Produksi Kinerja Usaha Kehutanan Indonesia
Tabel 12. Jumlah dan Rataan Investasi IUPHHK 2005-2009
Jumlah IUPHHK
Nilai Buku
Nilai Perolehan
Total Aset Th
yang Lapor unit
Rp jt Rp jt
Rp jt 2005 153
7,799,093 3,580,397
15,106,282 2006
154 5,261,655
2,747,301 14,779,781
2007 151
7,735,561 3,955,352
17,307,758 2008
152 7,773,625
2,778,354 9,533,413
2009 157
8,357,074 3,144,373
12,157,399 Rataan
7,385,402 3,241,155
13,776,926 TOTAL
36,927,008 16,205,776
68,884,632
Sumber: Kemenhut 2010 – data diolah
kayu bulat. Pada 1990 an produksi tahunan kayu bulat masih sekitar 10 jutaan m3 per tahun dan menurun menjadi sekitar 5,7 jutaan m3 pada
2005. Penurunan ini juga disebabkan oleh diterapkannya kebijakan pengurangan produksi kayu bulat tahunan dari hutan alam secara bertahap
dan perlahan soft landing. Melalui kebijakan ini produksi kayu hutan alam pada 2003 mengalami pengurangan sekitar 20 dari angka produksi
tahun sebelumnya KepMenhut 192003. Selanjutnya pada 2004 penurunan ditetapkan sekitar 17 dari angka produksi tahun 2003
KepMenhut No. 1562003. Untuk 2005 penurunan ini hanya sekitar 5 saja dari angka produksi 2004 SK Ditjen BPK No. 1952004. Data 2008
menunjukkan adanya kenaikan kembali jatah potensi tebangan tahunan, mulai 2006, 2007 dan 2008 berturut menjadi sebesar 8,16 juta m3, 9,10
juta m3 dan 9,10 juta m3 Dephut, 2009. Data kenaikan ini juga menunjukkan, bahwa Kalimantan dan Papua merupakan dua wilayah
dengan jatah tebang paling besar terutama pada 2007 dan 2008 Gambar 11.
Jatah Tebang Tahunan 2006-2003
- 1,000,000
2,000,000 3,000,000
4,000,000 5,000,000
6,000,000
Sumatera Kalimantan
Sulawesi Maluku
Nusa Tenggara
Papua
Wilayah J
TT m
3
2006 2007
2008
Gambar 11 Jatah Tebang Tahunan 2006-2008
Sumber: Dephut 2009 – data diolah
Data 2008 juga menunjukkan bahwa produksi kayu bulat dari
HPHIUPHK HA hanya mencapai 4,61 juta m3. Sedangkan produksi kayu bulat dari Izin Pemanfaatan Kayu IPK sebesar 2,76 juta m3, lebih dari
setengah hasil produksi IUPHHK HA. Dephut 2009. Dengan mempertimbangkan tingkat konsumsi kayu bulat dan
produksi resmi belum memperhitungkan produk yang tidak dilaporkan dan penyelundupan maka terdapat kesenjangan yang luar biasa antara
kemampuan pasok dan angka permintaan. Misalnya, angka konsumsi kayu, termasuk bubur kertas pada 2004 mencapai total 50,5 juta m3,
sementara tingkat produksi resmi untuk tahun yang sama total hanya sebesar 13,5 juta m3. Jadi, ada sekitar 37 juta m3 kayu yang tidak
dilaporkan dan atau diduga diselundupkan Dephut 2006. World Bank 2006c mencatat kesenjangan seperti ini telah berlangsung relatif lama,
setidaknya dalam periode 1985-2004. Melihat struktur sumber pasokan kayu bulat, kesenjangan ini diduga akan terus berlangsung, bila penurunan
potensi hutan alam tidak diimbangi dengan peningkatan hutan tanaman dan sumber lainnya. Data 2005 menunjukkan, bahwa sumber utama
pasokan 54.1 berasal dari HTI, dan 38 dari hutan alam RKT HPH dan IPK serta lainnya dari Perhutani 6.8 dan dari izin syah
lainnyaISL 1.13 Dephut, 2006. Dephut 2010 memberikan gambaran sumber pasokan ini lengkap untuk kurun 2005-2009 Tabel 13
Tabel 13. Produksi Kayu berdasar sumber pasokan
Hutan Alam Hutan Tanaman
Tahun HPH IPKISL
Perhutani HTI Sumber
Lain Total
2005 13,64 50,48 0,07
30,97 4,85 100,00
2006 18,92 13,08 0,08
64,46 3,46 100,00
2007 20,00 13,66 0,15
63,99 2,20 100,00
2008 14,47 8,65 0,30
69,73 6,84 100,00
2009 14,16 19,29 0,25
55,22 11,07 100,00
Dephut 2010 juga memberikan ilustrasi besar produksi kayu antara hutan alam HA dengan hutan tanaman untuk kurun waktu yang
sama Gambar 12
Produksi Kayu Bulat Nasional 2005-2009
- 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00 2005
2006 2007
2008 2009
Ta h
un
Produksi juta m3
HA HT
Total
Gambar 12. Produksi Kayu Bulat Nasional dari HA dan HT 2005-2009
Dari gambar di atas tampak bahwa produksi kayu bulat nasional yang berasal dari sumber HA tampak menurun dari sekitar 20an juta m3
2005 menjadi sekitar 12 jutaan m3 2009. Sebaliknya terjadi fluktuasi dengan kecenderungan menaik pada produksi kayu bulat yang berasal dari
HT, menyebabkan untuk kurun itu produksi kayu total pun berfluktuasi meningkat.
