berbagai produk UU dan turunannya itu. Bila dikaitkan dengan hasil analisis Sfeir-Younis 1991 sebagaimana dijabarkan pada latar belakang,
maka pertanyaan ini mengerucut pada pertanyaan kritis: apakah fenomena ketidak-lestarian di atas adalah bukti bahwa kebijakan usaha kehutanan
sejauh ini dibangun menggunakan aliran kerangka pemikiran ”the forest first”? Lalu, apa makna dan implikasinya bagi pembaruan kebijakan usaha
kehutanan kedepan? Apakah persoalan kerangka pikir termasuk yang perlu masuk agenda pembaharuan kebijakan usaha kehutanan?
C. Fokus: Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan kritis di atas ditarik sebagai pertimbangan awal penelitian ini untuk berfokus pada kebijakan usaha kehutanan, khususnya untuk hutan
alam produksi di Luar Jawa. Dalam bahasa sederhana, mempertanyakan aliran kerangka pemikiran dibalik sebuah kebijakan pada dasarnya identik
dengan mempertanyakan diskursus seperti apa yang sesungguhnya telah berkembang baik dalam bentuk teks perundangan maupun percakapan dan
interaksi sosial para pihak pemangku kepentingan kehutanan di sebalik proses konstruksi kebijakan itu. Meminjam salah satu ide Foucault dalam
Arts and Buizer 2009 maka memahami diskursus identik dengan memahami relasi kekuasaan dan bahkan dinamika proses-proses politik.
Dalam bahasa Springate-Baginski dan Soussan 2002 pertanyaan sederhana di atas pada dasarnya adalah upaya untuk memahami a proses
bagaimana kebijakan dikembangkan dan diterapkan, b tujuan-tujuan dan motif dibalik kebijakan – seberapa ia masuk dalam mendekati usaha
kehutanan danatau fokus pada kelestarian, c pengaruh kebijakan atas pencapaian tujuan usaha kehutanan lestari, dan d ruang intervensi dalam
memengaruhi proses konstruksi maupun implementasi kebijakan. Dalam rumusan Sutton 1999 dan Arts and Buizer 2009
serangkaian upaya memahami berbagai hal di atas tergolong dalam telaah 8
f f
f
C. C.
C. C
C. C.
C. C.
C. C.
C C.
C. C.
C. C
C. C
C. C
C C
C C
C C.
C C.
C C.
C. C
. C.
C C
C C
C. C
C. C
C C
C C.
C. C.
C C
. C.
C .
. .
C C
. C
C C
.
kebijakan dengan pendekatan teori antropologi
6
. Pendekataan demikian fokus pada narasi kebijakan policy narrative dan diskursus discource,
terkait fenomena yang sedang hangat dibicarakan yang seringkali justru menjadi hambatan dalam melakukan agenda pembaruan kebijakan.
Dengan berfokus pada pendekatan analisis diskursus sebagaimana disebutkan diatas, pertanyaan penelitian yang coba ingin dijawab
penelitian ini adalah: a dapatkah fenomena ketidak lestarian usaha kehutanan menguatkan penilaian bahwa aliran kerangka pikir di balik
kebijakan usaha kehutanan sejauh ini adalah memosisikan sistem alami hutan sebagai faktor utama atau ”the forest first”? b Seperti apa wujud
atau peta diskursus yang menguatkan jawaban atas pertanyaan tersebut dan apa implikasinya? Adakah kecenderungan pergeseran atau bahkan
perubahan aliran kerangka pikir?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan uraian mengenai konteks, fokus dan pertanyaan penelitian di atas, penelitian ini bertujuan menghimpun pengetahuan dan informasi
terkait diskursus yang berkembang dalam kebijakan usaha kehutanan untuk memahami aliran kerangka pemikiran di sebaliknya. Secara khusus
penelitian ini bertujuan: a mengindentifikasi dan menetapkan tonggak kunci kebijakan usaha kehutanan dari bahan empiris yang ada, b
melakukan analisis diskursus yang mencakup isi content analysis dan narasi narrative serta analisis kesenjangan gap analysis atas berbagai
kebijakan itu, c membaca, memetakan, dan menarik alur kerangka pikir baik dari teks perundangan maupun teks yang dibangkitkan dari
komunikasi, kerangka pemahaman, maupun praktek sosial, yang diduga berpengaruh dalam proses perumusan kebijakan usaha kehutanan, dan d
melakukan sintesis kerangka teoritik dan konsep kelestarian hutan dan usaha kehutanan sebagai penakar kunci dalam melakukan keseluruhan
analisis.
6
Pendekatan teoritis lain dalam rumusan Sutton 1999 adalah pendekatan sosiologi politik, pendekatan hubungan internasional dan pendekatan manajemen. Sementara Arts and Buizer 2009 menegaskan bahwa
teori diskursus itu merupakan cabang dari analisis kebijakan.
6 6
6 6
6 6
6 6
6
hu h
h h
h h
h h
h h
h h
t t
t te
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat a sebagai kerangka dasar bagi agenda pembaruan kebijakan usaha kehutanan, khususnya
pembaruan aliran kerangka pikir – agar pemahaman pengetahuan berfokus tidak saja pada teks peraturan perundangan, tetapi juga pada komunikasi
dan interaksi sosial dimana kebijakan itu direspon dan diimplementasikan, b menambah jumlah dan memperkaya khasanah penelitian kebijakan
usaha kehutanan, khususnya dengan menggunakan analisis diskursus sebagai pendekatan, dan c memosisikan pentingnya perbaikan kerangka
pikir yang mendasari diskursus yang berkembang di balik proses konstruksi kebijakan usaha kehutanan.
E. Outline Disertasi
Penulisan disertasi ini disusun dengan sistimatika sebagai berikut. Setelah mengemukakan konteks dan latar belakang, menetapkan fokus atau
pertanyaan penelitian, menjelaskan maksud dan tujuan serta menggambarkan kemanfaatan penelitian kualitatif ini BAB I, dilanjut
dengan menjabarkan konsep dan teori yang digunakan; mencakup kebijakan, analisis kebijakan, diskursus, hubungan diskursus dengan narasi
kebijakan, hubungan diskursus dengan bahasa, hubungan diskursus dengan kerangka pikir dan dilanjut kemudian dengan diskursus
kelestarian; yang dari berbagai konsep dan teori ini ditetapkan metodologi penelitian yang mencakup kerangka pendekatan, bahan empiris yang
digunakan, dan penetapan prosedur analisis diskursus BAB II. Potret atau snapshot situasi kondisi dan kinerja usaha kehutanan dan
kesenjangannya dengan kenyataan serta informasi kebijakan usaha kehutanan itu sendiri disajikan pada BAB III. Selanjutnya disajikan
kecenderungan kerangka pikir yang disintesa dari diskursus yang dibangkitkan dari teks peraturan perundangan; kerangka pemikiran ini
kemudian dipetakan, sebelum membahas kontestasi persepsi para pihak yang dibangkitkan dari hasil wawancara mendalam dan internet online
polling, sebelum akhirnya menakar kualitas kebijakan usaha kehutanan BAB IV. Dari hasil tersebut dibahas berbagai implikasi pembaruan baik
E. E.
E. E.
E E.
E. E.
E. E
E E
E E
E. E.
E. E.
E. E
E. E.
E. E.
E. E.
E. E
E E
E. E
E E.
E. E
E. E
E. E.
E E
E E
E E
E. E
E E
E. E
E E
E E
E E
E E
. .
E E
E E
E .
. .
. .
. .
. .
. .
. .