Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan PB
Pendekatan London. Ini pendekatan berbeda yang menurut Kaivo-oja et
al tt dikerangka untuk memecahkan masalah keterbatasan manfaat dari substitusi ke kelestarian antara modal alam Kn dan modal buatan manusia
Km Pearce et al 1990, Klaases and Opschor 1991, Pearce and Turner 1990. Menurut aliran ini beberapa substitusi adalah mungkin antara beberapa elemen
dari Kn dan Km, sementara berbagai elemen lainnya dari Kn memberikan hanya jasa-jasa yang tidak dapat disubstitusi bagi perekonomian. Sebagai
contoh, ada beberapa spesies tertentu yang harus dilindungi Turner 1993. Pertanyaan strategis yang penting disini adalah: berapa banyak Kn harus
dilindungi? Tiga kemungkinannya: 1 keseluruhannya pada level yang ada, 2 level itu konsisten dengan memelihara elemen-elemen kritis dari Kn, atau
3 jumlah tertentu di antaranya. Problem penting dari pendekatan ini adalah keharusan berasumsi bahwa kita dapat mengukur nilai dari Kn kapan saja.
Dalam prakteknya, sulit juga untuk mengukur elemen-elemen berbeda dari Kn dalam satuan fisik dan moneter. Dengan bantuan analisis aliran materi,
beberapa aspek dari Kn telah dianalisis. Van Pelt 1993 telah mengidentifikasi masalah lain terkait konsep sediaan modal alam yang tetap.
Ada beberapa pertanyaan terkait agregasi spasial: diantara area geografis mana kita harus pertahankan sediaan konstan? Satu solusinya adalah bekerja
dengan data agregasi yang tidak begitu banyak dan lakukan analisis beragam elemen Kn secara terpisah. Namun masalah lain muncul saat tingkat
perubahan intrinsik alam diperhitungkan. Pengaruh manusia harus diukur atas tingkat alami perubahan. Alam berubah dari waktu ke waktu. Setidaknya
dalam beberapa kasus berbagai laju perubahan ini penting bagi kehidupan yang terus menerus, karena hidup beradaptasi dan bergantung pada alam.
Dengan menganggap bahwa persoalan agregasi dari modal alam dapat dipecahkan sedemikian rupa, pendekatan ini mengusulkan aturan bagaimana
mencegah deplesi modal alam dibawah beberapa poin dari tingkat tetap yang disyaratkan. Aturan ini berdasarkan pada diskonto nilai moneter dari dampak
atau dukungan lingkungan, apakah bersifat biaya, atau manfaat. Dengan
begitu, keseluruhan PB direduksi menjadi sekedar ekonomi dan
perekonomian; kelestariannya sendiri tetap tak terpecahkan.
Pearce dan Aktinson 1995 terus mencoba mengembangkan berbagai indikator dan ukuran PB. Definisi yang diterima begitu luas, dalam pengakuan
Pearce dan Atkinson Kaivo-oja et al, tt adalah pembangunan ekonomi dan sosial per kapita dari waktu ke waktu. Masalahnya, apakah hal itu diukur
secara sempit misal PDB per kapita atau secara luas dalam bentuk kesejahteraan ekonomi seperti IPM, kesehatan dan pendidikan dsb. Saat ini
kebanyakan peneliti akan lebih suka memilih kriteria yang lebih luas sebagai ukuran yang dianggap relevan. Dalam hal ini Pearce dan Atkinson
menambahkan hal penting lain untuk kelestarian, yakni bahwa modal suatu negara seharusnya tidak menurunberkurang dari waktu ke waktu. Konsep
modal yang digunakan mereka sangat luas, termasuk modal fisik, modal manusia dan modal alam. Keluasan konsep modal ini, menurut Pearce dan
Atkinson 1995 pernah dikenalkan Orio Giarini, yang disebutnya sebagai ”warisan”, dalam sebuah laporan kepada Club of Rome pada 1978. Aturan
terkait apa yang disebut Pearce dan Atkinson sebagai sediaan modal alam yang tetap, memiliki dua varian: aturan terkait kuat dan lemahnya kelestarian.
Lemahnya kelestarian terjadi saat sediaan modal total – fisik, manusia, dan alam – tidak berkurang dari waktu ke waktu. Sebuah perekonomian
adalah lestari saat tabungannya melebihi depresiasi dari modal alam dan modal manusianya. Dalam varian ini, pembangunan lestari bahkan bila satu
komponen misal modal alam menurun, yang membuat sediaan modal total tidak berkurang. Agar ini menjadi kriteria yang berguna, maka penting bahwa
elemen yang berbeda dari sediaan modal dapat saling menggantikan. Misalnya, bila sebuah kehilangan satu ekosistem tertentu mampu
dikompensasi oleh sebuah peningkatan dalam pengetahuan manusia.
Artinya, berbagai kehilangan ekonomi dan lingkungan terkait ekosistem tadi lebih dari sekedar setimpal oleh manfaat dalam peningkatan modal manusia,
sejauh stabilitas dan kelenturan sistem secara keseluruhan tidak tertekan dalam proses substitusi.
Varian kedua, kelestarian yang kuat, mengupayakan modal lingkungan atau modal alam sebagai tempat khusus. PB dicapai, dalam pengertian yang
kuat, bila secara khusus sediaan modal lingkungan negara tidak menurun.
Pearce dan Atkinson 1995 mengemukakan bahwa seseorang mungkin saja memodifikasi ketentuan ini. Beberapa bagian dari sediaan modal agaknya
menjadi begitu penting, yakni menyediakan jasa-jasa lingkungan yang tak ternilai dan tidak tergantikan bagi kegiatan ekonomi. Bila diistilahkan sebagai
modal alam yang kritis, lalu versi modifikasi dari versi PB yang kuat mengharuskan bahwa pembangunan tidak mengakibatkan sediaan modal alam
yang kritis menurun menurut waktu. Pearce dan Atkinson menilai pandangannya atas kelestarian dengan data beberapa negara, dan memaparkan
bahwa Finlandia adalah sebuah perekonomian yang lestari dalam pemahaman yang lemah, tidak kuat Pearce dan Atkinson 1995