oleh pemerintah, Cq Kementerian Kehutanan. Sampai 2002, misalnya, tercatat seluas 4,46 juta ha kawasan hutan alam produksi telah berubah
peruntukannya menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Pada 2007 luasan ini meningkat menjadi 4,74 juta ha, keseluruhannya melalui keputusan
pelepasan oleh menteri Dephut, 2008. Gautam et al 2000 sampai pada simpulan bahwa penyebab utama
penggundulan hutan di Indonesia adalah kepentingan komersialisasi hutan sekala besar yang berujung tidak saja pada ketidak-lestarian tetapi juga
ketidak adilan manfaat yang begitu lebar. Demikian pula kesimpulan Kato 2005, yang menyebutkan bahwa penyebab deforestasi mencakup
penebangan berlebih, kebakaran hutan, transmigrasi dan konversi hutan menjadi lahan pertanian.
5. HPHIUPHHK HA
Selain terjadi pada kondisi luas hutan alam, fluktuasi dengan trend menurun juga tampak pada jumlah unit dan luas konsesi HPHIUPHHK
HA. Data series 20 tahun terakhir 19901991 – 2010 menunjukkan fluktuasi menurun seperti ditunjukkan Gambar 9. Tampak bahwa jumlah
HPH pada 1990 masih sekitar 557 unit dengan luas konsesi total 68,88 juta ha, dan menurun cukup nyata menjadi 263 unit dengan luas konsesi total
sebesar 21,88 juta ha pada 2010. Data lain Dephut 2010 menggambarkan jumlah unit konsesi
IUPHHK baik yang aktif maupun tidak aktif sebagaimana dirinci pada Tabel 11. Ilustrasi yang sama ditunjukkan pada Gambar 10. Tampak
bahwa pada 2010 dari jumlah unit konsesi IUPHHK sebesar 304 unit dengan mencakup luasan sebesar 25,05 juta ha jumlah yang aktif hanya
263 unit dengan luas sebesar 21,88 juta ha. Selain penurunan unit dan luasan konsesi di atas, situasi masalah
juga muncul dari rendahnya kinerja pengelolaan hutan lestari, seperti ditunjukkan Dephut 2006. Disebutkan, bahwa pada 2003 lebih dari 50
Perkembangan IUPHHK - Dua Dekade terakhir Unit a
100 200
300 400
500 600
700
1989 199
1990 199
1 1991
199 2
1992 199
3 1993
199 4
1994 199
5 1995
199 6
1996 199
7 1997
199 8
1998 199
9 1999
200 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 20
10
Tahun Ju
m lah
U n
it
Perkembangan IUPHHK - Dua Dekade terakhir Luas b
10 20
30 40
50 60
70
1989 199
1990 199
1 1991
199 2
1992 199
3 1993
199 4
1994 199
5 1995
199 6
1996 199
7 1997
199 8
1998 199
9 1999
200 20
00 20
01 20
02 20
03 20
04 20
05 20
06 20
07 20
08 20
09 20
10
Tahun Lu
as J
u ta
H a
Gambar 9. Perkembangan Unit a dan Luas b Konsesi IUPHHK dalam Dua Dekade Terakhir 1990-2010
Sumber: Dephut. 2010. IUPHHK Aktif sampai May 2010. Direktorat Bina Rencana Pemanfaatan Hutan Produksi, Ditjen BPK. Jakarta;
Dephut 2000 Statistik Pengusahaan Hutan 19992000. Ditjen Pengusahaan Hutan, Dephut. Jakarta
Tabel 11. Jumlah IUPHHK Aktif sampai Mei 2010
AKTIF TIDAK AKTIF
TOTAL Provinsi
Unit Luas Ha
Unit Luas Ha
Unit Luas Ha
Sumatera 14
668,169 15
805,816 29
1,473,985 Kalimantan
161 11,017,773
14 602,216
175 11,619,989
Sulawesi 19
1,291,760 6
338,160 25
1,629,920 Maluku
27 1,538,029
1 46,066
28 1,584,095
Papua 42
7,362,448 5
1,383,460 47
8,745,908 INDONESIA
263 21,878,179
41 3,175,718
304 25,053,897
Sumber: Dephut. 2010. IUPHHK Aktif sampai May 2010. Direktorat Bina Rencana Pemanfaatan Hutan Produksi, Ditjen BPK. Jakarta;
IUPHHK AKTIF PER MAY 2010 Unit
Kalimantan 161 Sulawesi 19
Maluku 27 Papua 42
Sumatera 14
IUPHHK AKTIF PER MAY 2010 Ha
Sumatera 668,169
Kalimantan 11,017,773
Sulawesi 1,291,760
Maluku 1,538,029
Papua 7,362,448
Gambar 10. Sebaran IUPHHK Aktif per May 2010 unit konsesi IUPHHK memiliki kinerja pengelolaan hutan yang buruk, dan
kecenderungan buruk ini akan terus meningkat untuk waktu mendatang. Pada 2004 jumlah unit konsesi yang berkinerja buruk mencapai 60 dan
hanya 11 yang baik, sisanya 29 masuk kinerja sedang. Namun, data terbaru 2009 mengungkapkan, bahwa sesuai dengan perolehan sertifikasi
PHAPL mandatory, tercatat bahwa IUPHHK pemegang sertifikat PHAPL dengan predikat ”baik” dan masih berlaku waktu itu hanya sekitar 17,07
sedangkan yang memperoleh sertifikat dengan predikat ”sedang” yang masih berlaku mencapai 56,10 Dari sertifikat yang masih berlaku ini,
tidak ada satu unit IUPHHK HA pun yang mendapat sertifikat dengan predikat ”sangat baik” Dephut, 2010.
Sampai 2009, nilai investasi berupa total aset dari IUPHHK berdasarkan laporan keuangan yang masuk ke Kemenhut tercatat
mencapai angka Rp. 68,9 T dengan rataan sebesar Rp. 13,8 T per tahun dalam kurun 2005-2009 Tabel 12. Angka ini akan jauh lebih besar,
seandainya semua unit IUPHHK-HA menyampaikan laporan keuangannya.
6. Produksi
Sejalan dengan penurunan jumlah dan luas HPHIUPHHK-HA, fluktuasi menurun juga terjadi pada produksi hasil hutan kayu, terutama