Lingkungan Industri Tujuan Ciapus Bromel

65 Tabel 4. Gambaran Umum Perusahaan pesaing Ciapus Bromel di Wilayah Jabodetabek Sumber: Data Primer dari Identifikasi Perusahaan Bromelia di Jabodetabek 2010 diolah 2 Ancaman masuknya pendatang baru Ancaman pendatang baru bergantung pada rintangan masuk yang ada dan reaksi para pemain lama dalam industri tersebut. Industri yang dimasuki Ciapus Bromel merupakan Industri Tanaman Hias Bromelia di Jabodetabek. Menurut porter ada tujuh faktor yang menjadi penghambat bagi masuknya pendatang baru ke dalam industri, antara lain: skala ekonomi, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, diferensiasi produk, biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala, dan kebijakan pemerintah. Jika dilihat dari skala ekonomi dan kebutuhan modal, untuk masuk ke industri bromelia pendatang baru relatif lebih mudah. Skala ekonomi akan menghambat pendatang baru masuk dalam suatu industri jika harga dari suatu produk sangat ditentukan oleh biaya operasional perusahaan. Berdasarkan wawancara dengan lima perusahaan bromelia di Jabodetabek, pendatang baru yang masuk dalam indusri tanaman hias biasanya menargetkan pasar konsumen sebagai sasarannya. Penentuan harga bromelia untuk konsumen lebih ditentukan oleh keunikan varietas bromelia tersebut, dengan demikian skala ekonomi bukan penghambat bagi pendatang baru untuk masuk dalam indusri bromelia. Dari 66 sisi modal, pendatang baru hanya membeli bromelia indukan kemudian memperbanyak bromelia indukan. Untuk penyimpanan bromelia, produsen tidak harus membangun green house, cukup di bawah naungan yang cukup teduh. Berdasarkan Porter 1991 faktor biaya beralih pemasok merupakan biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli jika berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya. Dilihat dari karakteristik bromelia sebagai suatu komoditas, pasar konsumen tidak memerlukan biaya yang besar untuk dikeluarkan jika ingin membeli bromelia dari suatu perusahaan ke perusahaan lainnya. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi pasar institusional. Pasar institusional membeli dalam kuantitas besar, sehingga jika pasar institusional beralih dari pemasok lamanya maka pasar institusional tersebut harus mencari pemasok baru. Dalam proses pencarian tersebut, pasar institusional mengeluarkan biaya pencarian. Biaya pencarian berupa biaya informasi, biaya transportasi, dan biaya dalam proses negosiasi. Berdasarkan wawancara dengan pembeli indukan bromelia, kontraktor taman Rancamaya, dan salah satu pendiri IALI , pasar institusional biasanya akan beralih pemasok jika harga di pemasok lain lebih murah dibandingkan pemasok lainnya dengan catatan kualitas tanaman sama. Dengan kondisi demikian, untuk dapat menarik pasar institusional beralih dari pemasok lamanya, pendatang baru harus menawarakan harga yang lebih murah dibandingkan perusahaan yang telah ada. Hal ini diperkuat dari hasil kuesioner dari 30 responden kontraktor taman dan landscaper dominan 36,67 persen responden menjawab variabel yang membuat responden loyal terhadap suplier tanaman taman adalah harga yang murah. Saluran distribusi industri tanaman hias bromelia di Jabodetabek untuk pasar konsumen terdiri atas saluran distribusi langsung dan saluran distribusi melalui perantara pemasaran. Perantara pemasaran yang digunakan dalam Industri bromelia adalah toko-toko bunga. Agar menguntungkan, para perusahaan harus memilih toko bunga yang telah mapan dan terkenal. Untuk dapat masuk ke toko bunga yang mapan dan telah terkenal, perusahaan pendatang baru memiliki hambatan yang besar dikarenakan toko bunga- toko bunga tersebut 67 telah menjalin kerjasama yang kuat dengan para perusahaan besar. Implikasinya perusahaan pendatang baru harus menciptakan saluran distribusi yang baru atau mempengaruhi saluran distribusi yang ada agar menerima bromelianya dengan cara penurunan harga atau kerjasama promosi yang dapat mengurangi laba. Sedangkan untuk pasar institusional, saluran distribusi industri bromelia di Jabodetabek memakai saluran distribusi langsung. Sehingga bagi pendatang baru yang membidik pasar institusional, saluran distribusi bukan merupakan hambatan untuk masuk dalam industri bromelia. Ditinjau dari karakteristik bromelia sebagai suatu komoditas, maka tidak ada yang membedakan antara bromelia suatu perusahaan dengan bromelia milik perusahaan lainnya. Diferensiasi terletak pada keragaman varietas yang dimiliki suatu perusahaan. Keragaman varietas merupakan hambatan masuk bagi pendatang baru. Pendatang baru harus mempunyai varietas yang lebih banyak dibandingkan perusahaan lama jika ingin mengatasi kesetiaan pelanggan dari pemasok lamanya. Menurut manajer pemasaran PT Godong Ijo Asri, pada umumnya pasar konsumen akan cenderung lebih setia dengan perusahaan yang mempunyai banyak varietas bromelia. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan lima perusahaan bromelia di Jabodetabek, kontraktor taman perumahan Ranca Maya, dan salah satu pendiri IALI, pasar institusional juga mempertimbangkan jumlah keragaman bromelia dalam keputusan pembelian bromelia di suatu perusahaan. Hal ini diperkuat dengan hasil kuesioner kepada 30 responden dari kalangan kontraktor taman dan landscaper , sebanyak 50 persen responden memilih variabel keragaman varietas sebagai variabel urutan ketiga setelah kualias dan harga sebagai variabel yang dipertimbangkan dalam membeli tanaman hias di suatu tempat. Faktor lain yang dapat menghambat masuknya pendatang baru di suatu industri adalah adanya biaya tak menguntungkan terlepas dari skala dan kebijakan pemerintah. Pada industri tanaman hias bromelia perusahaan pendatang baru tidak menghadapi biaya terlepas dari skala. Hal ini dikarenakan tidak ada hak paten atas teknologi atau pun produk serta karakteristik tertentu yang dikuasai perusahaan lama yang ada di dalam industri tanaman hias bromelia. Terkait dengan kebijakan pemerintah, tidak ada peraturan-peraturan pemerintah yang 68 dapat menghambat akses terhadap bahan baku, distribusi ataupun pendirian usaha. Oleh karena itu kebijakan pemerintah juga bukan merupakan hambatan masuknya pendatang baru ke dalam industri bromelia. 3 Bergaining position pemasok Perusahaan bromelia di Jabodetabek masing-masing memiliki pemasok tetap terkait dengan penyediaaan input variabel pot, media tanam, pestisida, dan obat-obatan. Pemasok input untuk masing-masing perusahaan berbeda-beda tergantung lokasi usahanya. Terkecuali bagi usaha bromelia Bapak Arif dan Ciapus Bromel. Pasokan pot dan media tanam berasal dari pemasok yang sama. Adanya kesamaan tersebut dikarenakan lokasi usaha bromelia Bapak Arif berdekatan dengan Ciapus Bromel. Kedua perusahaan tersebut berada di wilayah Ciapus. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa industri dari masing- masing pemasok tergolong dalam industri pasar persaingan sempurna. Industri bromelia bukan merupakan satu-satunya pembeli di industri tiap pemasok input variabel. Dengan demikian bergaining industri tiap pemasok input variabel dengan industri bromelia adalah sama. Berdasarkan wawancara dengan kelima perusahaan pesaing di dalam industri bromelia di Jabodetabek, bergaining pemasok dengan perusahaan sama. Kerjasama menguntungkan kedua belah pihak. Kerjasama yang diterapkan lebih ke arah personality dan kepercayaan. Hal tersebut juga berlaku di Ciapus Bromel. Khusus untuk pembelian bromelia, ada dua pemasok umum dalam industri bromelia di Jabodetabek. Pemasok pertama adalah pemasok yang berasal dari luar negeri dan yang kedua adalah pemasok dari dalam negeri yaitu perusahaan yang memiliki varietas bromelia terbanyak dalam industri tersebut. Berdasarkan identifikasi terhadap perusahaan-perusahaan bromelia di Jabodetabek, dalam kurun waktu lima tahun terakhir hanya Ciapus Bromel yang membeli bromelia di luar negeri. Menurut wawancara dengan pemilik Ciapus Bromel, penjual bromelia di luar negeri sangat banyak sehingga Ciapus Bromel memiliki keleluasaan dalam membeli bromelia. Untuk pemasok dalam negeri, perusahaan yang bertindak sebagai pemasok bromelia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir adalah Ciapus Bromel, sehingga harga bromelia di Ciapus Bromel dijadikan patokan oleh perusahaan yang membeli bromelia di 69 Ciapus Bromel dalam menentukan harga jual bromelia kepada pembeli bromelia masing-masing perusahaan. 4 Bergaining position pembeli Pembeli di industri bromelia terdiri dari kelompok pembeli konsumen dan kelompok pembeli institusional. Kelompok pembeli institusional terdiri dari tiga tipe yaitu produsen bromelia, pedagang antara tanaman hias, dan kalangan landscaper serta kontraktor taman. Kelompok pembeli konsumen mempunyai bergaining position lebih rendah di dalam industri bromelia di Jabodetabek. Hal ini dapat diindentifikasi dari beberapa faktor yaitu: kuantitas pembelian individu di dalam kelompok konsumen lebih kecil kecil relatif terhadap pembeli institusional, pembeli konsumen relatif kurang peka terhadap harga rata-rata target konsumen perusahan dalam industri adalah konsumen menengah atas, adanya diferensiasi keragaman varietas yang dimiliki perusahaan di dalam industri, kelompok pembeli konsumen tidak menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik karena kelompok pembeli merupakan user akhir bromelia, dan industri bromelia yang