Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 242 Tabel 3.85 Laporan Kasus Gizi Buruk Berdasarkan W1 KabupatenKota Yang Mendapat Perawatan Di Provinsi Riau Periode 1 Januari - 31 Desember 2016 No KabKota Total Laporan Kasus Gizi Buruk Lk Pr Kasus Gizi Buruk Perawatan Tata laksana Gizi Buruk Tidak Dirawat Pulang Paksa APS Membaik Memburuk Meninggal KETERANGAN 1 2 3 4 8 9 10 11 12 9 1 Kuantan Singingi 1 1 1 1 1 Kasus dirawat jalan , diberikan PMT Pemulihan 2 Indragiri Hulu 18 8 10 18 18 10 8 Kasus dirawat jalan dan rawat inap, diberikan PMT Pemulihan, kelainan bawaan. Batuk, demam, pilek, diare, sesak, Bronco Pneumonianafas yg meninggal 3 Indragiri Hilir 38 19 19 38 38 38 31 7 1 Kasus dirawat jalan dan rawat inap, diberikan PMT Pemulihan, kelainan bawaan. Batuk, demam, pilek, diare, sesak nafas, suspect TB, 4 Kampar 12 7 5 12 12 10 1 1 Kasus dirawat jalan dan rawat inap, diberikan PMT Pemulihan, kelainan bawaan. Batuk, demam, pilek, diare, sesak, Bronco Pneumonianafas yg meninggal 5 Pelalawan 24 13 11 24 24 23 1 Kasus dirawat jalan dan rawat inap, diberikan PMT Pemulihan, HIV , Batuk, pilek, demam, kelainan tumbuh kembang, pilek Pneumonia 6 Siak 29 16 13 29 29 28 1 Kasus dirawat inap dan rawat jalan , diberikan PMT Pemulihan, Diare, gangguan tumbang, bisu, tuli, Demam 7 Dumai 1 1 1 1 1 Kasus dirawat jalan, diberikan PMT Pemulihan, Batuk, Pneumonia 8 Bengkalis 6 6 6 6 6 kasus dirawat inap dan rawat jalan, diberikan PMT Pemulihan, Penyakit Kulit, Epilepsi, diare 9 Rokan Hulu 1 1 1 1 1 kasus dirawat inap dan rawat jalan , diberikan PMT Pemulihan, Penyakit Kulit, Epilepsi, diare Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 243 10 Rokan Hilir 25 10 15 25 25 23 1 1 Kasus dirawat jalan dan rawat inap, diberikan PMT Pemulihan. Diare, Demam, Batuk, flu, TB meninggal, Pembengkakan pembuluh darah, Broncp Pneumonia 11 Pekanbaru 12 7 5 12 12 10 1 1 Kasus dirawat jalan dan rawat inap, diberikan PMT Pemulihan. HIV Meninggal, Diare, Demam, Gangguan Tumbuh Kembang 12 Kepulauan Meranti 5 2 3 5 5 5 kasus dirawat inap dan rawat jalan , diberikan PMT Pemulihan, Penyakit Kulit, Epilepsi Provinsi 172 85 87 172 172 149 19 5 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 244 Untuk tahun 2016, jumlah kasus ada 172 kasus, yang terbanyak kasus Gizi Buruk adalah di Kab. Indragiri Hulu 38 kasus, Siak 29 kasus dan Rokan Hilir 25 kasus, namun semua kasus sudah mendapatkan penanganan dan perawatan. Sedangkan Kabupaten yang kasusnya sedikit ada di Kabupaten Kuantan Singingi, Dumai, Rokan Hulu. Bila dilihat dari data diatas terjadi Fluktuasi jumlah kasus setiap tahunnya, ini bisa saja disebabkan karena meningkatnya kinnerja petugas dalam melaporkan kasus gizi buruk dan melakukan penanganan sesuai Tatalaksana, dan juga sosialisasi tentang gizi buruk juga sudah lama dan sudah sering dilakukan sehingga pencegahan balita jatuh menjadi gizi buruk dapat diantisipasi, sehingga kasus gizi buruk dapat ditekan atau terjadi penurunan, sedangkan bila kasusnya meningkat kemungkunan karena jumlah gakin yang meningkat sehingga berpengaruh pada asupan atau konsumsi yang menurun, dan bisa juga karena adanya peningkatan infeksi pada balita, atau bisa karena sulitnya akses ke tempat pelayanan kesehatan karena faktor geografis yang