelaksanaan AMP dan Autopsi Verbal kematian ibu di beberapa daerah saat ini mulai mengendor. Untuk itu perlu dilakukan penguatan kembali baik dalam pelaksanaannya maupun kesinambungan program.

2. Cakupan kunjungan neonatal pertama KN1

Cakupan kunjungan neonatal pertama atau dikenal dengan KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko kematian pada periode neonatal yaitu 6 – 48 jam setelah lahir yang meliputi, antara lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda MTBM termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian Vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B 0 nol injeksi. Indikator ini merupakan indikator yang digunakan untuk memantau keberhasilan program penurunan AKB karena bayi baru lahir merupakan kelompok usia yang sangat sensitive terhadap berbagai kondisi yang terjadi disekitarnya seperti penyakit menular, kecukupan gizi serta perubahan yang terjadi disekitar lingkungan tempat orang tua si bayi. Kondisi ini mengakibatkan bayi baru lahir rentan terhadap penyakit yang dapat berakibat terjadinya kematian. Indikator ini juga menunjukan akses atau jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Data tentang persentase pelayanan neonatus pertama KN 1 diperoleh berdasarkan laporan rutin dari Dinas Kesehatan KabupatenKota. Capaian realisasi cakupan pelayanan neonatus pertama KN1 tahun 2016 sebesar 86,37, jika dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan yaitu 78, realisasi cakupan ini sudah mencapai target yang ditetapkan dengan capaian sebesar 75, seperti terlihat pada table dibawah ini : Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 181 Tabel 3.67 Capaian Kunjungan Neonatal Pertama KN 1 Di Provinsi Riau Tahun 2016 No KabKota Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama Jumlah Sasaran 130.518 Target Capaian Absolut 1 Kuantan Singingi 6.232 78 4.713 76 2 Indragiri Hulu 9.990 78 7.874 79 3 Indragiri Hilir 15.108 78 9.279 61 4 Pelalawan 8.517 78 7.869 92 5 Siak 9.567 78 9.067 95 6 Kampar 16.776 78 15.751 94 7 Rokan Hulu 15.796 78 13.616 86 8 Bengkalis 11.629 78 10.867 93 9 Rokan Hilir 13.608 78 11.913 88 10 Kepulauan Meranti 3.530 78 3.439 97 11 Kota Pekanbaru 23.596 78 19.356 82 12 Kota Dumai 8.233 78 7.643 93 Jumlah 142.582 78 121.387 86,37 Cakupan pelayanan neonatal pertama KN1 yang tertinggi terdapat di Kabupaten Kepulauan Meranti dengan persentase 97, untuk kabkota yang lain capaian cakupannya masih ada yang dibawah target yakni Kabupaten Kuantan Singingi 76 dan Kabupaten Inhil 61, untuk Kabupaten yang lain sudah diatas rata Provinsi, seperti terlihat pada grafik dibawah ini: Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 182 Grafik 3.48 Cakupan Pelayanan Neonatal Pertama KN1 Di Provinsi Riau Tahun 2016 Berdasarkan laporan rutin yang diterima dari kabupatenkota, cakupan pelayanan Neonatal yang pertama KN 1 telah mengalami penurunan dari 92,4 tahun 2014, 90,74 tahun 2015 menjadi 86,37 tahun 2016. Grafik 3.49 Trend Pelayanan Neonatal Pertama KN1 Di Provinsi Riau Tahun 2014 s.d 2016 ,, , , , Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 183 Faktor Pendukung Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama KN1 Adalah: a. Meningkat akses pelayanan kesehatn ibu dan anak KIA dan KB melalui penempatan bidan desa dan bidang jorong b. Melengkapi sarana dan prasarana saat ini Provinsi Riau terdapat 224 puskesmas 124 non rawatan dan 100 dengan fasilitas rawatan dengan 213 dua ratus tiga belas puskesmas yang sudah diregistrasi dan 11 sebelas yang belum terregistrasi. c. Diperolehnya dukungan dari organisasi profesi dan lintas program dalam penggerakan anggotanya untuk melaksanakan KN I. dukungan ini dapat diperoleh melalui advokasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Riau, dan pelibatan organisasi profesi terkait didalam kegiatan d. Distribusi buku saku pelayanan neonatal esensial yang semakin tersebar setiap tahunnya. Buku ini menjadi pedoman sekaligus suatu bentuk perlindungan terhadap nakes didalam melaksanakan Kunjungan Neonatal Pertama. Faktor Penghambat Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama KN1 Adalah Dilihat dari segi wilayah, pencapaian target masih belum optimal di wilayah Provinsi Riau. Untuk mencapai keberhasilan indikator Cakupan KN1, membutuhkan dukungan dari berbagai sektor antara lain pendidikan Riskesdas 2013: Semakin rendah Pendidikan maka kecenderungan KN1 juga rendah, kemiskinan Riskesdas 2013: Kemiskinan berbanding lurus dengan pencapaian Cakupan KN1, geografis terkait akses, budaya. Dukungan tersebut untuk saat ini masih belum optimal. Secara provinsi hambatan ini dapat terjadi di semua kabupatenkota atau puskesmas. Faktor Penghambat Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama antara lain: a. Belum semua daerah dan lintas sektorlintas program terkait memberikan dukungan secara optimal b. Masalah jumlah distribusi dan kualitas SDM kesehatan yang masih belum merata, sehingga belum semua nakes dapat member pelayanan Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 184 Kunjungan Neonatal sesuai standar, antara lain dikarenakan oleh alas an geografis, masalah ketersediaan logistik terutama untuk layanan esensial menjaga bayi tetap hangat, pemeriksaaan bayi baru lahir, pemberian injeksi bit K1, salep mata dan hepatitis B 0 masih belum optimal c. Kurang lengkapnya peralatan d. Kurangnya kepatuhan petugas dalam menjalankan pelayanan sesuai pedoman e. Masih banyaknya persalinan meski ditolong oleh nakes tetapi tetap dilakukan di rumah bukan fasyankes f. Masalah koordinasi dan integrasi lintas program dan lintas sektor yang belum harmonis g. Masih kurangnya pemberdayaan keluargamasyarakat terhadap penggunaan buku KIA h. Sistem pencatatan dan pelaporan yang belum sesuai seperti yang diharapkan misalnya penolong persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan tidak mencatat dengan benar pelayanan yang telah diberikan dan juga belum dipakainya form Manajemen Terpadu Bayi Muda pada kunjungan neonatal merupakan kendala dalam pencapaian KN. Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk meningkatkan cakupan KN1 selama tahun 2016 antara lain: - Advokasi ke organisasi profesi IBI dan IDI dan lintas sektor untuk mendukung KN1 melalui pelibatan didalam kegiatan terkait pencapaian indikator. - Mengevaluasi dan membentuk kesepakatan bersama untuk mendukung peningkatan cakupan. - Pendampingan peningkatan kualitas pelayanan neonatus di kabupatenKota yang masih rendah capaiannya. Adapun upaya yang harus dilakukan agar terjadi peningkatan sekaligus mempertahankan cakupan kunjungan neonatal pertama yaitu: - Penguatan advokasi ke organisasi profesi dan lintas sektor tetap perlu terus dilakukan Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 185 - Menambah lokasi pendampingan, untuk meningkatkan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap standarpedoman - Pemanfaatan Jamninan Kesehatan Nasional - Penguatan pemanfaatan register kohort bayi untuk pemantauan sasaran neonatus, serta distribusi tenaga bidan yang berkompeten hingga ke tingkat desa. Yang diharapkan dari pencapaian target KN1 adalah tidak hanya dalam kuantitas tetapi juga menjamin kualitas pelayanan yang optimal dalam pelayanan KN1. Beberapa upaya terkait peningkatan kualitas Kunjungan Neonatal Pertama diantaranya adalah: - Penyiapan fasilitator Peningkatan Kemampuan Tenaga Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Neonatus di pusat dan provinsi. - Fasilitasi Penerapan Audit Maternal Perinatal di KabKota - Peningkatan Implementasi Pembelajaran Nenatal Esensial, Manajemen Asfiksia dan BBLR di Preservis - Pembinaan Teknis terkait Program Bayi Baru Lahir dan bayi dalam rangka Akselerasi Penurunan Angka Kematian Bayi - Fasilitas Peningkatan Kemampuan Tenaga Kesehatan dalam Pelayanan Neonatus di Provinsi dan kabupatenKota. - Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor melalui pertemuan Pokja yang sudah terbentuk di KabKota.

