Kondisi Hutan Alam Kinerja Usaha Kehutanan Indonesia

hanya sekitar 12 juta ha 10; artinya seluas 108 juta ha 90 kawasan hutan alam belum di tata batas dan dibiarkan tidak pasti 2 . Sementara itu, dalam Renstra 2005-2009 Dephut, 2006b diperoleh gambaran kondisi yang relatif lebih lengkap. Disebutkan, bahwa luas kawasan hutan alam produksi setelah proses paduserasi TGHK- RTRWP adalah 71,68 juta ha. Dari luasan ini, seluas 41,15 juta ha keadaannya baik; sementara sisanya 16,45 juta ha kondisinya rusak. Dari luasan 41,45 juta ha yang kondisinya baik itu, seluas 28,27 juta ha diusahakan melalui IUPHHK-HA dan sisanya 12,98 juta ha menjadi sumberdaya akses terbuka open access, tidak ada pengelolanya. Sementara itu, dari luasan 16,45 juta ha yang rusak, seluas 9,31 juta ha diusahakan melalu IUPHHK HT dan sisanya 7,14 juta ha menjadi sumberdaya akses terbuka, tak berpengelola. Dengan begitu, maka dari luasan 71,68 juta ha hutan alam produksi di Luar Jawa, 28,1 atau seluas 20,12 juta ha dalam kondisi open access. Dan yang menarik perhatian adalah adanya luasan hutan produksi yang kondisinya baik tapi tidak berpengelola, dengan luas mencapai 12,98 juta ha Gambar 5 Ada pengelola 9,31 juta ha IUPHHK-HT 28,27 ha IUPHHK-HA 7,14 juta ha open access 12,98 juta ha open access Rus ak Tak ada pengelola Baik Gambar 5. Kondisi Hutan Alam Produksi 2005 Sumber: Dephut, 2006b Data 2009 menunjukkan, total luas hutan alam produksi Luar Jawa sebesar 80,02 juta ha. Dari luasan ini seluas 35,33 juta ha 44,15 merupakan hutan produksi HP sisanya 22 juta ha 27,50 merupakan hutan produksi terbatas HPT dan 22,68 juta ha lainnya 28,34 merupakan hutan produksi yang dapat dikonversi HPK Kemenhut, 2 Hal ini dianggap Hermosila dan Chip Fay 2006 bahwa kawasan hutan negara secara resmi dan de jure saat ini 2006 hanyalah 12 juta Ha, bukan 120 juta ha sebagaimana dipercaya banyak pihak selama ini. 2010. Dari total luasan HP ini tampak bahwa Kalimantan masih mendominasi luas hutan alam Tabel 7 Tabel 7. Luas dan Sebaran Hutan Produksi 2009 dirinci per Provinsi PROVINSI HPT HP HPK Total HP Aceh 37,300 601,280 - 638,580 Sumatera Utara 879,270 1,035,690 52,760 1,967,720 Sumatera Barat 246,383 407,849 189,346 843,578 Riau 1,971,553 1,866,132 4,770,085 8,607,770 Kepulauan Riau - - - - Jambi 340,700 971,490 - 1,312,190 Sumatera Selatan 217,370 1,826,993 431,445 2,475,808 Bengkulu 189,075 34,965 - 224,040 Bangka Belitung - 466,090 - 466,090 Lampung 33,358 191,732 - 225,090 Bali 6,719 1,907 - 8,626 Nusa Tenggara Barat 286,700 150,609 - 437,309 Nusa Tenggara Timur 197,250 428,360 101,830 727,440 Kalimantan Barat 2,445,985 2,265,800 514,350 5,226,135 Kalimantan Tengah 3,400,000 6,068,000 4,302,581 13,770,581 Kalimantan Selatan 126,660 762,188 151,424 1,040,272 Kalimantan Timur 4,612,965 5,121,688 - 9,734,653 Sulawesi Utara 552,573 168,108 34,812 755,493 Gorontalo - - - - Sulawesi Tengah 1,476,316 500,589 251,856 2,228,761 Sulawesi Tenggara 419,244 633,431 212,123 1,264,798 Sulawesi Selatan 494,846 124,024 22,976 641,846 Sulawesi Barat 361,775 65,001 79,735 506,511 Maluku 1,653,625 1,053,171 2,304,932 5,011,728 Maluku Utara - - - - Papua 2,054,110 10,585,210 9,262,130 21,901,450 Papua Barat - - - - INDONESIA minus Jawa 22,003,777 35,330,307 22,682,385 80,016,469 Sumber: Kemenhut 2010. Statistik Ditjen BPK 2009. Jakarta data diolah Kondisi di atas tentu tidak lepas dan berkaitan erat antara lain dengan berbagai situasi masalah yang terjadi di hutan alam produksi di Luar Jawa, terutama terkait pembalakan liar dan multidimensi konflik serta laju dan besaran deforestasi. Tiga situasi masalah ini hampir menjadi hal klise pada tataran diskursus yang berkembang terkait hutan alam produksi Luar Jawa, karena kecenderungannya adalah semakin banyak dibincang, tapi tidak memperlihatkan arah perbaikan yang memadai dari waktu ke waktu 3

