Deforestasi Kinerja Usaha Kehutanan Indonesia

Tabel 10. Besar dan Laju Deforestasi dari Tujuh Pulau Utama Indonesia Deforestasi Hath Pulau 20002001 20012002 20022003 20032004 20042005 Total Rataan Sumatera 259,500 202,600 339,000 208,700 335,700 1,345,500 269,100 Kalimantan 212,000 129,700 480,400 173,300 234,700 1,230,100 246,020 Sulawesi 154,000 150,400 385,800 41,500 134,600 866,300 73,260 Maluku 20,000 41,400 132,400 10,600 10,500 214,900 42,980 Papua 147,200 160,500 140,800 100,800 169,100 718,400 143,680 Jawa 118,300 142,100 343,400 71,700 37,300 712,800 142,560 Bali-NT 107,200 99,600 84,300 28,100 40,600 359,800 71,960 INDONESIA 1,018,200 926,300 1,906,100 634,700 962,500 5,447,800 1,089,560 Sumber: Dephut 2008 Statistik Kehutanan Indonesia 2007. Jakarta diolah Berapapun besarnya, deforestasi diakui berdampak merugikan, bahkan dalam jangka panjang dikhawatirkan dapat menghilangkan peradaban manusia, bila kondisinya dibiarkan terus berlanjut. Berbagai kejadian bencana alam yang berulang secara rutin dalam dua dekade terakhir ini seolah telah membuat manusia begitu terbiasa dan akrab dengan banjir, longsor dan kekeringan serta kebakaran hutan. Sebut saja banjir bandang yang datang berulang berbagai wilayah di Sumatera Walhi, 2003, banjir di Gorontalo dan berbagai wilayah di Sulawesi Walhi 2006 dan banjir di Kutai Barat, di Samarinda dan wilayah lain di Kalimantan Kompas 2005 9 ; tentu dengan besaran, sebaran, dan frekuensi, serta jumlah korban yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Keseluruhan kejadian bencana lingkungan ini memiliki kaitan logis- fungsional dengan menyusutnya peran, fungsi dan keberadaan hutan alam akibat deforestasi. Kekhawatiran terkait akan terjadinya peningkatan tekanan lingkungan di Indonesia sebagaimana pernah diungkap Diamond 2005 sebetulnya sudah cukup lama terbukti. Selain deforestasi, terjadi pula kerusakan dan kehilangan atau perubahan peruntukan kawasan hutan yang dimungkinkan karena kegiatan seperti tukar menukar kawasan hutan untuk pemanfaatan lain, mutasi kawasan hutan produksi kepada fungsi lain, dan bahkan konversi hutan alam kepada penggunaan lain, terutama pertanian dan perkebunan. Berbagai perubahan ini memang secara resmi telah diatur dan difasilitasi 9 Bahkan pada saat penulisan akhir disertasi bagian ini dilakukan, diberitakan berbagai media cetak dan elektronik nasional bahwa sedang terjadi banjir dan longsor di banyak wilayah di Jawa dan Nusa Tenggara. oleh pemerintah, Cq Kementerian Kehutanan. Sampai 2002, misalnya, tercatat seluas 4,46 juta ha kawasan hutan alam produksi telah berubah peruntukannya menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Pada 2007 luasan ini meningkat menjadi 4,74 juta ha, keseluruhannya melalui keputusan pelepasan oleh menteri Dephut, 2008. Gautam et al 2000 sampai pada simpulan bahwa penyebab utama penggundulan hutan di Indonesia adalah kepentingan komersialisasi hutan sekala besar yang berujung tidak saja pada ketidak-lestarian tetapi juga ketidak adilan manfaat yang begitu lebar. Demikian pula kesimpulan Kato 2005, yang menyebutkan bahwa penyebab deforestasi mencakup penebangan berlebih, kebakaran hutan, transmigrasi dan konversi hutan menjadi lahan pertanian.

5. HPHIUPHHK HA

Selain terjadi pada kondisi luas hutan alam, fluktuasi dengan trend menurun juga tampak pada jumlah unit dan luas konsesi HPHIUPHHK HA. Data series 20 tahun terakhir 19901991 – 2010 menunjukkan fluktuasi menurun seperti ditunjukkan Gambar 9. Tampak bahwa jumlah HPH pada 1990 masih sekitar 557 unit dengan luas konsesi total 68,88 juta ha, dan menurun cukup nyata menjadi 263 unit dengan luas konsesi total sebesar 21,88 juta ha pada 2010. Data lain Dephut 2010 menggambarkan jumlah unit konsesi IUPHHK baik yang aktif maupun tidak aktif sebagaimana dirinci pada Tabel 11. Ilustrasi yang sama ditunjukkan pada Gambar 10. Tampak bahwa pada 2010 dari jumlah unit konsesi IUPHHK sebesar 304 unit dengan mencakup luasan sebesar 25,05 juta ha jumlah yang aktif hanya 263 unit dengan luas sebesar 21,88 juta ha. Selain penurunan unit dan luasan konsesi di atas, situasi masalah juga muncul dari rendahnya kinerja pengelolaan hutan lestari, seperti ditunjukkan Dephut 2006. Disebutkan, bahwa pada 2003 lebih dari 50 Perkembangan IUPHHK - Dua Dekade terakhir Unit a 100 200 300 400 500 600 700 1989 199 1990 199 1 1991 199 2 1992 199 3 1993 199 4 1994 199 5 1995 199 6 1996 199 7 1997 199 8 1998 199 9 1999 200 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 20 10 Tahun Ju m lah U n it Perkembangan IUPHHK - Dua Dekade terakhir Luas b

10 20

30 40 50 60 70 1989 199 1990 199 1 1991 199 2 1992 199 3 1993 199 4 1994 199 5 1995 199 6 1996 199 7 1997 199 8 1998 199 9 1999 200 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 Tahun Lu as J u ta H a Gambar 9. Perkembangan Unit a dan Luas b Konsesi IUPHHK dalam Dua Dekade Terakhir 1990-2010 Sumber: Dephut. 2010. IUPHHK Aktif sampai May 2010. Direktorat Bina Rencana Pemanfaatan Hutan Produksi, Ditjen BPK. Jakarta; Dephut 2000 Statistik Pengusahaan Hutan 19992000. Ditjen Pengusahaan Hutan, Dephut. Jakarta Tabel 11. Jumlah IUPHHK Aktif sampai Mei 2010 AKTIF TIDAK AKTIF TOTAL Provinsi Unit Luas Ha Unit Luas Ha Unit Luas Ha Sumatera 14 668,169 15 805,816 29 1,473,985 Kalimantan 161 11,017,773 14 602,216 175 11,619,989 Sulawesi 19 1,291,760 6 338,160 25 1,629,920 Maluku 27 1,538,029 1 46,066 28 1,584,095 Papua 42 7,362,448 5 1,383,460 47 8,745,908 INDONESIA 263 21,878,179 41 3,175,718 304 25,053,897 Sumber: Dephut. 2010. IUPHHK Aktif sampai May 2010. Direktorat Bina Rencana Pemanfaatan Hutan Produksi, Ditjen BPK. Jakarta;