Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat a sebagai kerangka dasar bagi agenda pembaruan kebijakan usaha kehutanan, khususnya
pembaruan aliran kerangka pikir – agar pemahaman pengetahuan berfokus tidak saja pada teks peraturan perundangan, tetapi juga pada komunikasi
dan interaksi sosial dimana kebijakan itu direspon dan diimplementasikan, b menambah jumlah dan memperkaya khasanah penelitian kebijakan
usaha kehutanan, khususnya dengan menggunakan analisis diskursus sebagai pendekatan, dan c memosisikan pentingnya perbaikan kerangka
pikir yang mendasari diskursus yang berkembang di balik proses konstruksi kebijakan usaha kehutanan.
E. Outline Disertasi
Penulisan disertasi ini disusun dengan sistimatika sebagai berikut. Setelah mengemukakan konteks dan latar belakang, menetapkan fokus atau
pertanyaan penelitian, menjelaskan maksud dan tujuan serta menggambarkan kemanfaatan penelitian kualitatif ini BAB I, dilanjut
dengan menjabarkan konsep dan teori yang digunakan; mencakup kebijakan, analisis kebijakan, diskursus, hubungan diskursus dengan narasi
kebijakan, hubungan diskursus dengan bahasa, hubungan diskursus dengan kerangka pikir dan dilanjut kemudian dengan diskursus
kelestarian; yang dari berbagai konsep dan teori ini ditetapkan metodologi penelitian yang mencakup kerangka pendekatan, bahan empiris yang
digunakan, dan penetapan prosedur analisis diskursus BAB II. Potret atau snapshot situasi kondisi dan kinerja usaha kehutanan dan
kesenjangannya dengan kenyataan serta informasi kebijakan usaha kehutanan itu sendiri disajikan pada BAB III. Selanjutnya disajikan
kecenderungan kerangka pikir yang disintesa dari diskursus yang dibangkitkan dari teks peraturan perundangan; kerangka pemikiran ini
kemudian dipetakan, sebelum membahas kontestasi persepsi para pihak yang dibangkitkan dari hasil wawancara mendalam dan internet online
polling, sebelum akhirnya menakar kualitas kebijakan usaha kehutanan BAB IV. Dari hasil tersebut dibahas berbagai implikasi pembaruan baik
dari sisi kebijakan, praktis-operasional, kualitas diskursus dan metodologis BAB V. Intisari hasil, kesimpulan dan rekomendasi ditawarkan pada
BAB VI. Untuk memudahkan penulisan intisari ini, di setiap Bab telah disiapkan pula ringkasan.
F. Ringkasan
Dua kerangka pemikiran yang pernah melandasi berbagai kebijakan pengelolaan dan usaha kehutanan dunia disebutkan Sfeir-Younis 1991,
sebagai the forest first FF dan the forest second FS. Dari telaahnya, FF telah menyebabkan kerusakan hutan yang bahkan tidak dapat balik
irreversible, terlebih saat aturan kerja yang sangat bio-centris tidak berhasil ditegakkan. Sementara, ada fakta empiris menunjukkan bahwa
kinerja usaha kehutanan kita, Indonesia, sejauh ini sangat rendah ditandai antara lain dengan merosotnya peran ekonomi, sosial dan lingkungan
sumberdaya hutan alam produksi menyusul berbagai kerusakan hutan dan lahan dengan laju dan magnitude yang relatif tinggi. Mengaitkan dua
pengetahuan empiris ini telah mengundang pertanyaan: apakah kebijakan usaha kehutanan kita selama ini dilandasi sepenuhnya dengan aliran FF?.
Pertanyaan itu menjadi fokus atau pertanyaan penelitian ini. Pertanyaan itu identik dengan mempertanyakan diskursus yang telah
berkembang dibalik proses konstruksi kebijakan usaha kehutanan, khususnya hutan alam produksi di Luar Jawa. Diskursus dimaksud
mencakup baik yang dibangkitkan dari teks peraturan perundangan maupun hasil percakapan dan interaksi sosial para pemangku kepentingan
usaha kehutanan. Melalui analisis diskursus itu pertanyaan penelitian ini coba dijawab.
Dengan tujuan menghimpun pengetahuan dan informasi terkait diskursus yang berkembang dalam kebijakan usaha kehutanan, melalui
penelitian ini diharapkan dapat dipahami aliran pemikiran di balik kebijakan usaha kehutanan itu yang sekaligus menjawab pertanyan
penelitian di atas. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain