Persentase kasus gigitan hewan penyebar rabies yang ditangani
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
84 12
Kep.Meranti 67
46
PROVINSI 1.947
1.560 3
Sumber : Data Dinkes KabKota Distribusi kasus gigitan HPR di Provinsi Riau selama tahun 2016 seperti
dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 3.9 Jumlah Kasus Jumlah Kasus Gigitan HPR Dan Diberi VAR Per KabKota
Di Provinsi Riau Tahun 2016
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah kasus gigitan HPR selama tahun 2016 terbanyak di Kabupaten Siak yaitu sebanyak 381 kasus dan
Pekanbaru 305 kasus, namun dibandingkan dengan jumlah kasus tahun sebelumnya, terjadi peningkatan kasus yang sangat tinggi. Dari data yang
dilaporkan dapat dilihat bahwa masih tinggi jumlah kasus yang belumtidak diberi VAR yaitu sebesar 19,9 dari seluruh kasus gigitan.
Hal ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain : a Pada kasus gigitan HPR dimana dari hasil observasi terhadap hewan
penggigit ternyata tidak mati, maka pemberian VAR dihentikan dengan tujuan penghematan terhadap pemakaian VAR
b Jika hasil pemeriksaan sample di Laboratorium dinyatakan -, maka vaksinasi tidak perlu diberikan secara lengkap
305
193
68 153
120 66
32 156
153 381
211
67 244
193
68 153
114 62
29 98
54 306
156
46
50 100
150 200
250 300
350 400
450
KASUS GIGITAN
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
85 c Pemberian VAR dengan dosis lengkap 3 kali pemberian4 dosis
diberikan jika kasus digigit oleh HPR liar atau sampel dari hasil pemeriksaan Laboratorium dinyatakan positif.
d Pada beberapa bulan pertama tahun 2016 ketersediaan VAR sangat terbatas pengadaan VAR belum dilaksanakan
Namun jika dibandingkan dengan jumlah kasus gigitan pada tahun-tahun sebelumnya, terjadi peningkatan kasus yang cukup tajam pada tahun 2016
seperti dapat digambarkan pada grafik berikut :
Grafik 3.10 Jumlah Kasus GHPR Dan Diberi VAR
Di Provinsi RiauTahun 2012 sd 2016
Permasalahan:
a Penanganan terhadap penderita gigitan HPR belum seluruhnya dilakukan sesuai dengan protap.
b Kasus gigitan HPR terkadang tidak dibawa ke Sarana Kesehatan yang mengakibatkan kemungkinan terjadinya kematian lyssa karena tidak
diberi VAR.
TH 2012 TH 2013
TH 2014 TH 2015
TH 2016 KSS GHPR
1.322 1.109
1.225 1.529
1.947 DIBERI VAR
1.120 878
1.061 1.283
1.560 -
500 1.000
1.500 2.000
2.500
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
86 c Kasus gigitan HPR kadang-kadang tidak dilaporkan ke Puskesmas
karena dianggap telah sembuh ketika sudah dibawa ke sarana pelayanan kesehatan padahal tidak divaksinasi dengan VAR.
d Tatalaksana penanganan kasus gigitan HPR belum tersosialisasi secara luas.
e Anggaran untuk kegiatan program P2 Rabies tidak tersedia secara mencukupi, sehingga pembinaan ke KabupatenKota tidak bisa
dilaksanakan secara optimal. f Rabies center belum terbentuk di seluruh KabupatenKota.
g Seringnya terjadi rotasi staf di KabupatenKota menyebabkan sistem pencatatan dan pelaporan program sering mengalami kendala. Hal ini
disebabkan karena tenaga pengelola program tidak pernah terpapar dengan Program P2 Rabies.
Langkah-langkah Antisipatif yang perlu dilakukan
a Sosialisasi tentang tatalaksana penanganan kasus gigitan HPR agar terus ditingkatkan
b Partisipasi aktif masyarakat perlu terus diupayakan sehingga tidak ada penderita gigitan HPR yang tidak terlaporkan.
c Laporan rutin Kasus Gigitan HPR d Penyediaan VARSAR agar mencukupi di tiap KabupatenKota
e Setiap KabupatenKota supaya membentuk Rabies Center f Agar disediakan dana untuk penanggulangan Rabies baik melalui APBD
Provinsi maupun APBD KabupatenKota. g Perlu dilakukan pelatihan penyegaran bagi tenaga pengelola Program
P2 Rabies KabupatenKota