Khusus untuk HA, kesenjangan di atas juga terjadi bersamaan dengan menurunnya jumlah dan luasan HPHIUPHHK yang cukup nyata,
seperti telah di gambarkan di atas, dimana tampak menyusut lebih dari setengahnya dalam kurun dua dekade terakhir 19891990-2010. Pada
awalnya 1990an jumlah konsesi hutan alam ini mencapai total hampir 600 unit yang beroperasi pada luasan hutan alam produksi sekitar 60 juta
ha. Saat ini 2010 jumlah unit dan luasan konsesi ini menyusut menjadi sekitar 200an unit dengan luas hanya sekitar 20 an juta ha saja. Dengan
penyusutan unit dan luasan konsesi ini, di lapangan terjadi peningkatan luasan areal hutan produksi ini yang terlantar tidak dalam wilayah kelola
HPHIUPHHK dan bahkan cenderung menjadi sumberdaya tanpa pemilik no body’s property dengan akses terbuka.
Sementara itu, volume ekspor dan pemasukan devisa diperoleh dari produk kayu olahan yang diekspor ke berbagai negara seperti: Jepang,
Australia, Hongkong, Cina dan Korea Selatan. Volume dan nilai ekspor ini pada 2008 mencapai total USD 3,10 M Tabel 14.
Tabel 14. Volume dan Nilai Ekspor Produk Kayu Olahan 2008
Produk Volume Kg
Nilai USD
Kayu gergajian 50,910,120
55,202,968 Kayu Lapis
1,668,337,181 1,533,456,775
Bubur KertasPulp 2,615,776,379
1,422,446,611 Lembaran Veneer
11,532,700 30,112,943
Papan partikel 4,243,936
1,140,930 Papan serat
180,029,160 56,144,786
Total 4,530,829,476
3,098,505,013
Sumber: Dephut 2009 – data diolah
Selain mengekspor produk kayu olahan, Indonesia juga melakukan impor kayu bulat dan kayu olahan antara lain dari Cina, Malaysia, Jepang,
Selandia Baru, Jerman, Amerika Serikat, Brazil dan Swedia. Pada 2008, volume dan nilai impor ini mencapai nilai USD 1,47 M. Tabel 15.
Tabel 15. Volume dan Nilai Impor Produk Kayu 2008
Produk Volume Kg
Nilai USD
Kayu bulat 57,882,756
18,120,503 Kayu gergajian
192,882,447 127,369,826
Kayu Lapis 53,039,416
28,032,870 Bubur KertasPulp
892,958,546 1,156,307,565
Lembaran Veneer 21,185,651
31,991,961 Papan partikel
230,718,805 63,972,943
Papan serat 102,228,370
43,553,955
Total 1,550,895,991
1,469,349,623
Sumber: Dephut 2009 – data diolah
Dari data ekspor-impor produk kayu 2008 di atas, tampak bahwa neraca perdagangan kayu masih positif, hanya saja nilai impor hampir setengah
47,42 dari nilai ekspor. Dari macam komoditi kayu, tampak bahwa nilai impor terbesar adalah bubur kertas yang mencapai nilai USD 1.16 M
atau 78,70 dari nilai total impor. Tidak ada informasi lebih lanjut, negara mana yang mencerap nilai impor sebesar ini.