Cakupan Tatalaksana ISPA Pneumonia Balita

Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 88 Grafik 3.12 Penemuan Penderita Pneumonia Per bulan di Provinsi Riau Tahun 2016 Berdasarkan data sementara tahun 2016 dan grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa cakupan penemuan Pneumonia di Provinsi Riau sangat variatif sedangkan target di Renstra 60. Capaian target yang diperoleh 66,29 dengan skor 2 cukup. Analisa penyebab keberhasilan kegagalan atau peningkatan penurunan kinerja: a. Dana APBN mulai tahun 2017 mulai berkurang hanya sekitar 65,dan seharusnya sudah dimulai adanya dukungan dana dari pemerintah daerah Provinsi dan kabupatenkota se-Provinsi Riau b. RPJMD program penanggulangan dan pengendalian ISPA th 2016-2019 belum mendukung untuk maksud diatas karena pendanaan untuk program ISPA masih minim khususnya untuk dana pendukung kegiatan penyediaan fasilitas Alat kesehatan dan Penemuan kasus Pneumonia dalam hal ini taaksana ISPA yang memerlukan dana yang besar belum tercantum di Renstra Provinsi Riau. c. Rotasi tenaga kesehatan baik di Dinas Kesehatan kabupatendi layanan cukup tinggi dan tidak meratanya beberapa tenaga yang tersedia. 826 1.330 921 821 1.228 705 581 628 748 2.131 617 500 1.000 1.500 2.000 2.500 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 89 d. Belum adanya penguatan regulasi Program Penanggulangan dan Pengendalian ISPA di Provinsi Riau seperti peraturan daerahperaturan Gubernur Solusi yang telah dilakukan : a. Telah dilakukan Kajian Program ISPA dan Diare di Kabupaten untuk melibatkan program lain untuk menunjang kegiatan ISPA khusunya Pneumonia di tahun 2015 b. Telah dilakukan juga tatalaksana ISPA di kabupaten dengan melibatkan puskesmas yang ada di Kabupaten di tahun 2016 Analisa kegiatan yang menunjang keberhasilan kegiatan program, antara lain: a. Perlunya dukungan teknis dan pendanaan dari pemegang kebijakan di semua stakeholder secara berjenjang provinsi – kabupatenkota - layanan primer puskesmas dan rumah sakitlayanan lainnya dan pemerintah daerah gubernur, bupatiwalikota. b. Penguatan peningkatan kinerja Program Penanggulangan dan Pengendalian ISPA dengan adanya melibatkan dana dari kabupaten untuk program ISPA c. Dilakukan pencatatan dan pelaporan penemuan ISPA di semua layanan tanpa terkecuali untuk peningkatan penemuan 80 semua KabupatenKota untuk program ISPA target nasional untuk Provinsi Riau untuk tahun 2016 adalah 2,67 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 90 10. Jumlah KabKota endemis Filariasis yang melakukan Pemberian Obat Massal Pencegahan POMP Filariasis menuju eliminasi Filariasis mf rate 1 Tabel 3.34 Laporan Cakupan Hasil Pelaksanaan POMP Filariasis Di Provinsi Riau Tahun 2016 No KabKota Jumlah Desa Jumlah Desa diberi Obat Desa diberi Obat Jumlah Pddk Jumlah Sasaran Jumlah Pdk Miinum Obat Pddk minum obat dari jml pddk Pddk minum obat dari jml sasaran 1 Kampar 250 250 100 741,729 680,806 619,246 83 91 2 Siak 131 131 100 372,579 345,778 305,496 82 88 3 Indragiri Hulu 194 194 100 392,497 367,089 344,161 88 94 4 Indragiri Hilir 236 236 100 666,643 618,198 564,143 85 91 5 Rokan Hilir 194 195 100 588,679 522,856 480,101 84 91 6 Bengkalis 155 155 100 543,174 478,824 451,748 83 94 7 Kep. Meranti 101 101 100 184,586 173,284 165,471 90 96 Jumlah 1261 1262 100 3,489,887 3,186,835 2,930,366 85 92 Di Provinsi Riau terdapat 12 KabKota dan yang endemis Filariasis 10 KabKota. Sesuai Komitmen Global maka seluruh KabKota endemis harus melakukan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis POPM selama 5 tahun berturut-turut satu 1 tahun sekali. Pada tahun 2015 terdapat 8 kabupaten yang masih melakukan POPM yang 3 Kabupaten telah selelsai POPM bahkan telah Lolos Survei Penilaian TransmisiTAS. Pada tahun 2016 tinggal 7 Kabupaten lagi yang melaksanakan POPM Filariasis dan sudah Tahun ke V, artinya jika tahun 2017 dilakukan Survei Penilaian Transmisi dan dinyatakan Lolos maka tahun 2017, Tahun 2018, Tahun 2019 dst, tidak ada lagi POPM Filariasis di Provinsi Riau kecuali ada KabKota yang tidak Lolos Survei Penilaian Transmisi sehingga harus Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 91 mengulang POPM Filariasis selama 2 tahun dan dilakukan Survei penilaian kembali. Tabel 3.35 Hasil Survey Darah Jari SDJ di daerah non endemis Filariasis Tahun 2016 Kota Pekanbaru Kab. Rokan Hulu Tabel 3.36 Hasil Survei Penilaian Transmisi TASTransmission Assessment Survey Tahun 2016 Analisa keberhasilan Pada tahun 2016 merupakan tahun ke V pelaksanaan POPM Filariasis di 7 Kabupaten. Tahun ke V seharusnya merupakan tahun terakhir pelaksanaan POPM. Apabila dianalisa cakupan pengobatannya dari tahun I sd V di seluruh kabupaten 7 cakupannya selalu 65 tiap tahunnya. No Nama Kecamatan Nama DesaKel Jml Pddk DesaKel Jumlah Kasus Kronis Jml Slide diperiksa Jml Slide Positif MF rate 1 Tampan Tuah karya 62.790 1 302 Non endemis 2 Payung Sekaki Tampan 27.954 2 320 Non endemis No Nama Kecamatan Nama DesaKel Jml Pddk DesaKel Jumlah Kasus Kronis Jml Slide diperiksa Jml Slide Positif MF rate 1 Rambah Karya Mulya 3571 1 346 Non endemis 2 Rambah Samo Rambah Samo 3520 1 315 Non endemis No KabKota Total Cluster Target Sampel Crittical Cutt Off Sampel Hasil + - Total 1 Pelalawan 35 1548 18 17 1559 1578 Lolos TAS II 2 Kuantan Singingi 34 1789 18 11 1625 1614 Lolos TAS I Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 92 Salah satu syarat kelayakan dilakukannya survey penilaian adalah cakupan POPM Filariasis dilaksanakan selama 5 tahun berturut-turut dan cakupannya selalu 65 jumlah penduduk. Hasil cakupan POPM pada tahun 2016 seluruh kabupaten yang melaksanakan POPM mengalami fluktuatif namun sebagian besar mengalami peningkatan dibanding tahun 2015 walaupun tidak signifikan. Seluruh kabupaten sangat menyadari bahwa ini POPM tahun ke V dan tidak ingin mengalami kegagalan pada saat survei penilaian transmisi dilakukan, sehingga upaya dalam rangkaian POPM tahun 2016 lebih meningkat dibanding tahun sebelumnya. Rangkaian POPM dimulai dengan sosialisasi dari tingkat KabupatenKecamatanDesa, pelatihan kader, pendataan sasaran, serta pelaksanaan POPM Filariasis. Namun, angka cakupan POPM Filariasis tiap tahunnya adalah angka distribusi obat POPM, karena apakah obat betul diminum oleh seluruh penduduk sasaran di 7 kabupaten endemis Filariasis tidak dapat dipastikan. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 93

