Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
242
Tabel 3.85 Laporan Kasus Gizi Buruk Berdasarkan W1 KabupatenKota Yang Mendapat Perawatan
Di Provinsi Riau Periode 1 Januari - 31 Desember 2016
No KabKota
Total Laporan
Kasus Gizi Buruk
Lk Pr Kasus
Gizi Buruk
Perawatan Tata
laksana Gizi Buruk
Tidak Dirawat
Pulang Paksa
APS Membaik Memburuk Meninggal
KETERANGAN 1
2 3
4 8
9 10
11 12
9 1
Kuantan Singingi 1
1 1
1 1
Kasus dirawat jalan , diberikan PMT Pemulihan 2
Indragiri Hulu 18
8 10
18 18
10 8
Kasus dirawat jalan dan rawat inap, diberikan PMT Pemulihan, kelainan bawaan. Batuk,
demam, pilek, diare, sesak, Bronco Pneumonianafas yg meninggal
3 Indragiri Hilir
38 19 19
38 38
38 31
7 1
Kasus dirawat jalan dan rawat inap, diberikan PMT Pemulihan, kelainan bawaan. Batuk,
demam, pilek, diare, sesak nafas, suspect TB,
4 Kampar
12 7
5 12
12 10
1 1
Kasus dirawat jalan dan rawat inap, diberikan PMT Pemulihan, kelainan bawaan. Batuk,
demam, pilek, diare, sesak, Bronco Pneumonianafas yg meninggal
5 Pelalawan
24 13 11
24 24
23 1
Kasus dirawat jalan dan rawat inap, diberikan PMT Pemulihan, HIV , Batuk, pilek, demam,
kelainan tumbuh kembang, pilek Pneumonia
6 Siak
29 16 13
29 29
28 1
Kasus dirawat inap dan rawat jalan , diberikan PMT Pemulihan, Diare, gangguan tumbang,
bisu, tuli, Demam
7 Dumai
1 1
1 1
1 Kasus dirawat jalan, diberikan PMT
Pemulihan, Batuk, Pneumonia 8
Bengkalis 6
6 6
6 6
kasus dirawat inap dan rawat jalan, diberikan PMT Pemulihan, Penyakit Kulit, Epilepsi, diare
9 Rokan Hulu
1 1
1 1
1 kasus dirawat inap dan rawat jalan , diberikan
PMT Pemulihan, Penyakit Kulit, Epilepsi, diare
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
243
10 Rokan Hilir 25
10 15 25
25 23
1 1
Kasus dirawat jalan dan rawat inap, diberikan PMT Pemulihan. Diare, Demam, Batuk, flu, TB
meninggal, Pembengkakan pembuluh darah, Broncp Pneumonia
11 Pekanbaru 12
7 5
12 12
10 1
1 Kasus dirawat jalan dan rawat inap, diberikan
PMT Pemulihan. HIV Meninggal, Diare, Demam, Gangguan Tumbuh Kembang
12 Kepulauan
Meranti 5
2 3
5 5
5 kasus dirawat inap dan rawat jalan , diberikan
PMT Pemulihan, Penyakit Kulit, Epilepsi Provinsi
172 85 87
172 172
149 19
5
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
244 Untuk tahun 2016, jumlah kasus ada 172 kasus, yang terbanyak kasus
Gizi Buruk adalah di Kab. Indragiri Hulu 38 kasus, Siak 29 kasus dan Rokan Hilir 25 kasus, namun semua kasus sudah mendapatkan penanganan dan
perawatan. Sedangkan Kabupaten yang kasusnya sedikit ada di Kabupaten Kuantan Singingi, Dumai, Rokan Hulu.
Bila dilihat dari data diatas terjadi Fluktuasi jumlah kasus setiap tahunnya, ini bisa saja disebabkan karena meningkatnya kinnerja petugas
dalam melaporkan kasus gizi buruk dan melakukan penanganan sesuai Tatalaksana, dan juga sosialisasi tentang gizi buruk juga sudah lama dan
sudah sering dilakukan sehingga pencegahan balita jatuh menjadi gizi buruk dapat diantisipasi, sehingga kasus gizi buruk dapat ditekan atau terjadi
penurunan, sedangkan bila kasusnya meningkat kemungkunan karena jumlah gakin yang meningkat sehingga berpengaruh pada asupan atau
konsumsi yang menurun, dan bisa juga karena adanya peningkatan infeksi pada balita, atau bisa karena sulitnya akses ke tempat pelayanan kesehatan
karena faktor geografis yang sulit. Secara umum semua kasus Gizi Buruk yang dilaporkan KabupatenKota
ke Provinsi sudah ditangani dan mendapatkan penanganan dan perawatan sesuai Tatalaksana Gizi Buruk sebanyak 100, artinya Cakupan Balita Gizi
buruk yang mendapat perawatan sudah masuk dalam katagori capaian
Sangat Baik. 11. Persentase Desa dengan garam beryodium baik
Program Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium GAKY, untuk Provinsi Riau dari hasil Pemetaan GAKY Nasional tahun
1998 dinyatakan sebagai daerah non endemik. Pemetaan dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Dari hasil Pemetaan GAKY Nasional tahun 2003
diperoleh hasil bahwa Provinsi Riau masih berada pada daerah non endemik.