3. Cakupan Neonatal Dengan Komplikasi Yang Ditangani

Cakupan penanganan Neonatal yang mengalami Komplikasi sebagai indicator kompetensi petugas dalam menangani bayi baru lahir yang bermasalah baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda MTBM. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah atau pelayanan sesuai standar pelayanan lainnya. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus selain pemeriksaan kesehatan juga dilakukan konseling perawata bayi kepada ibu. Hasil capaian Cakupan Neonatus dengan Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 186 Komplikasi yang ditangani di Provinsi Riau tahun 2016 berdasarkan hasil Laporan Capaian dari 12 dua belas kabupatenkota sebesar 39, angka ini belum mencapai target yang ditetapkan 75. bahkan bila dibandingkan dengan capaian di tahun sebelumnya angka ini juga mengalami penurunan sebanyak 10 tahun 2015 = 45. Hal ini menunjukan adanya penurunan kualitas pelayanan kesehatan khususnya pada kelompok bayi dan intensitas tenaga kesehatan dalam penanganan neonatus komplikasi masih belum baik. Ada beberapa factor yang menjadi baik buruknya capaian indikator Neonatal dengan Komplikasi yang ditangani diantaranya dikarenakan oleh: a. Kondisi medan di KabupatenKota yang sulit menuju fasilitas rujukan primer sehingga terjadi keterlambatan penanganan neonatus risti yang adekuat b. Masih lemahnya system pencatatan dan pelaporan untuk kasus rujukan juga menjadi kendala dimana banyak kasus rujukan yang tidak tercatat. c. Petugastenaga kesehatan saat melakukan kunjungan neonatus belum semuanya menggunakan algoritma MTBM semua bayi dengan klasifikasi merah dan kuning dikategorikan neonatus komplikasi. Di dalam buku KIA juga tersedia beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan kunjungan neonatus, sehingga setiap kelainan yang terjadi pada bayi muda bisa dideteksi sejak awal, intervensi dini dapat dilakukan dimana pada akhirnya bayi tersebut dapat hidup sehat sesuai tahapan umurnya. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 187 Tabel 3.68 Cakupan Neonatal Dengan Komplikasi Yang Ditangani Di Provinsi Riau Tahun 2016 No. KabKota Cakupan Penanganan Neonatal Komplikasi Jumlah Sasaran 130.518 Target Capaian Absolut Riau 75 1 Kuantan Singingi 935 75 362 39 2 Indragiri Hulu 1.305 75 248 19 3 Indragiri Hilir 2.266 75 652 29 4 Pelalawan 1.278 75 648 51 5 Siak 1.435 75 1.229 86 6 Kampar 2.516 75 245 10 7 Rokan Hulu 2.369 75 455 19 8 Bengkalis 1.744 75 335 19 9 Rokan Hilir 2.041 75 245 12 10 Kepulauan Meranti 530 75 496 94 11 Kota Pekanbaru 3.539 75 395 11 12 Kota Dumai 1.235 75 923 75 Jumlah 21.193 75 6.233 39 Grafik 3.50 Cakupan Neonatal Dengan Komplikasi Yang Ditangani Di Provinsi Riau Tahun 2016 ,, Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 188

4. Cakupan kunjungan bayi

Cakupan pelayanan kesehatan bayi merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan bayi kurang dari 1 [satu] tahun setelah masa neonatus. Pemeriksaan kesehatan bayi meliputi pemberian imunisasi dasar [BCG, DPTHBI-3, Polio 1-4 dan Campak], stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang [SDIDTK] bayi pemberian vitamain A pada bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, MP ASI dan lain-lain. Selain itu pemeriksaan kesehatan bayi juga dilakukan melalui konseling tentang perawatan bayi kepada ibu dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA. Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi: a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari-2 bulan b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3-5 bulan c. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6-8 bulan d. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9-11 bulan Kegiatan kunjungan bayi masih perlu diperkuat lagi terutama dari sisi kualitas dengan memperhatikan beberapa hal antara lain; a. Masih terdapat kunjungan bayi oleh tenaga kesehatan yang belum tercatat under reported b. Program Public Health Nursing PHN belum berjalan secara maksimal c. Jadwal imunisasi pada bayi hanya sampai sekitar umur 9 sembilan bulan sehingga hal ini juga menjadi penyebab masyarakat tidak membawa bayinya pada petugas kesehatan kecuali jika sakit. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 189 Tabel 3.69 Capaian Pelayanan Kesehatan Bayi Di Provinsi Riau Tahun 2016 No KabKota Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Jumlah Sasaran 130.518 Target Capaian Absolut 4 Riau 78 1 Kuantan Singingi 6.232 78 4.209 68 2 Indragiri Hulu 9.990 78 6.044 69 3 Indragiri Hilir 15.108 78 9.529 63 4 Pelalawan 8.517 78 7.562 89 5 Siak 9.567 78 9.300 97 6 Kampar 16.776 78 16.298 97 7 Rokan Hulu 15.796 78 12.469 79 8 Bengkalis 11.629 78 8.579 74 9 Rokan Hilir 13.608 78 4.676 34 10 Kepulauan Meranti 3.530 78 2.911 82 11 Kota Pekanbaru 23.596 78 21.102 89 12 Kota Dumai 8.233 78 7.026 85 Jumlah 142.582 78 109.705 77,30 Jika dilihat dari tabel diatas hasil capaian cakupan pelayanan kesehatan bayi KabupatenKota di Provinsi Riau tahun 2016 sebesar 77,30 sehingga masih kurang dari angka yang ditargetkan nasional 78. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatanpenurunan sebesar 16 tahun 2015 = 80,16. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 190 Grafik 3.51 Capaian Pelayanan Kesehatan Bayi Di Provinsi Riau Tahun 2016 Dari kunjungan lapangan dan pertemuan baik di tingkat provinsi dan kabupatenkota dalam pelaksanaan kesehatan bayi terdapat kendalahambatan dan pendukung keberhasilan diantaranya:

