Tabel 9. Frekuensi Konflik Kehutanan per Provinsi 1997-2003
No. Provinsi
Frekwensi Konflik Persentase
1 Nangroe Aceh Darusasalam
10 2,79
2 Sumatera Utara
36 10,03
3 Sumatera Selatan
12 3,34
4 Riau 19
5,29 5 Jambi
16 4,46
6 Kalimantan Timur
109 30,36
7 Kalimantan Tengah
10 2,79
8 Jawa Barat
25 6,96
9 Jawa Tengah
47 13,09
10 Jawa Timur
14 3,90
11 Provinsi lain
61 16,99
Total Jawa 86
23,96 Total Luar Jawa
273 76,04
TOTAL INDONESIA 359
100,00
Sumber: Wulan et al 2004 – data diolah ulang, urutan dimodifikasi
Frekuensi Konflik per Tahun
14 29
52 153
45 31
35
20 40
60 80
100 120
140 160
180 1997
1998 1999
2000 2001
2002 Jun-03
T a
hun
Frekuensi Konflik
Gambar 8 Frekwensi Konflik Pertahun 1997-2003
Sumber: Wulan et al, 2004 – data diolah ulang
antara lain karena program ini bagi pemegang HPH maupun HTI waktu itu pada akhirnya – dan dalam jangka pendek – lebih merupakan beban
biaya tambahan disinsentive yang tidak ada kaitan langsung baik dengan upaya peningkatan efisiensi ataupun kapasitas produksi HPHHTI yang
bersangkutan. Keadaan ini menguatkan dugaan, bahwa program semacam ini kurang memperhitungkan dan mengantisipasi kedudukan dan karakter
HPHHTI sebagai institusi bisnis yang berorientasi pada perilaku memaksimalkan keuntungan.
4. Deforestasi
Sementara itu, kebijakam konsesi melalui sistem HPH selama efektif lebih dari tiga dekade terakhir telah menyebabkan juga kehilangan dan
kerusakan sumberdaya hutan yang sangat menyedihkan. World Bank 2006c mencatat bahwa hampir 30 luas hutan produksi kondisinya
rusak deforested dan laju kerusakan hutan tertinggi terjadi pada hutan alam produksi yang dikelola HPHIUPHHK.
Maka bermunculan berbagai versi angka laju deforestasi hutan Indonesia dengan rentang 700 ribu hatahun sampai 3 jutaan ha pertahun.
Menurut Gautam et al 2000, merujuk pada hasil beberapa riset saat itu, tingkat kerusakan hutan telah mencapai rata-rata 1,5 juta ha per tahun.
Pada 2008, Indonesia bahkan telah masuk Buku Rekor Dunia Guiness dalam hal kerusakan hutan. Disebutkan, dari 44 negara yang secara
kolektif menguasai 90 hutan dunia, Indonesia meraih tingkat laju deforestasi tercepat di dunia dengan angka 1,8 juta ha per tahun antara
2000-2005. Greenpeace 2007
8
menyebutkan, bahwa rekor ini berimplikasi menjadikan Indonesia juga sebagai pencemar gas rumah kaca
ketiga di dunia, setelah Amerika dan Cina, dengan besaran 25 emisi gas rumah kaca akibat penggundulan hutan.
Seikh PA 2008 memberikan gambaran pula bahwa deforestasi menyumbang seperlima dari emisi gas rumah kaca dunia. Sementara
sebuah studi yang disponsori pemerintah Indonesia sendiri memerkirakan bahwa kerusakan hutan Indonesia berkontribusi hampir 80 atas emisi
gas rumah kaca nasional. Level itu dinilainya sangat kritis dan menempatkan Indonesia sebagai emiter terbesar ketiga dunia.
Namun, data resmi Dephut yang tertuang antara lain dalam Statistik Kehutanan 2007 Dephut, 2008 mengonfirmasi lain terkait
tingginya laju deforestasi ini. Dalam kurun lima tahun 2000-2005 tercatat jumlah deforestasi dari tujuh pulau utama di Indonesia mencapi
luasan 5,45 juta ha, dengan laju rata-rata per tahun seluas 1,1 juta ha Tabel 10
8
http:www.greenpeace.orgseasiaidpresspress-releasesindonesia - diunduh 3 Juni 2007
Tabel 10. Besar dan Laju Deforestasi dari Tujuh Pulau Utama Indonesia