4. Deforestasi
Sementara itu, kebijakam konsesi melalui sistem HPH selama efektif lebih dari tiga dekade terakhir telah menyebabkan juga kehilangan dan
kerusakan sumberdaya hutan yang sangat menyedihkan. World Bank 2006c mencatat bahwa hampir 30 luas hutan produksi kondisinya
rusak deforested dan laju kerusakan hutan tertinggi terjadi pada hutan alam produksi yang dikelola HPHIUPHHK.
Maka bermunculan berbagai versi angka laju deforestasi hutan Indonesia dengan rentang 700 ribu hatahun sampai 3 jutaan ha pertahun.
Menurut Gautam et al 2000, merujuk pada hasil beberapa riset saat itu, tingkat kerusakan hutan telah mencapai rata-rata 1,5 juta ha per tahun.
Pada 2008, Indonesia bahkan telah masuk Buku Rekor Dunia Guiness dalam hal kerusakan hutan. Disebutkan, dari 44 negara yang secara
kolektif menguasai 90 hutan dunia, Indonesia meraih tingkat laju deforestasi tercepat di dunia dengan angka 1,8 juta ha per tahun antara
2000-2005. Greenpeace 2007
8
menyebutkan, bahwa rekor ini berimplikasi menjadikan Indonesia juga sebagai pencemar gas rumah kaca
ketiga di dunia, setelah Amerika dan Cina, dengan besaran 25 emisi gas rumah kaca akibat penggundulan hutan.
Seikh PA 2008 memberikan gambaran pula bahwa deforestasi menyumbang seperlima dari emisi gas rumah kaca dunia. Sementara
sebuah studi yang disponsori pemerintah Indonesia sendiri memerkirakan bahwa kerusakan hutan Indonesia berkontribusi hampir 80 atas emisi
gas rumah kaca nasional. Level itu dinilainya sangat kritis dan menempatkan Indonesia sebagai emiter terbesar ketiga dunia.
Namun, data resmi Dephut yang tertuang antara lain dalam Statistik Kehutanan 2007 Dephut, 2008 mengonfirmasi lain terkait
tingginya laju deforestasi ini. Dalam kurun lima tahun 2000-2005 tercatat jumlah deforestasi dari tujuh pulau utama di Indonesia mencapi
luasan 5,45 juta ha, dengan laju rata-rata per tahun seluas 1,1 juta ha Tabel 10
8
http:www.greenpeace.orgseasiaidpresspress-releasesindonesia - diunduh 3 Juni 2007
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8
Tabel 10. Besar dan Laju Deforestasi dari Tujuh Pulau Utama Indonesia
Deforestasi Hath Pulau
20002001 20012002
20022003 20032004
20042005 Total
Rataan
Sumatera 259,500
202,600 339,000
208,700 335,700
1,345,500 269,100
Kalimantan 212,000
129,700 480,400
173,300 234,700
1,230,100 246,020
Sulawesi 154,000
150,400 385,800
41,500 134,600
866,300 73,260
Maluku 20,000
41,400 132,400
10,600 10,500
214,900 42,980
Papua 147,200
160,500 140,800
100,800 169,100
718,400 143,680
Jawa 118,300
142,100 343,400
71,700 37,300
712,800 142,560
Bali-NT 107,200
99,600 84,300
28,100 40,600
359,800 71,960
INDONESIA 1,018,200
926,300 1,906,100
634,700 962,500
5,447,800 1,089,560
Sumber: Dephut 2008 Statistik Kehutanan Indonesia 2007. Jakarta diolah
Berapapun besarnya, deforestasi diakui berdampak merugikan, bahkan dalam jangka panjang dikhawatirkan dapat menghilangkan
peradaban manusia, bila kondisinya dibiarkan terus berlanjut. Berbagai kejadian bencana alam yang berulang secara rutin dalam dua dekade
terakhir ini seolah telah membuat manusia begitu terbiasa dan akrab dengan banjir, longsor dan kekeringan serta kebakaran hutan. Sebut saja
banjir bandang yang datang berulang berbagai wilayah di Sumatera Walhi, 2003, banjir di Gorontalo dan berbagai wilayah di Sulawesi
Walhi 2006 dan banjir di Kutai Barat, di Samarinda dan wilayah lain di Kalimantan Kompas 2005
9
; tentu dengan besaran, sebaran, dan frekuensi, serta jumlah korban yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Keseluruhan kejadian bencana lingkungan ini memiliki kaitan logis- fungsional dengan menyusutnya peran, fungsi dan keberadaan hutan alam
akibat deforestasi. Kekhawatiran terkait akan terjadinya peningkatan tekanan lingkungan di Indonesia sebagaimana pernah diungkap Diamond
2005 sebetulnya sudah cukup lama terbukti. Selain deforestasi, terjadi pula kerusakan dan kehilangan atau
perubahan peruntukan kawasan hutan yang dimungkinkan karena kegiatan seperti tukar menukar kawasan hutan untuk pemanfaatan lain, mutasi
kawasan hutan produksi kepada fungsi lain, dan bahkan konversi hutan alam kepada penggunaan lain, terutama pertanian dan perkebunan.