Sehubungan dengan bukan daerah endemis GAKY, maka program yang digalakkan dalam penanggulangan GAKY tersebut adalah Pemantauan
Garam Beryodium pada tingkat masyarakat.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
245 Untuk tahun 2010 hasil dari Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium
adalah sebesar 93,5 dari desa dengan garam beryodium dari target yang ditetapkan sebesar 80, dengan capaian 116 beranti untuk konsumsi
garam beryodium tahun 2010 bisa dikatakan Sangat berhasil. Untuk tahun 2011, dari survey PSG Kadarzi yang telah dilakukan
diperoleh data Keluarga yang mengkonsumsi Garam Beryodium adalah sebesar 93,9 dengan capaian 118 berarti bisa dikatakan Sangat Berhasil
Pada tahun 2012 dan 2013 Pemantauan Garam Beryodium dilakukan dengan cara yang berbeda dari tahun sebelumnya, bila tahun sebelumnya
dilakuikan melalui Survey Pemantauan status Gizi, maka pada tahun 2012 Pemantauan Garam Beryodium dilakukan melalui Pemantauan Garam
Beryodium di sekolah-sekolah, dimana 1 Desa memilih sampel pada 1 Sekolah, dengan 26 sampel setelah dilakukan uji Iodina Test diperoleh hasil,
Keluarga yang menkonsumsi Garam Beryodium adalah sebesar 83,1 dengan capaian 98 berarti dapat dikatagorikan Sangat Berhasil
Pada tahun 2013 hasil Pemantauan Garam Beryodium di Provinsi Riau yang telah dilakukan dengan memakai Iodina Test diperoleh hasil 86,76
dari target 90, dengan capaian 96,4 berarti dikatagorikan sangat baik. Bentuk Garam yang banyak digunakan adalah curahkrosok sebesar
54,89, garam halus 41,2 dan bentuk batabriket sebesar 3,9, sedangkan untuk merek dagang sebesar 96,3 garam yang beredar adalah
garam bermerek, Tempat membeli garam yang terbanyak adalah di warung sebesar 60,38, pasar sebesar 38,14, Tukang sayur 1,03 dan tempat lain
0,45. Pada tahun 2014 hasil Pemantauan Garam Beryodium di Provinsi Riau
yang telah dilakukan dengan memakai Iodina Test diperoleh hasil 95,2
dari target 90, dengan capaian 105,8 berarti dikatagorikan sangat baik.
Pada tahun 2015 hasil Pemantauan Garam Beryodium di Provinsi Riau yang telah dilakukan dengan memakai Iodina Test diperoleh hasil 91,2
dari target 90, dengan capaian 101,3 berarti dikatagorikan sangat baik.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
246 Untuk Pemantauan Garam Beryodium tahun 2016 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.86 Persentase Pemantauan Garam Beryodium
di Provinsi Riau Tahun 2016
No
KabKota Jumlah
Desa Desa Baik
Konsumsi
Garam Yodium Persen Desa
Baik Konsumsi Garam Yodium
1
Kuantan Singingi 226
223 98,7
2
Indragiri Hulu 193
192 99,5
3
Indragiri Hilir 148
115 77,7
4
Pelalawan 118
102 86,4
5
Siak 107
92 86,0
6
Kampar 244
234 95,9
7
Rokan Hulu 143
127 88,8
8
Bengkalis 393
379 96,4
9
Rokan Hilir 145
138 95,2
10
Pekanbaru 58
55 94,8
11
Dumai 33
33 100,0
12
Meranti 101
89 88,1
Jumlah 1.909
1.779 93,2
Pada tahun 2016 hasil Pemantauan Garam Beryodium di Provinsi Riau yang telah dilakukan dengan memakai Iodina Test diperoleh hasil 93,2 dari
target 90, dengan capaian 103,5 berarti dikatagorikan sangat baik.