2. PembalakanPenebangan Liar

Pembalakan atau penebangan liar atau lebih dikenal juga dengan istilah illegal logging berkait erat dengan deforestasi, kerusakan dan bahkan kehilangan sumberdaya hutan. Sekalipun diakui banyak pihak sangat sulit untuk menentukan secara pasti, beberapa dugaan terkait besar kegiatan penebangan liar bermunculan dengan kisaran antara 40-95. Laporan UNEP pada 2007 menduga bahwa 73 sampai 88 dari kayu yang ditebang di Indonesia berasal dari sumber illegal BGA, 2010. Sementara dugaan lain menunjukkan angka ini lebih rendah, namun tetap mengejutkan, yakni 40 sampai 55 HRW, 2009. Dudley et al 1995 dan EIA 2001 dalam Seikh PA 2008 bahkan menduga 95 kayu yang diekspor Indonesia pada awal 1990an diperoleh secara illegal, sementara di pertengahan 1990an hampir 80 pemegang konsesi hutan disebutkan gagal mematuhi aturan; akibatnya diprediksi bahwa antara 70-80 produksi dan impor merupakan kayu illegal. Seikh PA 2008 memberikan ilustrasi dugaan illegal logging di beberapa negara di dunia seperti ditunjukkan Tabel 8 berikut. Data resmi dari pemerintah tidak cukup kuat memberikan klarifikasi atas kecenderungan angka-angka prediksi di atas. Untuk 2008 diperoleh data resmi pemerintah terkait illegal logging sebesar 14,6 ribu m3 Dephut, 2008. Namun,tidak disebutkan besaran itu dalam hektar. Demikian pula data 2003, kegiatan illegal logging hanya disebutkan dalam satuan kasus, yakni untuk 2003 terjadi 293 kasus Dephut, 2005-RPJP, tanpa ada penjelasan sebaran dan luasan masing-masing kasus. 3 Dari pengamatan empiris peneliti dalam berbagai kesempatan menghadiri seminar, lokakarya, diskusi terfokus di berbagai tempat dalam dan luar negeri dengan beragam isu dan topik yang berkaitan dengan hutan alam pada umumnya, baik selama maupun sebelum masa studi. Tabel 8. Dugaan Tingkat Illegal Logging di Beberapa Negara di Dunia WilayahNegara Deskripsi Dugaan Sumber Malaysia Sepertiga lebih dari ekspor kehutanan pada 1990an adalah ilegal Dudley eta 1995 Kamboja 90 dari pembalakan diduga illegal Auer et al 2003 Laos, Kamboja, Thailand dan Filipina Hampir semua kayu ekspor pada awal 1990an illegal. Perkiraan lain antara 40 - 45 Dudley at al 1995 INDONESIA 95 ekspor kayu diperoleh secara illegal pada awal 1990an. Pada pertengahan 1990an hampir 84 pemegang konsesi HPH tidak patuh pada hukum dan aturan; diduga 70-80 produksi hasil hutan dan impor illegal Dudley et al 1995 Myanmar Lebih dari separuh ekspor hasi hutan negara tidak jelas undeclared: i.e illegal World Resource Institute, 1998 Papua Nugini Beberapa melaporkan penyuapan dan kehilangan moneter akibat illegal logging Glastra, 1999 Filipina 16 juta ha hutan telah berkurang menjadi 70 rb ha, terutama akibat illegal logging Environmental Investigation Agency, 2001 Bolivia Deforestasi illegal setidaknya 4 kali atau mungkin 8 kali deforestasi legal Contreras-Hermosilla, 1997 Brazil 80 pembalakan di Amazon illegal, dugaan lain berkisar 20-90, namun umumnya setuju bahwa kejadiannya merata di Amazon Brazil Dudley et al, 1995 Rusia Sekitar 20 pembalakan hutan di Rusia melanggar hukum. Rusia memiliki 20-50 produksi hasil hutan dan impor illegal Greenpeace, 2000 Tanzania Sekitar 500 ribu ha ditebang secara illegal setiap tahun Glastra, 1999 Kamerun Sekitar sepertiga kayu yang diolah untuk pasar setempat diperoleh secara illegal. Glastra, 1999 Liberia Kira-kira 80 pembalakan kayu adalah illegal Glastra, 1999 Ghana Sebanyak sepertiga dari kayu yang dipanen pada 1990an adalah illegal. Diduga 34- 60 pembalakan kayu adalah illegal Auer et al, 2003 Sumber: Seikh PA 2008. Namun, studi yang dilakukan Chatham House pada 2008 4 menunjukkan bahwa pada 2007 tercatat sekitar 1.439 kasus illegal logging di Indonesia dengan volume kayu illegal mencapai 1,5 juta m3 yang keseluruhan diperkirakan bernilai antara USD 30 juta – USD 110 juta. Data mentah terkait jumlah kasus illegal logging ini diperoleh Chatham House dari kerja Kepolisian RI dalam kurun 2007. Data yang sama diperolehnya dari Dephut hanya 467 kasus untuk tahun yang sama, tanpa 4 Brack, D. Sam Lawson, and MacFaul Larry. 2009. Illegal Logging and Related Trade: 2008 Assessment of The Global Response Pilot Study. Energy, Environment and Development Program. Chatham House. UK.