Berbagai perubahan ini memang secara resmi telah diatur dan difasilitasi
9
Bahkan pada saat penulisan akhir disertasi bagian ini dilakukan, diberitakan berbagai media cetak dan elektronik nasional bahwa sedang terjadi banjir dan longsor di banyak wilayah di Jawa dan Nusa Tenggara.
Pula a
au
Sum m
matera Kalim
m manta
Sula a
wesi Malu
u uku
Papu u
ua a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
Jawa a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
Bali- -
N N
N T
T T
T T
T T
T T
T T
T T
T T
T T
T T
T T
T T
T T
T T
T T
T T
T T
T INDO
O ONE
NE NE
NE NE
NE NE
NE NE
NE NE
NE NE
E NE
E N
N NE
NE N
E NE
NE E
N N
NE NE
NE NE
E NE
NE NE
N NE
NE NE
NE NE
N NE
E N
N E
E NE
N N
NE N
N NE
E NE
N NE
NE N
NE NE
E E
NE NE
E NE
N NE
E NE
N N
N NE
E N
E N
N NE
E E
N NE
NE E
N N
N N
E E
N E
N N
N N
E S
9
Ba a
ah h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
ka ka
ka k
ka k
ka ka
ka ka
ka ka
k ka
ka ka
ka ka
ka ka
ka ka
ka ka
ka ka
k ka
ka ka
ka k
ka k
k ka
k k
k ka
k k
ka k
ka ka
k a
ka a
a ka
a a
a a
ka a
a a
a a
ka k
k k
k ka
a k
a n
n elekt
t tr
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
on on
on on
on on
on on
on o
on on
on on
on on
n on
on on
on on
n on
n on
o on
o o
n n
n on
o o
o n
n on
o o
o on
n n
o o
on on
o on
n o
on on
o on
n n
on ik
i i
oleh pemerintah, Cq Kementerian Kehutanan. Sampai 2002, misalnya, tercatat seluas 4,46 juta ha kawasan hutan alam produksi telah berubah
peruntukannya menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Pada 2007 luasan ini meningkat menjadi 4,74 juta ha, keseluruhannya melalui keputusan
pelepasan oleh menteri Dephut, 2008. Gautam et al 2000 sampai pada simpulan bahwa penyebab utama
penggundulan hutan di Indonesia adalah kepentingan komersialisasi hutan sekala besar yang berujung tidak saja pada ketidak-lestarian tetapi juga
ketidak adilan manfaat yang begitu lebar. Demikian pula kesimpulan Kato 2005, yang menyebutkan bahwa penyebab deforestasi mencakup
penebangan berlebih, kebakaran hutan, transmigrasi dan konversi hutan menjadi lahan pertanian.
5. HPHIUPHHK HA
Selain terjadi pada kondisi luas hutan alam, fluktuasi dengan trend menurun juga tampak pada jumlah unit dan luas konsesi HPHIUPHHK
HA. Data series 20 tahun terakhir 19901991 – 2010 menunjukkan fluktuasi menurun seperti ditunjukkan Gambar 9. Tampak bahwa jumlah
HPH pada 1990 masih sekitar 557 unit dengan luas konsesi total 68,88 juta ha, dan menurun cukup nyata menjadi 263 unit dengan luas konsesi total
sebesar 21,88 juta ha pada 2010. Data lain Dephut 2010 menggambarkan jumlah unit konsesi
IUPHHK baik yang aktif maupun tidak aktif sebagaimana dirinci pada Tabel 11. Ilustrasi yang sama ditunjukkan pada Gambar 10. Tampak
bahwa pada 2010 dari jumlah unit konsesi IUPHHK sebesar 304 unit dengan mencakup luasan sebesar 25,05 juta ha jumlah yang aktif hanya
263 unit dengan luas sebesar 21,88 juta ha. Selain penurunan unit dan luasan konsesi di atas, situasi masalah
juga muncul dari rendahnya kinerja pengelolaan hutan lestari, seperti ditunjukkan Dephut 2006. Disebutkan, bahwa pada 2003 lebih dari 50