Bentuk Garam yang banyak digunakan adalah curahkrosok sebesar 63,9, garam halus 33,5 dan bentuk batabriket sebesar 2,7, sedangkan
untuk merek dagang sebesar 97,2 garam yang beredar adalah garam bermerek, Tempat membeli garam yang terbanyak adalah di warung
sebesar 69,7, pasar sebesar 27,3 Tukang sayur 2,1 dan tempat lain 0,9.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
247
Tabel 3.87 Perbandingan Kinerja Sasaran
No Sasaran
Strategis Indikator Kinerja
Target 2016
Realisasi Th. 2015
Th. 2016 1
2 3
4 5
6 1 Menurunnya
prevalensi gizi buruk
balita 1. Prevalensi Gizi
Buruk pada Balita 1,4
1,0 1,06
2. Prevalensi Gizi Kurang pada Balita
8,7 7,7
7,9 3. Jumlah
Kecamatan Bebas Rawan Gizi
82 87
85
4. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90
Tablet Fe 90
82,7 83,5
5. Cakupan Bayi Mendapat Kapsul
Vitamin A biru 90
85,3 87,6
6. Cakupan Balita Mendapat Kapsul
Vitamin A merah 90
82,5 84,8
7. Cakupan Bayi Mendapat ASI
Eksklusif 60
67,7 83,3
8. Cakupan Balita Yang Naik Berat
Badannya 83
87 87
9. Cakupan Balita Bawah Garis Merah
BGM 1,3
0,57 0,52
10. Cakupan Balita Gizi Buruk
Mendapat Perawatan
100 100
100
11. Cakupan Rumah Tangga
Dengan Garam Beryodium Baik
90 93,7
93,2
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
248
Tabel 3.88 Perbandingan Capaian Kinerja s.d. Akhir Periode Renstra
No Sasaran
Strategis Indikator Kinerja
Target Akhir
Renstra 2019
Realisasi Thn
2016 Tingkat
Kemajuan 1
2 3
4 5
6=4-5 1
Menurunnya prevalensi
gizi buruk balita
1 Prevalensi Gizi Buruk
pada Balita 1,1
1,02 0,08
2 Prevalensi Gizi
Kurang pada Balita 8,5
7,7 0,8
3 Jumlah Kecamatan
Bebas Rawan Gizi 85
85,0 4
Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe
90 83,5
6,5 5
Cakupan Bayi Mendapat Kapsul
Vitamin A biru 90
87,6 2,4
6 Cakupan Balita
Mendapat Kapsul Vitamin A merah
90 84,76
5,24
7 Cakupan Bayi
Mendapat ASI Eksklusif
80 66,7
13,3
8 Cakupan Balita Yang
Naik Berat Badannya 95
87 8
9 Cakupan Balita
Bawah Garis Merah BGM
1,0 0,52
0,48
10 Cakupan Balita Gizi
Buruk Mendapat Perawatan
100 100
11 Cakupan Rumah
Tangga Dengan Garam Beryodium
Baik 90
93,2 -3,2
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
249
Analisis penyebab keberhasilan kegagalan atau peningkatan penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan. Analisis
kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian
- Analisis Penyebab Keberhasilan dan kegiatan yang telah
dilakukan dalam menunjang keberhasilan
Prevalensi Gizi buruk dan Gizi kurang katagori capaian sudah sangat baik, berarti untuk capaian prevalensi gizi buruk dan gizi kurang sudah diatas
target yang telah ditentukan. Capaian ini didukung dengan kegiatan sosialisasi, informasi, dan
edukasi tentang pencegahan dan penanggulangan gizi buruk sudah sering dan sudah lama dilakukan, dan umumnya Kabupatenkota petugas Rumah
Sakit dan Dinkes KabKota nya sudah dilatih dengan Pelatihan Tatalaksana Balita Gizi Buruk, sehingga hal ini dapat mempengaruhi capaian program.
Demikian juga terkait dengan Jumlah Kecamatan Bebas Rawan Gizi. dan berkat sosialisasi, Pelatihan dan Pertemuan yang sudah dilakukan
secara terus menerus, setiap kasus gizi buruk yang terjadi dan dilaporkan sudah mendapatkan tindakan penanganan dan perawatan, baik secara
rawat inap maupun rawat jalan, sehingga setiap kasus yang ditemukan semuanya atau 100 sudah mendapatkan perawatan. Dan setiap kasus
yang ditemukan sebaiknya mendapatkan Tatalaksana anak Gizi Buruk sesuai dengan Pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk yang telah
disampaikan pada Pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Petugas Kesehatan yang terdiri dari Tim Asuhan Gizi Buruk Puskesmas yaitu dari
Petugas Gizi, dokter, dan perawat atau bidan. Untuk Puskesmas Perawatan semuan Tim Asuhan Gizi Buruknya sudah dilatih, dan untuk Rumah Sakit 12
KabupatenKota juga Tim Asuhan Gizi Buruk sudah dilatih. Cakupan Balita yang naik berat badannya masuk dalam katagori capaian
sangat baik, juga cakupan balita bawah garis merah masuk dalam katagori capaian sangat baik.