sulit. Secara umum semua kasus Gizi Buruk yang dilaporkan KabupatenKota ke Provinsi sudah ditangani dan mendapatkan penanganan dan perawatan sesuai Tatalaksana Gizi Buruk sebanyak 100, artinya Cakupan Balita Gizi buruk yang mendapat perawatan sudah masuk dalam katagori capaian Sangat Baik. 11. Persentase Desa dengan garam beryodium baik Program Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium GAKY, untuk Provinsi Riau dari hasil Pemetaan GAKY Nasional tahun 1998 dinyatakan sebagai daerah non endemik. Pemetaan dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Dari hasil Pemetaan GAKY Nasional tahun 2003 diperoleh hasil bahwa Provinsi Riau masih berada pada daerah non endemik. Sehubungan dengan bukan daerah endemis GAKY, maka program yang digalakkan dalam penanggulangan GAKY tersebut adalah Pemantauan Garam Beryodium pada tingkat masyarakat. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 245 Untuk tahun 2010 hasil dari Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium adalah sebesar 93,5 dari desa dengan garam beryodium dari target yang ditetapkan sebesar 80, dengan capaian 116 beranti untuk konsumsi garam beryodium tahun 2010 bisa dikatakan Sangat berhasil. Untuk tahun 2011, dari survey PSG Kadarzi yang telah dilakukan diperoleh data Keluarga yang mengkonsumsi Garam Beryodium adalah sebesar 93,9 dengan capaian 118 berarti bisa dikatakan Sangat Berhasil Pada tahun 2012 dan 2013 Pemantauan Garam Beryodium dilakukan dengan cara yang berbeda dari tahun sebelumnya, bila tahun sebelumnya dilakuikan melalui Survey Pemantauan status Gizi, maka pada tahun 2012 Pemantauan Garam Beryodium dilakukan melalui Pemantauan Garam Beryodium di sekolah-sekolah, dimana 1 Desa memilih sampel pada 1 Sekolah, dengan 26 sampel setelah dilakukan uji Iodina Test diperoleh hasil, Keluarga yang menkonsumsi Garam Beryodium adalah sebesar 83,1 dengan capaian 98 berarti dapat dikatagorikan Sangat Berhasil Pada tahun 2013 hasil Pemantauan Garam Beryodium di Provinsi Riau yang telah dilakukan dengan memakai Iodina Test diperoleh hasil 86,76 dari target 90, dengan capaian 96,4 berarti dikatagorikan sangat baik. Bentuk Garam yang banyak digunakan adalah curahkrosok sebesar 54,89, garam halus 41,2 dan bentuk batabriket sebesar 3,9, sedangkan untuk merek dagang sebesar 96,3 garam yang beredar adalah garam bermerek, Tempat membeli garam yang terbanyak adalah di warung sebesar 60,38, pasar sebesar 38,14, Tukang sayur 1,03 dan tempat lain 0,45. Pada tahun 2014 hasil Pemantauan Garam Beryodium di Provinsi Riau yang telah dilakukan dengan memakai Iodina Test diperoleh hasil 95,2 dari target 90, dengan capaian 105,8 berarti dikatagorikan sangat baik. Pada tahun 2015 hasil Pemantauan Garam Beryodium di Provinsi Riau yang telah dilakukan dengan memakai Iodina Test diperoleh hasil 91,2 dari target 90, dengan capaian 101,3 berarti dikatagorikan sangat baik. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 246 Untuk Pemantauan Garam Beryodium tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.86 Persentase Pemantauan Garam Beryodium di Provinsi Riau Tahun 2016 No KabKota Jumlah Desa Desa Baik Konsumsi Garam Yodium Persen Desa Baik Konsumsi Garam Yodium 1 Kuantan Singingi 226 223 98,7 2 Indragiri Hulu 193 192 99,5 3 Indragiri Hilir 148 115 77,7 4 Pelalawan 118 102 86,4 5 Siak 107 92 86,0 6 Kampar 244 234 95,9 7 Rokan Hulu 143 127 88,8 8 Bengkalis 393 379 96,4 9 Rokan Hilir 145 138 95,2 10 Pekanbaru 58 55 94,8 11 Dumai 33 33 100,0 12 Meranti 101 89 88,1 Jumlah 1.909 1.779 93,2 Pada tahun 2016 hasil Pemantauan Garam Beryodium di Provinsi Riau yang telah dilakukan dengan memakai Iodina Test diperoleh hasil 93,2 dari target 90, dengan capaian 103,5 berarti dikatagorikan sangat baik. Bentuk Garam yang banyak digunakan adalah curahkrosok sebesar 63,9, garam halus 33,5 dan bentuk batabriket sebesar 2,7, sedangkan untuk merek dagang sebesar 97,2 garam yang beredar adalah garam bermerek, Tempat membeli garam yang terbanyak adalah di warung sebesar 69,7, pasar sebesar 27,3 Tukang sayur 2,1 dan tempat lain 0,9. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 247 Tabel 3.87 Perbandingan Kinerja Sasaran No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2016 Realisasi Th. 2015 Th. 2016 1 2 3 4 5 6 1 Menurunnya prevalensi gizi buruk balita 1. Prevalensi Gizi Buruk pada Balita 1,4 1,0 1,06 2. Prevalensi Gizi Kurang pada Balita 8,7 7,7 7,9 3. Jumlah Kecamatan Bebas Rawan Gizi 82 87 85 4. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe 90 82,7 83,5 5. Cakupan Bayi Mendapat Kapsul Vitamin A biru 90 85,3 87,6 6. Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A merah 90 82,5 84,8 7. Cakupan Bayi Mendapat ASI Eksklusif 60 67,7 83,3 8. Cakupan Balita Yang Naik Berat Badannya 83 87 87 9. Cakupan Balita Bawah Garis Merah BGM 1,3 0,57 0,52 10. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100 100 100 11. Cakupan Rumah Tangga Dengan Garam Beryodium Baik 90 93,7 93,2 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 248 Tabel 3.88 Perbandingan Capaian Kinerja s.d. Akhir Periode Renstra No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Akhir Renstra 2019 Realisasi Thn 2016 Tingkat Kemajuan 1 2 3 4 5 6=4-5 1 Menurunnya prevalensi gizi buruk balita 1 Prevalensi Gizi Buruk pada Balita 1,1 1,02 0,08 2 Prevalensi Gizi Kurang pada Balita 8,5 7,7 0,8 3 Jumlah Kecamatan Bebas Rawan Gizi 85 85,0 4 Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe 90 83,5 6,5 5 Cakupan Bayi Mendapat Kapsul Vitamin A biru 90 87,6 2,4 6 Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A merah 90 84,76 5,24 7 Cakupan Bayi Mendapat ASI Eksklusif 80 66,7 13,3 8 Cakupan Balita Yang Naik Berat Badannya 95 87 8 9 Cakupan Balita Bawah Garis Merah BGM 1,0 0,52 0,48 10 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100 100 11 Cakupan Rumah Tangga Dengan Garam Beryodium Baik 90 93,2 -3,2 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 249 Analisis penyebab keberhasilan kegagalan atau peningkatan penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan. Analisis kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian - Analisis Penyebab Keberhasilan dan kegiatan yang telah dilakukan dalam menunjang keberhasilan Prevalensi Gizi buruk dan Gizi kurang katagori capaian sudah sangat baik, berarti untuk capaian prevalensi gizi buruk dan gizi kurang sudah diatas target yang telah ditentukan. Capaian ini didukung dengan kegiatan sosialisasi, informasi, dan edukasi tentang pencegahan dan penanggulangan gizi buruk sudah sering dan