a. Faktor penghambat :

- Akses pelayanan terhadap masyarakat belum memadai karena keterbatasan tenaga dokterbidanperawat yang berkompeten belum terdistribusi secara merata hingga ke tingkat desa terutama di kabupatenkota terpencil dan kepulauan. - Keterbatasan kompetensi dan jumlah tenaga kesehatan salah satunya karena kegiatan peningkatan tenaga kesehatan tentang pelayanan kesehatan neonatus dan bayi belum menjangkau di seluruh kabupatenkota di tingkat puskesmas dan jaringannya. - Kurangnya kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan standar pelayanan - Kurangnya koordinasi dan keterpaduan stakeholder terkait seperti peran dari kelembagaan di tingkat desa dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan bayi masih kurang. ,, Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 191

b. Faktor pendukung :

- Adanya standarisasi format pencatatan dan pelaporan dan hasil pencatatan pelayanan rutin dilaporkan sampai ke provinsi sehingga pemantauan terhadap kemajuan pencapaian dapat dilakukan.

c. Upaya yang dilakukan :

- Peningakatan kapasitas tenaga kesehatan tentang pelayanan kesehatan neonatus dan bayi melalui pendampingan. - On the Job Training bagi dokter umum,bidan dan perawat - Keterlibatan lintas program dan profesi terkait dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan monev pelayanan kesehatan bayi - Sosialisasi terhadap standar pelayanan kesehatan anak - Peningkatan pengetahuan ibu keluarga masyarakat tentang kesehatan Ibu dan Anak malalui Buku KIA, dan pemanfaatan sumber dana yang tersedia Dekon, APBD dan Lainnya.

5. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan anak balita sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan pada anak usia 12-59 bulan dalam upayan Meningkatkan Kualitas hidup anak balita diantaranya adalah melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dan stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan menggunakan instrument SDIDTK, pembinaan posyandu, pembinaan anak prasekolah PAUD dan konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan menfaatkan Buku KIA, perawatan anak balita dengan pemberian ASI sampai 2 tahun, makanan gizi seimbang dan Vitamin A. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 192 Tabel 3.70 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Di Provinsi Riau Tahun 2016 No KabKota Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Jumlah Sasaran 130.518 Target Capaian Absolut 4 Riau 75 1 Kuantan Singingi 32.447 75 16.489 51 2 Indragiri Hulu 45.647 75 21.588 47 3 Indragiri Hilir 69.000 75 26.375 38 4 Pelalawan 55.963 75 33.326 60 5 Siak 38.884 75 32.161 83 6 Kampar 85.267 75 44.588 52 7 Rokan Hulu 77.566 75 30.341 39 8 Bengkalis 61.751 75 39.095 63 9 Rokan Hilir 79.716 75 41.575 52 10 Kepulauan Meranti 15.707 75 10.389 66 11 Kota Pekanbaru 109.012 75 56.392 52 12 Kota Dumai 34.200 75 29.487 86 Jumlah 705.160 75 381.806 57,46 Grafik 3.52 Capaian Pelayanan Kesehatan Balita Di Provinsi Riau Tahun 2016 ,,