Capaian ini didukung oleh karena telah terlatihnya semua petugas gizi Puskesmas di 12 KabKota dalam Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan,
pada Pelatihan tersebut juga disampaikan materi tentang Penilaian hasil
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
250 penimbangan, dari hasil penimbangan balita bisa dikatagorikan naik atau
tidak naik. Untuk kegiatan Cakupan Rumah Tangga yang mengkonsumsi Garam
Yodium juga sudah masuk dalam katagori capaian sangat baik, ini dikarenakan Sosialisasi Pemantauan Garam Yodium sudah dilakukan
secara berjenjang dari Provinsi, ke Kabupaten damn Kabupaten ke Puskesmas, dan Pembinaan Pemantauan Garam Yodium dari Provinsi ke
Kabupaten secara rutin dilakukan setiap tahunnya. Dan selalu disampaikan bahwa hasil dari Pemeriksaan Iodium selalu di fitbackkan mana garam yang
mengandung kadar Yodium dan mana garam yang tidak ada kandungan Yodiumnya.
-
Analisis Penyebab Kegagalan dan kegiatan yang telah dilakukan dalam menunjang kegiatan
Untuk cakupan ASI Eksklusif masih dibawah standar 80 yang telah ditentukan yakni capaian masih 66,7, hal ini bisa jadi disebabkan Konselor
yang sudah dilatih belum semua mengaplikasikan ilmunya di wilayah kerja puskesmas tempatnya bekerja, dan juga komitmen dari para pemangku
kepentingan belum sepenuhnya mendukung kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan cakupan ASI Eksusif ini.
Adapun kegiatan yang telah dilakukan untuk menunjang cakupan ini adalah petugas puskesmas yang sudah dilatih Konseling ASI, sudah semua
Puskesmas mendapatkan pelatihan ini, baik Petugas Gizinya maupun Bidan di tiap puskesmas sudah mendapatkan Pelatihan Konseling ASI, jika para
konselor ASI ini sudah menjalankan tugas dan komitmennya untuk menjalankan apa yang sudah didapatkan dari Pelatihan Konseling ASI, maka
hal ini dapat mendongkrak capaian cakupan Pemberian ASI Eksklusif. Untuk cakupan Vitamin A pada bayi dan Balita masih sedikit dibawah
standar, yaitu cakupan bayi 87,6 dan cakupan balita 84,76 dengan standar 90, cakupan ini bisa saja disebabkan sweeping Vitamin A yang tidak
berjalan setelah selesai pelaksanaan bulan Vitamin A, atau sweeping berjalan tapi tidak dilaporkan dan dimasukkan dalam pencatatan.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
251 Kegiatan yang telah dilakukan untuk menunjang cakupan ini dengan
telah disosialisasikaannya
Penggunaan Software
QRS untuk
memanajemen, memantau kebutuhan, pelaksanaan, capaian, dan stock vitamin A di Kabupaten, Puskesmas, juga sampai ke Posyandu. Untuk
Sarana Vitamin A selalu mencukupi setiap pelaksanaan bulan Vitamin A. Untuk cakupan Ibu Hamil mendapat 90 Tablet Fe masih sedikit dibawah
standar, hal ini disebabkan sudah hampir 2 tahun ketersediaan Tablet Fe yang kosong, karena ketersediaan Tablet Fe bergantung pada bahan baku
impor yang tidak ada ditingkat pusat, sehingga Pabrik Pembuatan tidak bisa memproduksi, dan ini menyebabkan ketersediaan Tablet Fe kosong selama
lebih kurang 2 tahun hampir disemua Kabupatenkota, Puskesmas ,sehingga ini mempengaruhi pemberian Tablet Fe disemua tingkatan, ini jelas membuat
cakupan Tablet Fe rendah. Ada di beberapa KabKota yang memberikan Tablet Fe secara mendiri, yaitu dengan pemberian Tablet Fe secara mandiri,
namun ini tidak terlalu besar daya ungkitnya mempengaruhi cakupan Tablet Fe, dan kebanyakan ibu-ibu hamil yang kurang mampu tidak bersedia untuk
membeli Tablet Fe tersebut. Kegiatan yang telah dilakukan untuk menunjang cakupan ini telah sering
dilakukannya sosialisasi ke KabKota sampai Puskesmas tentang manfaat Tablet Fe bagi ibu hamil, baik yang dilakukan oleh pemegang program gizi
dan petugas kesehatan lainnya, dan juga dengan adanya bantuan dari Micronutrien Initiatif dalam melakukan Pertemuan dan Pelatihan baik di
Provinsi maupun di KabKota dalam mensosialisasikan penggunaan Tablet Fe pada Ibu hamil. Di tahun 2017 ini kita berharap permasalahan
ketersediaan sarana Tablet Fe tidak terjadi lagi, sehingga capaian program dapat lebih meningkat.