sudah lama dilakukan, dan umumnya Kabupatenkota petugas Rumah Sakit dan Dinkes KabKota nya sudah dilatih dengan Pelatihan Tatalaksana Balita Gizi Buruk, sehingga hal ini dapat mempengaruhi capaian program. Demikian juga terkait dengan Jumlah Kecamatan Bebas Rawan Gizi. dan berkat sosialisasi, Pelatihan dan Pertemuan yang sudah dilakukan secara terus menerus, setiap kasus gizi buruk yang terjadi dan dilaporkan sudah mendapatkan tindakan penanganan dan perawatan, baik secara rawat inap maupun rawat jalan, sehingga setiap kasus yang ditemukan semuanya atau 100 sudah mendapatkan perawatan. Dan setiap kasus yang ditemukan sebaiknya mendapatkan Tatalaksana anak Gizi Buruk sesuai dengan Pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk yang telah disampaikan pada Pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Petugas Kesehatan yang terdiri dari Tim Asuhan Gizi Buruk Puskesmas yaitu dari Petugas Gizi, dokter, dan perawat atau bidan. Untuk Puskesmas Perawatan semuan Tim Asuhan Gizi Buruknya sudah dilatih, dan untuk Rumah Sakit 12 KabupatenKota juga Tim Asuhan Gizi Buruk sudah dilatih. Cakupan Balita yang naik berat badannya masuk dalam katagori capaian sangat baik, juga cakupan balita bawah garis merah masuk dalam katagori capaian sangat baik. Capaian ini didukung oleh karena telah terlatihnya semua petugas gizi Puskesmas di 12 KabKota dalam Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan, pada Pelatihan tersebut juga disampaikan materi tentang Penilaian hasil Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 250 penimbangan, dari hasil penimbangan balita bisa dikatagorikan naik atau tidak naik. Untuk kegiatan Cakupan Rumah Tangga yang mengkonsumsi Garam Yodium juga sudah masuk dalam katagori capaian sangat baik, ini dikarenakan Sosialisasi Pemantauan Garam Yodium sudah dilakukan secara berjenjang dari Provinsi, ke Kabupaten damn Kabupaten ke Puskesmas, dan Pembinaan Pemantauan Garam Yodium dari Provinsi ke Kabupaten secara rutin dilakukan setiap tahunnya. Dan selalu disampaikan bahwa hasil dari Pemeriksaan Iodium selalu di fitbackkan mana garam yang mengandung kadar Yodium dan mana garam yang tidak ada kandungan Yodiumnya. - Analisis Penyebab Kegagalan dan kegiatan yang telah dilakukan dalam menunjang kegiatan Untuk cakupan ASI Eksklusif masih dibawah standar 80 yang telah ditentukan yakni capaian masih 66,7, hal ini bisa jadi disebabkan Konselor yang sudah dilatih belum semua mengaplikasikan ilmunya di wilayah kerja puskesmas tempatnya bekerja, dan juga komitmen dari para pemangku kepentingan belum sepenuhnya mendukung kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan cakupan ASI Eksusif ini. Adapun kegiatan yang telah dilakukan untuk menunjang cakupan ini adalah petugas puskesmas yang sudah dilatih Konseling ASI, sudah semua Puskesmas mendapatkan pelatihan ini, baik Petugas Gizinya maupun Bidan di tiap puskesmas sudah mendapatkan Pelatihan Konseling ASI, jika para konselor ASI ini sudah menjalankan tugas dan komitmennya untuk menjalankan apa yang sudah didapatkan dari Pelatihan Konseling ASI, maka hal ini dapat mendongkrak capaian cakupan Pemberian ASI Eksklusif. Untuk cakupan Vitamin A pada bayi dan Balita masih sedikit dibawah standar, yaitu cakupan bayi 87,6 dan cakupan balita 84,76 dengan standar 90, cakupan ini bisa saja disebabkan sweeping Vitamin A yang tidak berjalan setelah selesai pelaksanaan bulan Vitamin A, atau sweeping berjalan tapi tidak dilaporkan dan dimasukkan dalam pencatatan. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 251 Kegiatan yang telah dilakukan untuk menunjang cakupan ini dengan telah disosialisasikaannya Penggunaan Software QRS untuk memanajemen, memantau kebutuhan, pelaksanaan, capaian, dan stock vitamin A di Kabupaten, Puskesmas, juga sampai ke Posyandu. Untuk Sarana Vitamin A selalu mencukupi setiap pelaksanaan bulan Vitamin A. Untuk cakupan Ibu Hamil mendapat 90 Tablet Fe masih sedikit dibawah standar, hal ini disebabkan sudah hampir 2 tahun ketersediaan Tablet Fe yang kosong, karena ketersediaan Tablet Fe bergantung pada bahan baku impor yang tidak ada ditingkat pusat, sehingga Pabrik Pembuatan tidak bisa memproduksi, dan ini menyebabkan ketersediaan Tablet Fe kosong selama lebih kurang 2 tahun hampir disemua Kabupatenkota, Puskesmas ,sehingga ini mempengaruhi pemberian Tablet Fe disemua tingkatan, ini jelas membuat cakupan Tablet Fe rendah. Ada di beberapa KabKota yang memberikan Tablet Fe secara mendiri, yaitu dengan pemberian Tablet Fe secara mandiri, namun ini tidak terlalu besar daya ungkitnya mempengaruhi cakupan Tablet Fe, dan kebanyakan ibu-ibu hamil yang kurang mampu tidak bersedia untuk membeli Tablet Fe tersebut. Kegiatan yang telah dilakukan untuk menunjang cakupan ini telah sering dilakukannya sosialisasi ke KabKota sampai Puskesmas tentang manfaat Tablet Fe bagi ibu hamil, baik yang dilakukan oleh pemegang program gizi dan petugas kesehatan lainnya, dan juga dengan adanya bantuan dari Micronutrien Initiatif dalam melakukan Pertemuan dan Pelatihan baik di Provinsi maupun di KabKota dalam mensosialisasikan penggunaan Tablet Fe pada Ibu hamil. Di tahun 2017 ini kita berharap permasalahan ketersediaan sarana Tablet Fe tidak terjadi lagi, sehingga capaian program dapat lebih meningkat. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 252 Tabel 3.89 Perbandingan Pencapaian Kinerja Sasaran dan Anggaran Tahun 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Kinerja Anggaran Target Realisasi Capaian Kegiatan Fisik Keuangan 1 2 3 4 5 6=54100 7 8 9 1 Menurunnya prevalensi gizi buruk balita 1 Prevalensi Gizi Buruk pada Balita 1,4 1,02 164 1. Penyusunan Peta Informasi Masyarakat Kurang GiziAPBD 2. Orientasi Tenaga Pelaksana Enumerator PSG APBN 3. Pengumpulan Data PSG,APBN 4. Analisa dan Validasi data PSG APBN 100,0 100 100 100 99.99 97,6 100 100 2 Persentase Gizi Kurang pada Balita 8,7 7,9 109 3 Jumlah Kecamatan Bebas Rawan Gizi 82 85 104 4 Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe 90 75,19 83,5 1. Pertemuan Koordinasi LSLP Tk Provinsi APBN 2. Pertemuan LSLP Tkt KabKota APBN 100,0 100,0 99,4 99,9 5 Cakupan Bayi Mendapat Kapsul Vitamin A biru 90 87,6 97,3 6 Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A merah 90 84,76 94,2 7 Cakupan Bayi Mendapat ASI Eksklusif 80 66,7 83,3 1.Penguatan Program dlm Perencanaan target indikator pembinaan Perbaikan Gizi APBN 100,0 99,5 8 Cakupan Balita Yang Naik Berat Badannya 86 87 101,2 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 253 9 Cakupan Balita Bawah Garis Merah BGM 1,3 0,46 195 10 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100 100 100 1.Buffer stock bahan penanggulangan Masalah Giiz APBD 2.Penanggulangan Masalah Gizi APBD 3.Pelacakan dan Konfirmasi Kasus Gizi Buruk 4. Distribusi PMT Balita 97,3 97,8 100 100 86,2 88,5 100 64,5 11 Cakupan Rumah Tangga Dengan Garam Beryodium Baik 90 93,2 103,7 Pemantauan Garam Yodium dan GAKY Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 254 Tabel 3.90 Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Tahun 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Capaian Kinerja Penyerapan Anggaran Tingkat Efisiensi 1 2 3 4 5 6=4-5 1 Menurunnya prevalensi gizi buruk balita 1 Prevalensi Gizi Buruk pada Balita 164 99,4 64,6 2 Persentase Gizi Kurang pada Balita 109 99,49 9,51 3 Jumlah Kecamatan Bebas Rawan Gizi 104 99,4 4,6 4 Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe 83,5 99,6 -16,1 5 Cakupan Bayi Mendapat Kapsul Vitamin A biru 97,3 99,6 -2,3 6 Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A merah 94,2 99,6 -5,4 7 Cakupan Bayi Mendapat ASI Eksklusif 83,3 99,6 -16,3 8 Cakupan Balita Yang Naik Berat Badannya 101,2 99,6 1,6 9 Cakupan Balita Bawah Garis Merah BGM 195 99,6 95,4 10 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100 84,8 15,2 11 Cakupan Rumah Tangga Dengan Garam Beryodium Baik 103,7 84,8 18,9

3.2.8 Meningkatnya rumah tangga yang menetapkan PHBS

Indikator tercapainya sasaran “Meningkatnya rumah tangga yang menetapkan PHBS” diukur melalui indikator kinerja dengan target, realisasi, dan capaian dapat dilihat pada tabel berikut : Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 255 Tabel 3.91 Capaian Kinerja Sasaran Pada Tahun 2016 No Indikator Hasil Satuan Target Provinsi Realisasi Capaian 1. Persentase desa siaga aktif Persen 80 85,84 107,31 2. Persentase Rumah Tangga ber-PHBS Persen 50 41,75 84 3. Persentase Sekolah Dasar yang mempromosikan kesehatan Persen 40 16,35 40,87 4. Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan Dokumen 3 10 333,3 5. Persentase Kabkota yang memiliki kebijakan PHBS Persen 50 41,6 83,2 6. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa minimal 10 untuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat UKBM Persen 20 45 225 7. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan Dunia Usaha 3 3 100

8. Jumlah organisasi

kemasyarakatan yang memanfaatkan Sumberdayanya untuk mendukung kesehatan Jumlah Organisa si 4 4 100 Capaian masing – masing indikator kinerja sasaran ini dapat diuraikan sebagai berikut: Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 256

1. Persentase desa siaga aktif

Desa Siaga Aktif merupakan pengembangan dari Desa Siaga, yaitu Desa atau Kelurahan yang: a. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa Poskesdes atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu Pustu, Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas, atau sarana kesehatan lainnya. b. Penduduknya mengembangkan Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat UKBM dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku, kedaduratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS. Grafik 3.66 Persentase Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Menurut KabKota di Provinsi Riau Tahun 2016