11. Menurunnya persentase prevalensi HIV Tabel 3.37

Capaian Kinerja Pada Tahun 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Ket 1 2 3 4 5 6

1. Menurunnya

angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular langsung 12. Menurunnya persentase prevalensi HIV 0,5 a. Persentase IMS yang diobati 100 98,8 98,8 baik b. Persentase orang yang mendapat tes HIV dan mengetahui hasilnya 99 98 99,3 baik c. Persentase ODHA yang mendapatkan pengobatan ARV 89 84,14 89,4 baik d. Persentase ibu hamil HIV positif menerima ARV 96 84 87,5 baik e. Presentase HIV pada populasi resiko tinggi 5 0,2 100 Sangat baik Target tercapai 100 Realisasi harus lebih kecil dari target Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 94 Grafik 3.13 Persentase Infeksi Menular Seksual IMS Yang Diobati Di Provinsi Riau Tahun 2015 Dan 2016 Sumber data: Laporan SIHA Pencapaian indikator ini pada tahun 2016 dilaporkan oleh 7 kabupatenkota yaitu Kota Pekanbaru, Dumai, Kabupaten Bengkalis, Inhil, Pelalawan dan Siak. Dari target capaian sebesarJika dilihat dari hasil capaian indikator dari tujuh kabupaten tersebut menunjukkan capaian yang sudah baik 98,8, artinya fasyankespuskesmas sudah melakukan kegiatan layanan IMS dengan baik. Walaupun capaian sudah cukup baik namun kenyataannya jumlah Fasyankes yang mampu melakukan layanan IMS masih sangat terbatas. Seharusnya layanan IMS tersedia di setiap wilayah yang memiliki hot spot sehingga populasi risiko tinggi dan pelanggannya yang menderita IMS dapat dengan mudah mengakses layanan untuk pemeriksaan, pengobatan dan penyuluhan yang benar tentang IMS sehingga infeksi ulangan dan ancaman HIVAIDS dapat dicegah. Adapun lima 5 KabupatenKota lainnya Rohul, Meranti, Kampar, Kuansing dan Inhu belum mengirimkan laporan IMS, adapun permasalahannya disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2016 | 95 a. Sumber daya manusia yang sudah dilatih Layanan Komprehensif Berkesinambungan LKB belum melaksanakan membuka layanan IMS. b. KurangTidak adanya komitmen dukungan dari stake holder di kabupaten kota yang bersangkutan untuk mengaktifkan Fasyankes untuk melakukan kegiatan LKB. c. Dukungan dana dari kabupaten untuk membuat layanan IMS di Fasyankes belum ada. Grafik 3.14 Persentase Orang Yang Mendapat Tes HIV Dan Mengetahui Hasilnya Di Provinsi Riau Tahun 2015 Dan 2016 Sumber data: Laporan SIHA Kabupaten yang mengirim laporan Konseling Testing hanya dari 9 kabupaten yaitu kota Pekanbaru, Dumai, Bengkalis, Rohil, Inhil, Pelalawan, Rohul, Meranti dan Siak. Capaian indikator ini pada tahun 2016 sudah baik yaitu sebesar 99,3. Jika kita lihat dari grafik di atas maka yang masih ada kabupaten yang belum mengirimkan adalah kabupaten Kampar, kuansing dan Inhu. Untuk kabupaten kota yang telah mengirimkan laporan berarti telah melakukan konseling yang diberikan oleh konselorprovider dengan baik.