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
252
Tabel 3.89 Perbandingan Pencapaian Kinerja Sasaran dan Anggaran Tahun 2016
No Sasaran
Strategis Indikator Kinerja
Kinerja Anggaran
Target Realisasi
Capaian Kegiatan
Fisik Keuangan
1 2
3 4
5 6=54100
7 8
9 1
Menurunnya prevalensi
gizi buruk balita
1 Prevalensi Gizi
Buruk pada Balita 1,4
1,02 164
1. Penyusunan Peta Informasi Masyarakat Kurang GiziAPBD
2. Orientasi Tenaga Pelaksana Enumerator PSG APBN
3. Pengumpulan Data PSG,APBN
4. Analisa dan Validasi data PSG APBN
100,0 100
100 100
99.99 97,6
100 100
2 Persentase Gizi
Kurang pada Balita 8,7
7,9 109
3 Jumlah Kecamatan
Bebas Rawan Gizi 82
85 104
4 Cakupan Ibu Hamil
Mendapat 90 Tablet Fe
90 75,19
83,5 1. Pertemuan Koordinasi LSLP
Tk Provinsi APBN 2. Pertemuan LSLP Tkt
KabKota APBN 100,0
100,0 99,4
99,9 5
Cakupan Bayi Mendapat Kapsul
Vitamin A biru 90
87,6 97,3
6 Cakupan Balita
Mendapat Kapsul Vitamin A merah
90 84,76
94,2
7 Cakupan Bayi
Mendapat ASI Eksklusif
80 66,7
83,3 1.Penguatan Program dlm
Perencanaan target indikator pembinaan Perbaikan Gizi
APBN 100,0
99,5
8 Cakupan Balita Yang
Naik Berat Badannya 86
87 101,2
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
253
9 Cakupan Balita
Bawah Garis Merah BGM
1,3 0,46
195
10 Cakupan Balita Gizi
Buruk Mendapat Perawatan
100 100
100 1.Buffer stock bahan
penanggulangan Masalah Giiz APBD
2.Penanggulangan Masalah Gizi APBD
3.Pelacakan dan Konfirmasi Kasus Gizi Buruk
4. Distribusi PMT Balita 97,3
97,8 100
100 86,2
88,5 100
64,5 11
Cakupan Rumah Tangga Dengan
Garam Beryodium Baik
90 93,2
103,7 Pemantauan Garam Yodium
dan GAKY
Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 |
254
Tabel 3.90 Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Tahun 2016
No Sasaran
Strategis Indikator Kinerja
Capaian Kinerja
Penyerapan Anggaran
Tingkat Efisiensi
1 2
3 4
5 6=4-5
1
Menurunnya prevalensi gizi
buruk balita 1
Prevalensi Gizi Buruk pada Balita
164 99,4
64,6 2
Persentase Gizi Kurang pada Balita
109 99,49
9,51 3
Jumlah Kecamatan Bebas Rawan Gizi
104 99,4
4,6 4
Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet
Fe 83,5
99,6 -16,1
5 Cakupan Bayi
Mendapat Kapsul Vitamin A biru
97,3 99,6
-2,3
6 Cakupan Balita
Mendapat Kapsul Vitamin A merah
94,2 99,6
-5,4
7 Cakupan Bayi
Mendapat ASI Eksklusif
83,3 99,6
-16,3
8 Cakupan Balita
Yang Naik Berat Badannya
101,2 99,6
1,6
9 Cakupan Balita
Bawah Garis Merah BGM
195 99,6
95,4
10 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat
Perawatan 100
84,8 15,2
11 Cakupan Rumah Tangga Dengan
Garam Beryodium Baik
103,7 84,8
18,9