dihadapi pembeli adalah oligopoli. Kelompok pembeli institusional membeli dalam kuantitas yang lebih banyak dibandingkan kelompok pembeli konsumen. Pembeli institusional relatif peka terhadap harga dikarenakan pembeli institusional bukan pemakai bromelia secara langsung akan tetapi industri bromelia yang dihadapi pembeli institusional merupakan oligopoli. Perusahaan-perusahan yang berada di industri bromelia di Jabodetabek memang memberikan diskon kepada pembeli institusional akan tetapi tidak menurunkan harga pasar bromelia. Kelompok pembeli institusional tipe pedagang antara mempunyai kemungkinan untuk melakukan integrasi balik namun hambatan untuk melakukan integrasi balik relatif besar karena pedagang harus menyediakan berbagai varietas untuk dapat melayani keinginan konsumen yang cenderung bergantung pada tren. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kelompok pembeli institusional memiliki bergaining position yang lebih tinggi dibandingkan kelompok pembeli konsumen, namun tetap memiliki bergaining position lebih rendah di dalam industri bromelia. 70 5 Ancaman produk substitusi Produk substitusi merupakan produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri Porter 1991. Fungsi bromelia bagi pasar konsumennya adalah sebagai tanaman hias pot yang memberikan nilai estetika untuk lingkungan. Berdasarkan definisi tersebut maka produk substitusi dari bromelia adalah tanaman hias pot lainnya. Dilihat dari pasar konsumen keberadaan tanaman hias pot lainnya merupakan suatu ancaman. Menurut manajer pemasaran PT. Godong Ijo Asri dan perusahaan-perusahaan bromelia dalam industri bromelia, permintaan tanaman hias di Indonesia sangat dipengaruhi tren, sehingga keberadaan tanaman hias pot lain yang sedang tren di pasar akan mempengaruhi permintaan pasar konsumen terhadap bromelia. Ditinjau dari pasar institusional, fungsi bromelia berbeda-beda tergantung dengan tujuan dari masing-masing institusi. Bagi produsen ataupun pedagang antara fungsi bromelia adalah untuk dijual kembali dengan tujuan mendapatkan profit. Permintaan pasar konsumen akan sangat mempengaruhi permintaan produsen dan pedagang antara. Bagi landscaper dan kontraktor tanaman, fungsi bromelia adalah sebagai tanaman ground cover, border, dan point of view di dalam suatu taman. Tanaman hias lainnya bisa menggantikan fungsi tersebut. Dengan demikian, jika ditinjau dari pasar institusional, keberadaan tanaman hias lainnya juga akan mempengaruhi permintaan pasar institusional terhadap bromelia.

6.3.3. Lingkungan Makro

1 Ekonomi Tahun 2009-2010 merupakan fase perbaikan perekonomian indonesia pasca resesi di tahun 2008. Hal ini dapat dianalisis dari indikator-indikator makro domestik, seperti nilai Coincident Economic Index CEI, Leading Economic Index LEI, dan Consument Confident Index CCI. Sejak Maret 2009 hingga Desember 2009, CEI terus mengalami peningkatan. Pada bulan Desember nilai CEI meningkat menjadi 110,2 . Kecenderungan peningkatan CEI didorong oleh meningkatnya permintaan domestik karena daya beli yang kian membaik dan juga suku bunga rendah. Berdasarkan penelitian Dana Reksa Institute 71 kecenderungan peningkatan CEI diprediksikan berlangsung hingga tahun 2010 yang tercermin dari nilai LEI. Pada bulan Desember 2009 nilai LEI mencapai 113,7 atau meningkat 0,6 point dari bulan November 2009. Tren peningkatan nilai CEI dan LEI dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Pergerakan CEI dan LEI Indonesia dari Tahun 2007-2009 Sumber: www.danareksa-research.com [Diakses 10 April 2010] Kondisi dan prospek perekonomian yang cenderung membaik diikuti dengan peningkatan kepercayaan konsumen terhadap perekonomian negara. Kepercayaan konsumen tersebut tercermin dari Consumen Confidence Index CCI. Menurut survei Bank Indonesia, CCI berada di atas angka optimis 100, sejak bulan April 2009 dan terus mengalami peningkatan hingga maret 2010 Gambar 12. Pada Bulan Maret 2010, CCI mencapai angka 107.4. Semakin kuatnya indeks kepercayaan konsumen dikarenakan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi kondisi ekonomi sampai dengan enam bulan mendatang. Kondisi ekonomi relatif stabil dan adanya rencana pemerintah dalam APBN 2010 untuk menaikkan gaji PNS sebesar 5 mulai bulan April-Mei 2010 merupakan faktor penyebab semakin optimisnya konsumen rumah tangga. Selain itu kecenderungan penurunan tingkat inflasi juga merupakan salah satu faktor yang memperkuat optimisme rumah tangga Gambar 14. Penyumbang deflasi tersebut berasal dari penurunan harga barang makanan. Turunnya harga barang makanan tersebut akan meningkatakan pendapan riil kosumen sehingga daya beli konsumen tersebut juga meningkat.